Di sekolah, Clara masih menyimpan dendam pada Egin. Hari ini dia sudah memiliki rencana jahat untuk membalas dendam.
Saat di kantin sekolah, Egin dan Cyntia sedang makan berdua.
Clara and the geng mendatangi mereka.
Egin mengerti maksud Clara yang memegang mangkok mienya agak tinggi, saat mendekat kaki kiri Egin diarahkan untuk menjegal Clara dan byoorr mie goreng pedas di mangkok Clara yang ingin dia tumpahkan ke Egin ternyata malah menumpahi dirinya sendiri.
Clara menjerit kepanasan, matanya juga terasa perih.
Teman-temannya segera membantu membersihkan wajah dan baju Clara.
Mereka pergi ke toilet untuk mencuci muka Clara.
" Kalian ini cepatan dikit, perih nih mataku. Dasar Culun kampungan !!" teriak Clara.
Egin segera menarik tangan Cyntia untuk segera pergi dari kantin .
" Dasar culun" ledek Nike yang masih di kantin untuk membereskan dompet dan ponsel Clara yang tertinggal disana.
Egin tidak menggubris perkataan Nike, bagi Egin lebih baik menghindari keributan di kantin daripada meladeni orang-orang seperti mereka.
Dalam hati Egin cukup puas dengan apa yang telah diperbuatnya pada Clara. Supaya dia tidak lagi semena-mena dengan orang lain.
Banyak orang di kantin hanya bisa melihat kejadian itu tanpa mau ikut campur. Mereka juga tidak mau berurusan dengan Clara, anak dari orang yang terpandang di sekolah mereka, karena orang tua Clara adalah penyandang dana terbesar di sekolah itu.
" Kurang ajar !!" teriak Clara
" Aduh Clara kamu jadi kotor gini....." kata Gadis.
" Akan aku balas kamu culun !" teriak Clara lagi
***
" Egin, aku dengar kamu ada masalah lagi dengan Clara?" tanya Orland
" Biasalah kak, orang itu selalu cari gara-gara" jawab Cyntia
" Tidak perlu kawatir kak" sahut Egin.
" Hampir satu sekolah ini kenal betul siapa Clara, papanya penyandang dana terbesar di sekolah kita. Saat kita bermasalah sama dia, dampaknya pasti kita dipanggil guru BK"
" Jadi seperti itu kak?" tanya Egin
" Ya begitulah"
Clara semakin kesal saat melihat Orland mengobrol dengan Egin. Sorot kemarahan menyala di mata Clara , cowok yang selama ini dia taksir malah mendekati gadis culun itu.
Pulang sekolah Orland berniat mau mengantar Egin. Tapi Egin menolak dengan halus, kebetulan hari ini Cyntia membawa motor, sehingga Egin memutuskan untuk pulang bareng dengan Cyntia.
Di tengah jalan mereka dihadang beberapa preman jalanan.
Cyntia terpaksa menghentikan motornya karena preman itu menghadangnya.
Cyntia terlihat pucat dan ketakutan.
Egin segera turun dari motor, preman itu segera mengepung Egin dan Cyntia.
Orland yang mengikuti mereka dari kejauhan juga menghentikan motornya.
Orland mengamati dari jauh, dia ingin tau apa yang akan dilakukan oleh preman-preman itu.
" Hei kamu gadis culun sini sama abang" teriak salah satu preman itu.
Tanpa banyak kata, Egin mendatangi preman tersebut. Egin langsung memukul ulu hati preman tersebut dengan pukulan yang sangat keras.
Spontan hal itu membuat preman yang lain terkejut .
Belum habis keterkejutanan mereka, Egin menendang dengan sangat keras bagian pelipis preman tersebut . Beruntung sekali Egin selalu memakai celana sepanjang lutut tiap ke sekolah sehingga dengan menyibak sedikit roknya, dia cukup leluasa menendang preman tersebut.
Preman itu terhuyung, Egin menendang lagi bagian dada sampai preman itu tersungkur di tanah.
Preman yang lain yang akan menyerang Egin, menerima tendangan balik badan yang dilakukan Egin, dengan lincah Egin berputar bahkan bersalto menghadapi preman yang berjumlah empat itu .
Cyntia yang ketakutan segera menjauh menghindari preman-preman itu. Cyntia melihat ada balok kayu di pinggir jalan, dia mengambil balok kayu itu untuk membantu Egin.
Meskipun dia sama sekali tidak bisa beladiri, jika dalam keadaan terpaksa seperti ini muncul keberaniannya.
Orland yang dari kejauhan melihat hal itu, dia juga berlari hendak membantu Egin dan Cyntia.
Tidak lama kemudian , preman-preman itu mampu dilumpuhkan.
" Apa maksudmu mencegat kami" tanya Egin sambil mencengkram baju salah satu preman itu
" Ampun non ...ampun non ...."
" Katakan siapa yang menyuruhmu!" bentak Orland
Mereka tetap menutup mulut tidak mau mengatakan siapa yang menyuruh mereka .
" Aku hubungi polisi untuk menangkap mereka" kata Cyntia
" Jangan non, jangan kami tidak mau ditangkap polisi."
" Kalau begitu katakan siapa yang menyuruhmu!" bentak Egin
" Eeeee......tidak ada yang menyuruh kami non, kami hanya iseng saja" katanya berbohong.
" Kalau kamu tidak mau mengaku, dalam waktu kurang dari 10 menit, polisi sudah datang kesini menangkap kalian" ancam Orland
" Ampun...ampun den.....kami disuruh oleh non Clara."
" Pergi kalian semua!" suruh Egin
" Aduh gak ada puasnya tuh Clara bikin gara-gara sama kamu Egin" kata Cyntia
" Ada masalah apa sih dia sama aku?"
" Kesel kali gara-gara kesiram air telur"
" Kan dia juga yang mulai"
" Pulang yuk sudah laper nih"
Clara semakin emosi mendapat laporan dari preman yang disuruhnya gagal, malahan
preman-preman itu yang terluka.
Clara dan teman-temannya sore itu berkumpul di rumah Clara untuk membahas masalah balas dendam pada Egin.
" Ternyata gadis culun itu tidak bisa disepelekan, kita harus bisa membuatnya tunduk pada kita" kata Clara.
" Rencana kali ini tidak boleh gagal lagi" sahut Rena.
" Yups" sahut Gadis dan Nike bersamaan.
Sementara Egin yang sudah pulang ke kost, dia membersihkan diri dan rebahan di kasur.
Dalam benaknya dia mengingat sesuatu, sudah hampir satu bulan aku hidup jauh dari papa.
Seketika dia menangis, ada rasa kangen dengan papanya meskipun sudah sering telpon. Namun rasa kangen dengan mamanya yang lebih menguasai hatinya.
Dia beranjak dari kasur, dia ingat sesuatu.
Tangannya meraih sebuah buku yang dia simpan di laci mejanya.
" Ma....ijinkan Egin membaca buku harian mama ya...Egin kangen sama mama. Maaf jika Egin lancang membacanya"
Sebelum meninggalkan rumah, Egin memang tanpa sengaja melihat sebuah buku di lemari mamanya. Kesedihannya yang mendalam membuat dia ingin membawa buku tersebut.
Di lembar-lembar pertama buku tersebut, mamanya menceritakan tentang kebanggaannya pada putrinya Egin. Waktu itu Egin mendapat juara fashion kategori busana favorit dan model terbaik.
Mamanya memang sangat menginginkan putrinya tampil anggun, dan jadi terkenal walau masih di usia belia.
Meskipun papanya juga membekali dia beladiri, tapi Egin juga sangat nurut dengan mamanya.
Dunia fashion juga dijalaninya.
Di buku itu mamanya mencurahkan isi hatinya betapa dia dan suaminya sangat bangga dengan Egin,
Sepulang dari lomba fashion mereka sekeluarga makan bersama di restoran mewah di kotanya.
Egin kembali menangis mengenang hal itu. Kebersamaan dengan keluarganya terutama dengan mamanya, akankah bisa dia rasakan lagi.
" Ma....cepat sekali mama ninggalin Egin" isaknya .
Dalam hati Egin masih tersimpan rasa penasaran yang mendalam mengenai meninggalnya mama tercinta. Ada misteri apa sebenarnya dibalik meninggalnya mama ?
Egin bertekad menguak misteri tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Lina Zascia Amandia
Semangat Kak...
2022-08-15
1