Pagi-pagi sekali Fika dan Dhita telah bangun, selesai shalat subuh mereka pun memasak.
Mereka tidak perlu bingung lagi mencari bahan-bahan makanan untuk di masak, karna semuanya seperti beras dan lauk-pauknya sudah tersedia di kulkas, rupanya kemarin mereka berbelanja cukup banyak, kira-kira cukup untuk satu minggu tentunya mereka berbelanja secara patungan.
" Dhi, dari tadi aku gak lihat si puri,kemana dia? "ucap Fika sambil terus mengiris bawang merah.
" Mungkin di kamarnya kali, kamu bangunin dia ya siapa tau dia belum shalat subuh! " ujar Dhita.
" Oke, nich? "ucap Fika seraya menyerah kan pisau yang di pegang nya pada Dhita.
Kemudian ia melangkah pergi.
Ia mengetuk pintu sambil memanggil temannya itu, tapi tak ada jawaban.
" Puri bangun udah pagi nich,kamu belum shalat subuh kan? " ujar Fika mengulangi ucapannya.
Namun belum juga ia mendengar jawaban dari dalam.
Ia mulai merasa jengkel, kemudian menggedor pintu itu lebih keras lagi.
Sementara di dalam kamarnya puri hanya menggeliat ia mengerjap-ngerjap kan matanya kemudian bergegas bangun dan membuka pintu.
" Ngapain sih pagi-pagi udah gedor-gedor, berisik tau gangguin orang tidur aja"ucap Puri kesal.
" Hei udah jam berapa nich, ini bukan waktunya tidur,kamu belum shalat subuh kan ayo cepat mandi sana" Fika menarik lengan Puri dan menuntunnya ke kamar mandi.
" Apaan sih lepas dong aku bisa sendiri. " Puri meronta melepaskan tangannya.
" Oke aku lepas, dah mandi sana atau mau aku mandiin" Puri terbelalak, sementara Fika hanya tersenyum melihat tingkah laku sahabatnya. Kemudian ia kembali ke dapur.
" Puri udah bangun? " tanya Dhita ketika melihat Fika telah kembali ke dapur.
" Udah, tapi lama banget tau gak jadi sebel deh" jawab Fika kesal.
" Ya udah sabar aja mungkin ini tugas kamu tiap pagi" Dhita menggoda Fika.
" Apa? gak mau ah capek tau" Fika memonyongkan bibirnya.
Kurang lebih 15 menit masakan sudah tersedia di atas meja, aroma makanan yang lezat tercium sampai ke hidung Puri, yang telah menata dirinya usai shalat subuh.
" Hmmmm.... kayaknya enak nich" ucap Puri seraya duduk di kursi meja makan.
"Tentu dong kan yang masak koki-koki handal" ujar Dhita memuji dirinya dan Fika.
" Iya apalagi kalo kokinya itu bertiga pasti lebih enak, tapi sayang koki yang satunya lagi sedang sibuk! " Fika melirik Puri.
" Kamu mau nyindir aku? " Puri tersinggung.
" Gak siapa juga yang nyindir kamu, kurang kerjaan aja. " Fika mengelak.
" Tapi dari cara kamu tadi... " Puri mulai meninggikan suaranya, ia marah.
"Apa? " Fika menantang.
" Susah deh bicara sama orang.... " Puri tak meneruskan kata-katanya.
" Oang apa? ayo bilang? " Fika emosi
" Udah.... berhenti.... kalian ini apa-apaan sih, mau makan malah ribut, malu di dengar tetangga! " Dhita berusaha menengahi Puri dan Fika.
Usai makan Fika dan Puri masih belum berubah sikap juga, rupanya mereka masih marahan, dan Dhita melihat semua itu.
" Kata orang tua... orang yang selalu bermusuhan hidupnya tidak akan pernah tenang" gumam Dhita entah pada siapa.
Seketika Fika dan Puri menatapnya.
" Apa maksud mu? " Fika menatap penuh resah.
" Maksud apa aku cuma baca dialog di buku ini" Dhita berbohong untuk menghindari pertengkaran,
Puri mencerna kembali perkataan Dhita barusan.
" Memang benar sih ," pikir Puri.
Tapi ia masih malu untuk menyapa Fika, dan ternyata Fika merasakan hal yang sama. Kemudian beranjak ke kamarnya dan keluar lagi sambil mengunyah permen karet, itu kebiasaannya sehari-hari, sesekali dibuatnya balon dari celah-celah bibirnya kemudian diletupkan kembali, lucu sekali kelihatannya.
" Pagi-pagi dah ngunyah permen karet ." gumam Puri dengan nada rendah, karna takut menyinggungnya lagi.
" Sisa kemarin masih banyak, mau? " tawar Fika.
" Enggak " jawab Puri cepat.
" Uh sok jual mahal, mau Dhi ?"
" Mau dong... !" ucap Dhita seraya mengambil sebuah permen karet dan mengunyahnya.
" Eh aku juga mau ah" Puri sengaja ingin membuat suasana semakin akrab.
" Uh dasar ." Fika tersenyum, Puri pun tersenyum.
Sebenarnya mereka adalah gadis-gadis yang baik, tapi ada kalanya juga masalah kecil mereka buat jadi masalah besar.
Keakraban mulai terlihat kembali di antara mereka seakan-akan telah lupa dengan kejadian tadi.
" Kapan kita cari kerja ?" ujar Dhita.
" Iya secepatnya dong ." komen Puri.
" Bagaimana kalau besok kita cari loker ," usul Fika.
" Setuju ." jawab Dhita.
" Jadinya kita lomba nich ," ucap Puri.
" Boleh, tapi aku mau ganti nama panggilan aku ," Fika mengejutkan kedua sahabatnya.
" Ganti nama panggilan?" Dhita dan Puri bersamaan.
" Iya mulai sekarang kalian panggil aku Rena ya.. " Fika mengangkat alis kanan kirinya bergantian, lalu tersenyum.
" Iya deh.... Fika... eh Rena... " ucap kedua sahabatnya bersamaan pula.
Kemudian mereka tertawa bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
@Risa Virgo Always Beautiful
Ngga kebayang kalau Fika bangunin Puri setiap hari pasti menguras emosi
2023-01-30
0
Ao_Ni
Reinkarnasi Chef Renata wkwk
2023-01-30
0
THIRTEEN
teman yang baik yang mengajak ke jalan yang benar
2023-01-30
0