Setelah percakapan panjang, dua sahabat yang sudah lama tidak berjumpa akhirnya aran pamit ke kamarnya, karna percuma saja Aran berada di antara mereka, dua wanita itu sibuk dengan urusan mereka saja lupa dengan keberadaan Arandita disana.
"Dari pada jadi obat nyamuk, mending aku kerjain skripsi ku sajalah" Lalu Aran membuka laptop nya, dan dengan lihainya Aran mengotak ngatik laptopnya untuk mengerjakan tugas kaliahnya yang sempat tertunda.
Setelah melihat arandita, pergi ke kamarnya kini Tante Elisa pun mulai membicarakan hal serius kepada sahabatnya.
"Winda bagai mana kalau kita jodohkan saja anakku dengan anakmu Arandita, sekarang putraku sudah dewasa dan menggantikan almarhum papanya menjadi CEO perusahaan peninggalan suamiku"
"Soal itu aku sih oke-oke saja tapi aku juga tidak bisa memaksakan kehendak untuk kebahagiaan putriku dia adalah satu-satunya harta paling berharga yang aku miliki, bukankah kebahagiaan bukan melulu soal uang"
"Iya kau memang benar tapi tenang saja kita akan mencari caranya nanti''
"Baiklah lebih baik sekarang kita tidur saja ini juga sudah malam" Ucap ibu Winda kepada sahabat nya.
Setelah selesai Aran menutup laptopnya dan melihat jam dinding menunjukkan pukul sebelas malam aran bergegas untuk tidur karna besok adalah jadwal kuliah pagi.
''Ayah restui aran agar aran menjadi seorang putri yang ayah inginkan, semoga ayah tenang di alam sana, aran rindu ayah." Kini Arandita pun mulai menutup matanya dan tertidur dengan nyenyak.
Setelah beberapa saat Aran tidur ibu Winda masuk ke dalam kamar putrinya. "Anak ini selalu saja lupa mematikan lampu dan memakai selimut nya" Ibu menarik selimut dan mulai menyelimuti tubuh putrinya, kini tatapan ibu Winda pun melihat tangan Arandita yang memar dan mengolesi nya dengan salep.
Ibu sudah tahu Aran berkelahi dengan preman demi menyelamatkan Elisa sahabatnya orang yang belum dia kenal saat itu, karna tante Elisa sendiri yang menceritakan kejadian saat perjalanan menuju rumahnya.
''Arandita ibu senang kau jika kau suka membatu orang, namun ibu juga khawatir jika terjadi apa-apa padamu karna di dunia ini hanya kau lah harta yang ibu miliki setelah kepergian ayahmu." Ibu mengusap air matanya yang tiba-tiba menetes begitu saja. Kini Ibu pun keluar dari kamar Aran setelah mematikan lampunya.
Dari kejauhan tante Elisa melihat gerak-gerik sahabatnya. "kamu beruntung winda, punya putri yang cantik dan baik hati seperti arandita, ini membuat aku menjadi yakin bahwa keputusan ku untuk menjadikan arandita menantuku adalah hal yang paling benar.'' Kini Tante Elisa pun kembali ke kamarnya, sebelum sahabatnya melihat dia masih berada di luar kamar.
...----------------...
Malam berlalu pagi pun menyingsing mulai menampakkan cahayanya, membangunkan seorang gadis yang masih tertidur pulas.
Dengan sedikit lemas Arandita bangun dari ranjang sederhana nya. "Andai saja bisa tidur seharian pull." Arandita berjalan keluar menuju kamar mandi dan bersiap-siap untuk pergi kuliah.
Arandita seperti melupakan sesuatu, namun entah apa itu, aran menghabiskan sarapannya, dan bersiap untuk berangkat menimba ilmu, namun iya langsung mengingat kartu identitas nya.
Id card
Arandita terus mengacak-acak isi tas dan meja belajar nya namun dia tak kunjung menemukan apa yang dia cari.
"ya ampun dimana kartu identitas ku kalau sampai hilang bisa gawat ini, ceroboh aran kau sangat ceroboh, kartu itu pasti jatuh di tempat kamarin aku bermain-main dengan tiga kadal itu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments