Senandung Cinta

Senandung Cinta

Bab 01 Rencana pergi ke kota

Dhita Pratiwi seorang gadis cantik berkulit putih bersih, berhidung mancung pemilik bola mata indah berwarna ke abu-abuan dan di tambah lagi dengan postur tubuhnya yang mungil namun padat berisi, membuat tampilannya selalu menawan di pandang mata.

Pak Setyo dan ibu Safitri adalah orang tua Dhita, ia terlahir sebagai putri tunggal mereka. Kedua orang tuanya mendidik Dhita dengan norma-norma agama sedari kecil.

Selain cantik parasnya, Dhita juga memiliki kelebihan lain, ia yang di besarkan di dalam keluarga sederhana yang sangat agamis membuat ia tumbuh menjadi pribadi yang mengagumkan, tak hanya cantik ia juga gadis Sholeha, impian kaum Adam.

Tutur katanya sopan dan rendah hati membuat semua orang yang mengenalnya sangat menyayanginya.

Dhita memiliki seorang sahabat bernama Fika Renata, mereka bersahabat dari kecil hingga terasa seperti saudara kandung. Susah senang mereka jalani bersama saling berkeluh kesah satu sama lain.

Fika orangnya baik, cantik namun suka jahil. Ia selalu tau bagaimana caranya membuat sahabatnya yang sedang berduka menjadi bahagia kembali.

Siang itu Dhita berada di dalam kamarnya, memandangi gaun pengantin berwarna putih yang baru saja ia lepaskan dari tubuhnya. Setelah ia mengganti pakaiannya dengan pakaian yang biasa ia pakai sehari-hari. Berpakaian tertutup di sertai jilbab yang menutupi auratnya. Dengan menahan rasa sesak di dadanya, ia melipat gaun tersebut dan meletakkannya ke dalam sebuah paper bag.

Dhita merenung meratapi nasibnya, nasib yang sama sekali tak pernah ia inginkan di dalam hidupnya.

Dikhianati tepat di hari pernikahannya.

Tok.

Tok.

Tok.

Terdengar suara pintu di ketuk dari luar.

" Masuk !" seru Dhita dengan suara parau, tanpa menoleh ke arah pintu. Saat itu ia sedang membelakangi pintu dan menghadap ke ranjang tempat tidurnya.

Kreeek....

Suara pintu terbuka.

" Hai, Dhi.. !" sapa Fika dari belakang.

" Fika, ada apa ?" tanya Dhita kepada sahabatnya sambil duduk di tepi ranjang.

" Gak ada kok, aku cuma mau lihat BESTie aku," jawab Fika sembari tersenyum, ikut duduk di tepi ranjang tersebut.

" Memang kenapa dengan BESTie mu ?" Dhita bertanya balik sambil mengernyitkan dahinya.

" Ya, aku takut aja dia khilaf, mau bunuh diri biasanya kan gitu orang yang patah hati bisa gantung dirinya sendiri loh ." ucap Fika menyindir sahabatnya sambil cengar-cengir sendiri.

" Jadi aku disini mau jaga-jaga !" lanjut Fika.

" Emangnya aku sekonyol itu mau bunuh diri, nyawaku terlalu berharga kali Fi kalo harus melayang hanya karna patah hati, emang kamu mau punya sahabat mati Karna bunuh diri ?" ucap Dhita sambil menoyor dahi sahabatnya yang becandanya gak ketulungan.

"Aww.. sakit tau ." Fika mengaduh kesakitan. Ia berdiri sambil berkacak pinggang dan memonyongkan mulutnya membuat mimik lucu di wajahnya

Melihat ekspresi sahabatnya tanpa sadar Dhita tersenyum, sebuah senyuman yang hampir setengah hari ini hilang dari wajah cantiknya.

Kemudian keduanya sama-sama tertawa.

" Dhi ," panggil Fika lebih serius.

" Ya, apa ?" Dhita menatap wajah sahabatnya, dari cara bicaranya sepertinya Fika sedang serius.

" Sebenarnya aku kesini ingin ngajak kamu ke kota ." ucap Fika sungguh-sungguh.

" Ke kota ?" tanya Dhita hampir tak percaya.

Fika mengangguk menatap sahabatnya penuh harap.

" Kota mana ?" tanya Dhita lagi.

" Jogja, aku mau cari kerja di sana ." jelas Fika .

" Tapi... apa orang tua ku akan mengijinkan aku pergi fi ?" Dhita mulai merasa gelisah, walau bagaimana pun ia adalah anak tunggal di keluarganya, jadi sangat mustahil baginya pergi meninggalkan kedua orang tuanya.

" Boleh, " terdengar suara dari arah pintu, rupanya ayah dan ibu Dhita mendengarkan percakapan putri mereka dengan sahabatnya itu.

" Ayah sama ibu yakin ? Dhita boleh pergi ?" Dhita masih tak percaya dengan keputusan orang tuanya.

" Iya nak, kami ingin kamu pergi ke kota itu, siapa tau disana kamu bisa melupakan semua yang terjadi di sini ." ucap ayah Dhita sambil mengelus kepala putrinya dengan penuh kasih sayang.

" Terima kasih ayah, ibu ." ucap Dhita dengan suara lirih, ia sangat terharu Karna kedua orang tuanya begitu memperdulikan perasaannya.

" Jaga diri baik-baik ya nak !" seru ibu Dhita dengan lembut, ia menahan sesak di dadanya, walau terasa berat ia harus lakukan semua itu demi kebahagiaan putrinya. Jika Dhita masih tetap berada di desa itu mereka khawatir putrinya akan semakin berlarut-larut dalam kesedihannya.

" Pasti ibu, akan selalu ku ingat semua petuah mu ." ucap Dhita sambil memeluk sang ibu tercinta, setelah itu ia memeluk ayahnya.

Sesuai kesepakatan Dhita dan Fika akan berangkat ke kota Jogja, Daerah istimewa Yogyakarta ke esokan harinya. Kota yang akan menjadi tujuan mereka menjalani hari-hari penuh makna. Kota yang akan mengubah sendi kehidupan mereka.

*

*

*

Sedangkan di sebuah desa yang berbeda.

Matahari seakan akan memanggang bumi, panasnya yang terik membuat orang-orang di kampung itu kegerahan berada di dalam rumah. oleh karena itu mereka lebih senang duduk-duduk di bawah pohon sambil berbincang-bincang dengan keluarganya.

" Hari ini panas sekali ya pak " ujar ibu ningsih pada suaminya.

" Iya bu, mungkin mau hujan" jawab pak kasim sambil mengibas-ngibaskan bajunya, maklumlah di kampung itu masih belum ada yang memiliki kipas angin karna letaknya yang jauh dari kota dan sangat terpencil.

" Syukurlah pak kalau memang mau hujan, kasihan para petani tanaman padinya kekurangan air " ujar ibu ningsih, memikirkan nasib tetangganya, walau dirinya bukan seorang petani karna tidak memiliki lahan untuk bertani, tapi biasanya kalau musim panen tiba keluarganya selalu mendapatkan cipratan dari tetangganya entah itu bekerja sebagai buruh atau ada juga yang memberikan sebagian hasil panennya dengan cuma-cuma.

" Iya bu, ngomong-ngomong bagaimana pendapat ibu mengenai lamaran nak Anton? " tanya pak kasim.

" Ya.... kita harus omongin dulu sama puri pak, kita tidak boleh mengambil keputusan sendiri!"

Pak kasim hanya mengangguk, membenarkan ucapan istrinya walau bagaimana pun puri, putri sulungnya berhak memilih kehidupannya sendiri termasuk calon pendamping hidupnya.

"Assalamualaikum.."

Terdengar ucapan salam dari depan rumah, tak lama kemudian muncullah Mamat menghampiri ibu dan bapak nya.

" Bapak.... ibu....! " teriak Mamat kegirangan.

" Ada apa toh mat, kok sepertinya kamu senang sekali? " tanya ibu ningsih

" Hari ini Mamat ulangan nya dapat nilai seratus bu! " ujar mamat seraya memperlihatkan kertas yang di pegangnya.

melihat angka seratus di kertas ulangan itu membuat pak kasim dan ibu ningsih merasa senang.

" Wah, anak kita pinter ya pak"

" Ya bu, itu juga berkat puri yang telaten melatih adiknya tiap hari"

" Mat, mbak purinya mana? " tanya pak kasim

" Di rumah pak, lagi ganti baju" jawab mamat.

" Cepat suruh kesini ya... "

Mamat mengangguk.

" Iya pak.. " ucap mamat beranjak pergi

Puri adalah putri pertama pak Kasim dan ibu Ningsih.

Puri gadis yang baik, cantik, kulitnya putih. Ia memiliki senyuman yang manis namun agak sedikit tomboi.

Mendengar bahwa dirinya dipanggil, Puri segera menghampiri orang tuanya.

" Ada perlu apa bapak manggil puri? " tanya puri dengan sopan.

" Ada sesuatu yang sangat penting yang ingin bapak dan ibu bicarakan ke kamu" jawab pak Kasim.

" Hal penting, tentang apa? " puri mengernyitkan dahi.

" Begini puri, kemarin nak Anton datang ke sini, dia mau melamar kamu, apa kamu mau dilamar sama nak anton? " pak kasim memulai topik pembicaraan tanpa basa-basi.

" Pak.... puri kan udah bilang mau kerja dulu, puri ingin hidup mandiri pak.. bu... " mata puri mulai berkaca-kaca.

"Tapi puri, tolong pikirkan baik-baik, nak anton adalah orang yang baik dan juga orang berada, kamu akan hidup senang bersama dia! " bujuk pak kasim.

" Untuk apa pak hidup senang tapi gak bahagia..." puri menitikkan air mata, bagaimana pun kata menikah belum pernah terfikirkan olehnya.

" Tapi nak.... " ucapan pak Kasim terpotong.

" Pokoknya puri gak mau, bapak kenapa sih gak bisa ngertiin puri" ucap puri seraya masuk ke dalam rumahnya.

" Sudah lah pak, kalo purinya gak mau jangan di paksa" ujar ibu ningsih yang dari tadi hanya diam saja.

" Tapi ini kan demi kebaikannya juga bu, dia sudah gadis gak baik kalo dia terlalu lama seperti itu"

" Kalau kita terus memaksa yang ada dia itu akan nekat, bapak tau kan bagaimana sikapnya puri"

" Terserah yang penting bapak sudah menyampaikan berita ini sama dia," kata pak kasim jengkel, namun benar juga apa yang di katakan istrinya, pikir pak kasim.

...****************...

Kegelapan mulai menyelubungi bumi, jarum jam menunjukkan pukul setengah delapan malam. Udara terasa dingin, diluar angin malam bertiup lebih kencang dari pada biasanya.

Puri berdiri di depan pintu rumahnya, menatap jauh ke ujung jalan, harap-harap cemas melanda hatinya, ia takut bapaknya akan memaksa dirinya untuk menikah dengan Anton, orang yang sama sekali tidak di cintainya, memang ia sangat dekat dengannya, tapi perasaanya hanya sebatas teman biasa tidak lebih.

Tiba-tiba terlintas di benaknya angan-angan pergi ke kota, mungkin dengan begitu sang bapak tidak akan memaksanya lagi.

" Kamu kenapa puri? " tanya bu ningsih, heran melihat anak nya melamun sendiri.

" Gak apa-apa bu, " jawab puri pelan.

" Apa kamu masih memikirkan ucapan bapak mu tadi? "

" Bu, kalo aku seandainya ingin bekerja, ibu setuju gak? " puri mengalih kan pembicaraan.

" Kalo ibu setuju aja, tapi apa bapak mu mau mengijinkan kamu pergi"

" Memangnya mau kerja apa? " tanya pak kasim tiba-tiba, rupanya beliau mendengar percakapan antara puri dan ibunya.

" Apa aja pak, yang penting halal, tapi... bapak setuju kan? " puri harap-harap cemas.

" Kalau itu mau mu, bapak izinkan, tapi ingat kamu harus jaga diri baik-baik" pesan pak kasim.

" Insya Allah pak, bapak tenang aja"

" Tapi puri, kamu itu perginya dengan siapa? kota itu kan jauh nak" ucap ibu nya khawatir setelah tau anaknya akan pergi ke kota.

" Bu, aku sudah besar, jadi ibu gak usah khawatir, aku bisa jaga diri baik-baik kok" puri meyakinkan ibunya.

...****************...

Malam semakin larut, angin malam semakin dingin menusuk tulang. Suara jangkrik memecah kesunyian, desir angin malam membawa mereka ke alam mimpi masing-masing.

...****************...

Ayam jantan berkokok, fajar mulai menyingsing, diarah timur tampak cahaya merah menyala.

selesai sholat subuh puri segera berkemas, kini tiba saatnya ia untuk mengadu nasib di kota.

" Pak, bu, doakan puri ya... " ucap puri sambil mencium tangan ke dua orang tuanya, meminta restu.

" Restu dan doa kami selalu mengiringi di setiap langkah mu nak" ucap bapaknya.

" Hati-hati nak, slalu waspadalah dalam setiap keadaan. " ibunya memperingatkan walau air matanya telah jatuh berbulir-bulir membasahi pipinya.

" Baik pak, bu, pesan kalian akan selalu aku ingat" jawab puri mantap.

" Mbak puri mau kemana? tanya mamat dari dalam rumah, anak kecil itu baru bangun rupanya.

" Mbak mau kerja, mamat jangan nakal ya.... " ujar puri seraya memeluk adik nya, berat rasanya ia untuk pergi.

" Nanti kalo pulang bawa oleh-oleh ya mbak"

" Iya tapi kamu harus janji ya gak akan nakal"

mamat mengangguk sekali lagi mereka berpelukan.

pak kasim dan ibu ningsih, serta beberapa orang-orang kampung mengantar kan kepergian puri hingga batas desa.

Terpopuler

Comments

@Risa Virgo Always Beautiful

@Risa Virgo Always Beautiful

Kasihan banget Dhita di khianati di hari pernikahan dirinya

2023-01-30

0

Sky darkness

Sky darkness

mampir

2023-01-30

0

Ao_Ni

Ao_Ni

emang, kata orang, kalo cuaca panas bgt, malemnya bakal hujan wkwk

2023-01-30

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 01 Rencana pergi ke kota
2 Bab 02  Bertemu sahabat
3 Bab 03 (๏_๏) Duo Ribut (๏_๏)
4 Bab 04 Mencari Loker
5 Bab 05 Mencapai kesuksesan
6 Bab 06. LOVE
7 Bab 07 Pria tampan
8 Bab 08. Fallink in LOVE
9 Bab 09 Permintaan hati
10 Bab 10 Di ghibah tetangga
11 Bab 11 Bertemu Sang Arjuna
12 Bab 12. dia gadisnya
13 Bab 13 Bayangan masa lalu
14 Bab 14 Ada apa denganmu?
15 Bab 15 Di culik mantan
16 Bab 16 Pencarian
17 Bab 17. Tangis dalam do'a
18 Bab 18 Salah paham
19 Bab 19 I Will always love you forever
20 Bab 20 Duren atau nangka
21 Bab 21 Mirip
22 Bab 22 Rencana perjodohan.
23 Bab 23 Tersorot kamera wartawan
24 Bab 24 di banding- bandingkan
25 Bab 25 Pura - pura
26 Bab 26 Hasil Tes DNA
27 Bab 27 Rahasia besar
28 Bab 28 Bukan keturunan calvin Dharmendra
29 Bab 29 sebuah perjanjian
30 Bab 30 Pengumuman
31 Bab 31 Berjuang bersama
32 Bab. 32 Wedding ( puri dan eza )
33 Bab 33 jeruk makan jeruk ?
34 Bab 34 Infeksi
35 Bab 35 Rencana licik citra
36 Bab 36 Kemarahan Arjuna
37 Bab 37 Keputusan yang salah
38 Bab 38 Rasa benci
39 Bab 39 Kecewa
40 Bab 40 Sikap yang aneh
41 Bab 41 Arjuna Melamar Citra
42 Bab 42 Happy Engagement
43 Bab 43 Kenangan yang tersimpan
44 Bab 44 Resign
45 Bab 45 Sapu tangan putih
46 Bab 46 Making out + Making love
47 Bab 47 Kagum
48 Bab 48 Ruang meeting
49 Bab 49 Wanita intelek
50 Bab 50 Sad Song
51 Bab 51 Tujuan bastian
52 Bab 52 Menemukan Tanda Bukti
53 Bab. 53 Mengelabui Citra
54 Bab 54 Harapan Arjuna
55 Bab 55 Tamparan keras.
56 Bab 56 Terungkap
57 Bab 57 Penyesalan
58 Bab 58 Sebuah Tantangan
59 Bab 59 Pergi ke kampung
60 Bab 60 Melamar
61 Bab 61 Teringat
62 Bab 62 Restu Mommy
63 Bab 63 Kabar Bahagia
64 Bab 64 Double wedding
65 Bab 65 Kerusuhan
66 Bab 66 Bencana
67 Bab 67 Di tawan
68 Bab 68 Khawatir
69 Bab 69 Ternyata saudara
70 Bab 70 Menyesal
71 Bab 71 Jangan Sakiti Dia
72 Bab 72 Pengorbanan
73 Bab 73 Kerusakan fungsi hati
74 Bab 74 Persalinan Bellinda
75 Bab 75 Kelahiran putra Andrian
76 Bab. 76 Operasi transplantasi liver
77 Bab 77 Melewati Masa Koma
78 Bab 78 Pemberian nama Glen Alvaro
79 Bab 79 Malam Yang panjang
80 Bab 80 Sedarah
81 Bab 81 Keputusan Akhir Pengadilan
82 Bab 82 Hilangnya kepekaan
83 Bab 83 Menerima Apa adanya
84 Bab 84 Menjenguk
85 Bab 85 Pulang Kampung
86 Bab 86 Kekuatan ikatan Cinta
87 Bab 87 Tidak pernah
88 Bab 88 Pergi Ke rumah Tabib
89 Bab 89 Ritual Penyembuhan
90 Bab 90 Harta Warisan
91 Bab 91 Harta Warisan yang di Sumbangkan
92 Bab 92 Musibah
93 Bab 93 Kembali pulang
94 Bab 94 Pingsan
95 Bab 95 Hamil?
96 Bab 96 Rasa kecewa
97 Bab 97 Tak Bersama
98 Bab 98 Pembalasan
99 Bab 99 Kabar Duka
100 Bab 100 Hasil yang salah
101 Bab 101 Menjalani Hubungan LDR
102 Bab 102 Tinggal Dirumah Abang.
103 Bab 103 Kabar Bahagia Setelah Duka
104 Bab 104 Terpaksa memaksa
105 Bab 105 Haredang
106 Bab 106 Sempurna
107 Bab 107 Sepiring Berdua
108 Bab 108 Kerinduan
109 Bab 109 Bertamu
110 Bab 110 Kedatangan Devina
111 Bab 111 Oh Citra
112 Bab 112 Permintaan Dhita
113 Bab 113 Wanita Aneh
114 Bab 114 Rere Almira Winata
115 Bab 115 Ide Gila
116 Bab 116 Terpaksa menikahinya
117 Bab 117 Menantu Baru
118 Bab 118 Kejutan
119 Bab 119 Mobil Baru
120 Bab 120 Dua wanita Aneh
121 Bab 121 Pertanyaan Absurd
122 Bab 122 Di bawakan bekal / Pulang
123 Bab 123 Cucu Oma yang Lucu
124 Bab 124 Bodyguard Dua Wanita
125 Bab 125 Payung Emas
126 Bab 126 Bersama Bestie
127 Bab 127 Korban?
128 Bab 128 Kondisi Dhita Drop
129 Bab 129 Pertikaian
130 Bab 130 Hidup Rukun
131 Bab 131 Saudara tampan
132 Bab 132 Cemburu Tanpa Alasan
133 Bab 133 Glen Kecewa
134 Bab 134 Fakta
135 Bab 135 Rencana Mommy Rita
136 Bab 136 Kelicikan Yang Terbongkar
137 Bab 137 Glen Kedua
138 Bab 138 Bukan Pengantin Baru Lagi
139 Bab 139 Rere / Almira ?
140 Bab 140 Mitoni / Tingkeban
141 Bab 141 Di madu
142 Bab 142 Satu Ratu
143 Bab 143 Tidak Adakah Wanita Lain?
144 Bab 144 Operasi Caesar
145 Bab 145 Oh Dhita
146 Bab 146 Mati Suri
147 Bab 147 Baby Twins
148 Bab 148 Hilangnya Sang Pewaris
149 Bab 149 Ratapan Seorang Ibu
150 Bab 150 Dendam Fanny
151 Bab 151 Ansel Abraham
152 Bab 152 Baby Blues
153 Bab 153 Risih
154 Bab 154 Salah Paham
155 Bab 155 Menyangkal
156 Bab 156 Penyakit Ansel
157 Bab 157 Naluri
158 Bab 158 Ardhi / Ansel
159 Bab 159 Tak Ingin Berpisah
160 Bab 160 Janda tapi Perawan
161 Bab 161 Kesalahan Fanny
162 Bab 162 Kesalahan Fanny 2
163 Bab 163 Pertunangan
164 Bab 164 Kecelakaan
165 Bab 165 Ternyata
166 Bab 166 Terungkap
167 Bab 167 Terlambat
168 Bab 168 Terpisah
169 Bab 169 Kebencian Ans
170 Bab 170 Terbiasa
171 Bab 171 Kembali ke Negeri Tercinta
172 Bab 172 Terbawa Mimpi
173 Bab 173 Misi Ans
174 Bab 174 Kebiasaan yang Menyebalkan
175 Bab 175 Dua Wanita Jutek
176 Bab 176 Hari pertama di kampus
177 Bab 177 Meluluhkan dua Hati
178 Bab 178 Berbagi kontak
179 Bab 179 Calon Tunangan
180 Bab 180 Kemarahan Ans
181 Bab 181 Karena Terpaksa
182 Bab 182 Pria Buta
183 Bab 183 Kehormatan kami
184 Bab 184 Dinner Pertama
185 Bab 185 Bertemu ibu kandung
186 Bab 186 Diam-Diam Cemburu
187 Bab 187 Rencana Ans
188 Bab 188 Seandainya
Episodes

Updated 188 Episodes

1
Bab 01 Rencana pergi ke kota
2
Bab 02  Bertemu sahabat
3
Bab 03 (๏_๏) Duo Ribut (๏_๏)
4
Bab 04 Mencari Loker
5
Bab 05 Mencapai kesuksesan
6
Bab 06. LOVE
7
Bab 07 Pria tampan
8
Bab 08. Fallink in LOVE
9
Bab 09 Permintaan hati
10
Bab 10 Di ghibah tetangga
11
Bab 11 Bertemu Sang Arjuna
12
Bab 12. dia gadisnya
13
Bab 13 Bayangan masa lalu
14
Bab 14 Ada apa denganmu?
15
Bab 15 Di culik mantan
16
Bab 16 Pencarian
17
Bab 17. Tangis dalam do'a
18
Bab 18 Salah paham
19
Bab 19 I Will always love you forever
20
Bab 20 Duren atau nangka
21
Bab 21 Mirip
22
Bab 22 Rencana perjodohan.
23
Bab 23 Tersorot kamera wartawan
24
Bab 24 di banding- bandingkan
25
Bab 25 Pura - pura
26
Bab 26 Hasil Tes DNA
27
Bab 27 Rahasia besar
28
Bab 28 Bukan keturunan calvin Dharmendra
29
Bab 29 sebuah perjanjian
30
Bab 30 Pengumuman
31
Bab 31 Berjuang bersama
32
Bab. 32 Wedding ( puri dan eza )
33
Bab 33 jeruk makan jeruk ?
34
Bab 34 Infeksi
35
Bab 35 Rencana licik citra
36
Bab 36 Kemarahan Arjuna
37
Bab 37 Keputusan yang salah
38
Bab 38 Rasa benci
39
Bab 39 Kecewa
40
Bab 40 Sikap yang aneh
41
Bab 41 Arjuna Melamar Citra
42
Bab 42 Happy Engagement
43
Bab 43 Kenangan yang tersimpan
44
Bab 44 Resign
45
Bab 45 Sapu tangan putih
46
Bab 46 Making out + Making love
47
Bab 47 Kagum
48
Bab 48 Ruang meeting
49
Bab 49 Wanita intelek
50
Bab 50 Sad Song
51
Bab 51 Tujuan bastian
52
Bab 52 Menemukan Tanda Bukti
53
Bab. 53 Mengelabui Citra
54
Bab 54 Harapan Arjuna
55
Bab 55 Tamparan keras.
56
Bab 56 Terungkap
57
Bab 57 Penyesalan
58
Bab 58 Sebuah Tantangan
59
Bab 59 Pergi ke kampung
60
Bab 60 Melamar
61
Bab 61 Teringat
62
Bab 62 Restu Mommy
63
Bab 63 Kabar Bahagia
64
Bab 64 Double wedding
65
Bab 65 Kerusuhan
66
Bab 66 Bencana
67
Bab 67 Di tawan
68
Bab 68 Khawatir
69
Bab 69 Ternyata saudara
70
Bab 70 Menyesal
71
Bab 71 Jangan Sakiti Dia
72
Bab 72 Pengorbanan
73
Bab 73 Kerusakan fungsi hati
74
Bab 74 Persalinan Bellinda
75
Bab 75 Kelahiran putra Andrian
76
Bab. 76 Operasi transplantasi liver
77
Bab 77 Melewati Masa Koma
78
Bab 78 Pemberian nama Glen Alvaro
79
Bab 79 Malam Yang panjang
80
Bab 80 Sedarah
81
Bab 81 Keputusan Akhir Pengadilan
82
Bab 82 Hilangnya kepekaan
83
Bab 83 Menerima Apa adanya
84
Bab 84 Menjenguk
85
Bab 85 Pulang Kampung
86
Bab 86 Kekuatan ikatan Cinta
87
Bab 87 Tidak pernah
88
Bab 88 Pergi Ke rumah Tabib
89
Bab 89 Ritual Penyembuhan
90
Bab 90 Harta Warisan
91
Bab 91 Harta Warisan yang di Sumbangkan
92
Bab 92 Musibah
93
Bab 93 Kembali pulang
94
Bab 94 Pingsan
95
Bab 95 Hamil?
96
Bab 96 Rasa kecewa
97
Bab 97 Tak Bersama
98
Bab 98 Pembalasan
99
Bab 99 Kabar Duka
100
Bab 100 Hasil yang salah
101
Bab 101 Menjalani Hubungan LDR
102
Bab 102 Tinggal Dirumah Abang.
103
Bab 103 Kabar Bahagia Setelah Duka
104
Bab 104 Terpaksa memaksa
105
Bab 105 Haredang
106
Bab 106 Sempurna
107
Bab 107 Sepiring Berdua
108
Bab 108 Kerinduan
109
Bab 109 Bertamu
110
Bab 110 Kedatangan Devina
111
Bab 111 Oh Citra
112
Bab 112 Permintaan Dhita
113
Bab 113 Wanita Aneh
114
Bab 114 Rere Almira Winata
115
Bab 115 Ide Gila
116
Bab 116 Terpaksa menikahinya
117
Bab 117 Menantu Baru
118
Bab 118 Kejutan
119
Bab 119 Mobil Baru
120
Bab 120 Dua wanita Aneh
121
Bab 121 Pertanyaan Absurd
122
Bab 122 Di bawakan bekal / Pulang
123
Bab 123 Cucu Oma yang Lucu
124
Bab 124 Bodyguard Dua Wanita
125
Bab 125 Payung Emas
126
Bab 126 Bersama Bestie
127
Bab 127 Korban?
128
Bab 128 Kondisi Dhita Drop
129
Bab 129 Pertikaian
130
Bab 130 Hidup Rukun
131
Bab 131 Saudara tampan
132
Bab 132 Cemburu Tanpa Alasan
133
Bab 133 Glen Kecewa
134
Bab 134 Fakta
135
Bab 135 Rencana Mommy Rita
136
Bab 136 Kelicikan Yang Terbongkar
137
Bab 137 Glen Kedua
138
Bab 138 Bukan Pengantin Baru Lagi
139
Bab 139 Rere / Almira ?
140
Bab 140 Mitoni / Tingkeban
141
Bab 141 Di madu
142
Bab 142 Satu Ratu
143
Bab 143 Tidak Adakah Wanita Lain?
144
Bab 144 Operasi Caesar
145
Bab 145 Oh Dhita
146
Bab 146 Mati Suri
147
Bab 147 Baby Twins
148
Bab 148 Hilangnya Sang Pewaris
149
Bab 149 Ratapan Seorang Ibu
150
Bab 150 Dendam Fanny
151
Bab 151 Ansel Abraham
152
Bab 152 Baby Blues
153
Bab 153 Risih
154
Bab 154 Salah Paham
155
Bab 155 Menyangkal
156
Bab 156 Penyakit Ansel
157
Bab 157 Naluri
158
Bab 158 Ardhi / Ansel
159
Bab 159 Tak Ingin Berpisah
160
Bab 160 Janda tapi Perawan
161
Bab 161 Kesalahan Fanny
162
Bab 162 Kesalahan Fanny 2
163
Bab 163 Pertunangan
164
Bab 164 Kecelakaan
165
Bab 165 Ternyata
166
Bab 166 Terungkap
167
Bab 167 Terlambat
168
Bab 168 Terpisah
169
Bab 169 Kebencian Ans
170
Bab 170 Terbiasa
171
Bab 171 Kembali ke Negeri Tercinta
172
Bab 172 Terbawa Mimpi
173
Bab 173 Misi Ans
174
Bab 174 Kebiasaan yang Menyebalkan
175
Bab 175 Dua Wanita Jutek
176
Bab 176 Hari pertama di kampus
177
Bab 177 Meluluhkan dua Hati
178
Bab 178 Berbagi kontak
179
Bab 179 Calon Tunangan
180
Bab 180 Kemarahan Ans
181
Bab 181 Karena Terpaksa
182
Bab 182 Pria Buta
183
Bab 183 Kehormatan kami
184
Bab 184 Dinner Pertama
185
Bab 185 Bertemu ibu kandung
186
Bab 186 Diam-Diam Cemburu
187
Bab 187 Rencana Ans
188
Bab 188 Seandainya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!