Yoga yang sudah kembali aktif bekerja pada Hendra Kusuma di kota A tetap memantau kegiatan Egin di kota S.
Ada satu orang suruhannya yang ditugaskan untuk tetap mengawasi Egin dari jauh.
" Yoga menurutmu apa Egin benar-benar bisa menjalani hidup di sana sendirian?"
" Non Egin sangat cerdas dan pemberani, semua yang tuan ajarkan dia menerapkannya dengan sangat baik"
" Kakak kelasnya gimana? Apa dia belum jera ?"
" Memang belum tuan , tapi saya yakin Non Egin bisa mengatasinya dengan sangat baik"
" Putriku kebanggaanku"
Hendra Kusuma sangat senang dengan banyaknya cerita dari Yoga tentang Egin, meskipun dia sudah mendengar laporan tentang hal itu, tapi saat disampaikan secara langsung tentu beda.
Sejenak Hendra merenung, andai saja istrinya masih ada. Tentu dia juga akan bangga dengan Egin.
Ingatannya melayang pada almarhum istri tercinta. Wanita yang selama ini mendampinginya dengan penuh kesetiaan. Kasih sayang yang telah dicurahkan untuk dirinya dan Egin, membuatnya hidup bahagia.
***
Di sekolah pagi ini Egin ada pelajaran musik. Semua siswa siswi disuruh masuk ke ruangan musik.
Ada beberapa alat musik di ruang tersebut. Anak-anak yang masuk ekstra kurikuler musik atau band sering memakai tempat tersebut.
Karena Egin termasuk baru di sekolah itu, dan ini kali pertama ekskul. Dia belum mendaftar untuk ikut band. Begitu juga dengan Cyntia.
Karena mereka sama-sama suka musik, mereka memutuskan untuk ikut band.
Bu Henny yang bertanggung jawab dalam hal ekskul terutama band memilih anak-anak yang berbakat di bidang musik dan membaginya dalam beberapa group band.
Egin kebetulan satu band dengan Cyntia. Orland yang selama ini pegang posisi drum diminta juga untuk membantu bandnya Egin karena dari anak kelas 10 tidak ada yang bisa main drum.
Sedangkan vokal ada beberapa yang juga ikut, untuk group bandnya Egin ada Tiara dan Bernard yang gabung.
Keputusan Bu Henny mengenai memasukkan Orland menjadi satu group band anak kelas 10 terdengar oleh Clara dan teman-temannya.
" Bagaimana bisa Orland masuk bandnya culun" gerutu Clara.
" Clara kamu kan vocalis di group kita, coba kamu bilang kalau kamu keberatan anggota musik kita disuruh bantu group band yang lain."
" Tentu saja aku akan sampaikan ini pada Bu Henny, mana bisa Orland disuruh seperti itu"
" Benar itu Clara, segeralah kamu sampaikan ini"
" Bu Henny, selamat siang Bu, maaf saya keberatan jika Orland harus diminta membantu band kelas 10."
" Kalau begitu biar saja Orland yang memilih, karena di kelas 11 kan ada tiga orang yang bisa main drum?"
" Tidak Bu, saya inginnya Orland tetap ada di group band saya"
" Karena ini menyangkut Orland, biar dia yang memutuskan masuk band yang mana" kata Bu Henny sedikit takut menyinggung hati Clara.
Seorang siswa yang tengah lewat diminta memanggil Orland untuk datang di ruang Bu Henny.
" Iya saya Bu Henny, selamat siang" kata Orland.
" Orland langsung saja, saya memanggil kamu untuk menanyakan kepada kamu mengenai group band anak-anak yang barusan dibentuk. Kamu tau sendiri dari beberapa anak yang daftar ekskul musik, tidak ada yang bisa main drum sehingga ibu butuh bantuan kamu untuk membantu mereka.
Nah .... Clara keberatan jika kamu masuk band adik kelas. Ibu sekarang mau menanyakan kamu ingin masuk band yang mana?"
" Saya memilih band adik kelas Bu, karena untuk kelas 11 kan ada anak lagi yang bisa main drum selain saya."
" Clara kamu sudah dengar sendiri jawaban Orland"
Tanpa menjawab, Clara pergi begitu saja dengan tidak sopannya. Dengan hati yang jengkel Clara meninggalkan ruangan Bu Henny.
Clara kembali ke kelasnya dan membicarakan semua dengan teman gengnya.
Rasa kesal, marah campuk jadi satu, kebenciannya pada Egin semakin menjadi.
" Tanpa Orland di band kita, untuk pentas seni nanti apa kita bisa menang?"
" Sudahlah kamu pasti menang Clara, suaramu sangat bagus. Kalau hanya pemain drum itu mudah tinggal ganti saja dengan yang lain"
" Kalian ini tidak pernah tau perasaanku. Masalahnya bukan di drumnya tapi Orland! Aku tidak bisa lagi dekat-dekat dengan dia"
Teman-temannya langsung diam, jika Clara sudah memuncak marahnya ampun deh. Mending diem daripada disemprot habis sama Clara .
Sekian lama Clara memendam perasaannya pada Orland, hanya lewat latihan band lah dia bisa dekat dengan cowok yang dikaguminya.
Tapi dia sudah mendengar sendiri, jawaban Orland . Dia lebih memilih masuk band Culun daripada tetap di bandnya dia.
"Awas saja kamu Culun. Tunggu waktunya, aku akan buktikan dan kamu akan tersingkir dari kehidupannnya Orland" kata Clara di hadapan teman-temannya.
Egin dan Cyntia merasa kaget ternyata Orland bisa main drum .
" Wah kita jadi ikut band , dan tidak disangka Kak Orland masuk band kita"
" Cyntia kamu kayak seneng banget gitu"
" Gak biasa aja, cuma gak nyangka aja "
" Cyn....nanti sore aku ke rumahmu ya"
"Pasti.....mama tadi pagi ya pesen kamu disuruh main ke rumah. "
" Wah kebetulan, oke "
" Egin...papamu kok belum kesini lihat kamu?"
" Aku sengaja melarang papa ke kost. Aku harus bisa membiasakan diri hidup sendiri Cyn"
" Kamu gak kangen apa?"
" Kangen sih tapi cukup telpon aja kali ya"
" Aku salut sama kamu Egin, selain mandiri kami juga bisa menjaga dirimu sendiri"
" Kepergian mama sangat menggoncangkan aku. Dan jika aku tetap di rumah itu aku akan semakin terpuruk dalam kesedihan"
" Aku tau perasaanmu Egin."
Bel sekolah berbunyi.
Pulang sekolah Egin dan Cyntia bertemu dengan Clara and the geng.
" Hei kalian jangan harap ya kalian bisa mengalahkan band kami. Pada acara pentas seni antar sekolah kelak kalian akan lihat bahwa kamilah yang akan menang" kata Clara sombong.
Egin dan Cyntia tidak begitu menggubrisnya.
Mereka berlalu begitu saja.
" Enak saja kalian nyelonong gitu aja!" teriak Clara.
Ketiga teman Clara segera mendekati Egin dan Cyntia.
" Aku ingin kalian bubarkan band kalian. Ngerti !"
" Alasannya?" tanya Egin
" Gara-gara band kalian, pemain drum di band kami pindah ke band kalian!" sentak Clara.
" Sampaikan saja ke Bu Henny jika memang kalian minta seperti itu" kata Egin.
" Pokoknya aku gak mau tau, kalian harus bubar!"
" Semua murid di sekolah berhak ikut ekskul apapun . Apa hak mu menyuruh kami bubar" sahut Egin
" Kalian lihat saja apa yang akan aku lakukan nanti!"
" Oke" Egin tidak gentar sedikitpun
Dia dan Cyntiapun pergi meninggalkan mereka.
Clara semakin kesal. Dia harus bisa menyusun rencana untuk mencapai tujuannya.
Rena, Gadis dan Nike mengikuti Clara dari belakang.
Waktu untuk mempersiapkan pentas seni masih cukup lama. Clara mulai lagi dengan menyusun rencana jahatnya .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments