Tidak penuh taktik dan haus akan harta.
Tapi semua hanya angan-angan belaka saat itu ...
Wilona menggelengkan kepalanya.
"Permisi" Ia terpaksa pergi.
Pikirannya tertuju pada mantan kekasihnya dulu saat ia masih duduk di bangku SMA.
Kaizer menarik kembali tangannya dan langsung membersihkan tangannya dengan cairan pembersih kuman dan juga tisu basah. Lalu ia ketik beberapa pesan singkat yang ia tujukan pada orang suruhannya.
Tia sedikit kesal, kenapa nanggung sekali sih. Sebenarnya siapa wanita ini kenapa berhasil membuat Kaizer moodnya kadang baik kadang tidak. Bukannya hanya kakak ipar saja, apa jangan-jangan ada suatu hubungan gelap.
'Apa gara-gara uang satu miliar itu ya menyebabkan semua keadaan rumit, lagian istrinya kaizer mana sih gak pernah lihat batang hidungnya. Padahal jelas-jelas suaminya begini, aku ingin melabraknya dan mencakar-cakar wajahnya bila bertemu.' Tia geram.
.
.
"Nona ... maaf permisi, kami di utus tuan Kaizer untuk mengantarkan nona langsung ke rumah." Sedikit ada paksaan dari 2 orang suruhan Kaizer.
"Tidak perlu, saya masih bisa menyetir mobil ini. Kalian ikuti saja dari sana, jika takut saya kabur dari tuan kalian," sambil menunjuk motor yang biasa di gunakan untuk mengawasi dirinya.
Mereka berdua mengangguk bersamaan.
Kaizer ini memang selalu cerdik dan penuh perhitungan, ia akan menyuruh orang bawahnya tanpa mobil untuk menjaga Wilona tapi dengan ancaman yang tidak main-main.
Wilona menyipitkan matanya sebelum ia masuk ke dalam mobilnya, sambil menerka siapa yang mengawasi dirinya selain orang suruhan Kaizer
"Sial ... siapa dia, seperti mata-mata baru. Tapi aku gak tau siapa. Sial ... bikin orang hawatir dan was-was." Sambil ia pukul stir kemudinya.
Tok
Tok
Kaca mobil di ketuk oleh seseorang.
Wilona menurunkan kaca mobil dan melihat siapa yang mengetuk.
"Iya ada apa ya pak?" Wilona menatap pria paruh baya tapi anehnya tangannya masih mulus seperti pria muda.
"Uang parkirnya !" jawabnya sambil menyodorkan karcis.
"???" Wilona menatap keheranan.
"Maaf saya lupa." Memberikan uang pecahan berwarna hijau.
"Terimakasih ya neng," senyumnya terasa asing dan berlalu pergi.
Kurang tulus di mata Wilona.
"Biarkan saja deh yang penting gak macam-macam ke aku." Sedikit curiga.
.
.
Setelah itu Tia tersenyum lebar ketika melihat layar ponselnya, ia memang menyuruh orang untuk mendekati Wilona lebih tepatnya untuk menghilangkan Wilona dari muka bumi agar Kaizer tidak terjerat hutang miliaran itu dan juga bunganya, lagian kakak iparnya itu ancaman terbesar.
Wilona membenarkan kaca spion di dalam mobil, ko ada yang aneh kenapa orang suruhan Kaizer tidak ada di belakang mobilnya.
"Kemana mereka, apa jangan-jangan mereka. Sudahlah, mungkin istirahat atau motornya kehabisan bahan bakar dan bocor ban motor mereka." Wilona mengenakan kaca mata yang menambah daya tariknya.
BRAGH
BRAGH
BRAGH
Berkali-kali kaca mobil yang sedang di kemudikan Wilona di gedor-gedor orang dari luar, memintanya untuk berhenti.
"Berhenti ... berhenti kamu." Kaca mobil di gedor oleh segerombolan orang mengendarai motor yang tidak di kenal Wilona.
"Siapa sih, orang gak penting buat apa di layani," acuh tak acuh.
Tapi tetap saja mobil Wilona di kejar-kejar segerombolan orang itu yang berjumlah sekitar 3 orang.
"Gila nih orang, bisa-bisanya ngejar-ngejar aku. Apa aku punya hutang di rentenir atau bos nya, gila pasti salah sasaran. Atau ... jangan-jangan aku di kirain Kaizer lagi, dasar laki-laki pembawa sial sudah menjebak ku dalam pernikahan ini tapi juga menjebak ku atas dasar hutang piutang." Hati Wilona sangat kesal.
Punya suami satu modelan begini apalagi banyak sana sini, sepertinya kepalanya pecah seketika membereskan masalah satu persatu.
CEKIT
Wilona mengerem kemudinya di tepi jalan, ia mau tidak mau harus menghadapi orang yang sebenarnya tidak sebanding dengan dirinya, jika orang lain melihatnya.
Banyak orang yang mengerumuni Wilona tapi mereka tidak berani mendekati mobilnya hanya melihat saja tanpa menolong Wilona, yang sedari tadi kaca mobilnya di ketuk terus dengan keras.
"Nih ... orang siapa sih, ngapain juga terus mengetuk kaca mobil."
Wilona keluar dari mobil.
"ADA APA?" Ketus Wilona membuat 3 orang yang sedang di hadapannya mundur.
Sepertinya salah sasaran kali ini, tapi bener ko plat mobilnya dan pengemudinya seorang perempuan muda nan cantik.
"Nona-- nona-- besar." Gagap seketika.
"???" Wilona mengerjabkan matanya dengan keheranan.
'Nih orang gak waras atau bagaimana, nona besar apanya.'
"Nona besar apanya, mata kamu buta apa?" ketus.
"Kami tidak buta nona, maafkan kami nona!" jawabnya serempak.
"Lah terus, ini maksudnya apa coba? panggil saya dengan sebutan nona ... nona ... besar lagi, kalian pikir saya nona kalian apa." Wilona terpancing emosinya.
"Benar anda nona kami yang kami cari bertahun-tahun nona," jawab salah satu dari mereka.
Wilona mengibaskan tangannya seraya tidak percaya.
"Aa ... ha ... ha ... kalian bertiga ini ada-ada saja " Wilona tergelak sendiri.
Lucu, aneh. Pikirnya.
Jaman sekarang mana ada nona muda hilang dari keluarganya yang kaya, belum lagi penjagaan ketat dan lainnya.
"Tapi memang benar nona, anda adalah nona kami yang hilang selama puluhan tahun nona." Penjelasan kali ini membuat Wilona terdiam seketika.
"Apa buktinya ?" wajahnya mendadak suram.
.
.
Kamar Pribadi Wilona.
Wilona memegang dagunya seraya berpikir, apa benar dirinya nona muda kaya yang hilang. Tapi ... jika di pikir-pikir memang ada benarnya apalagi tadi orang-orang itu langsung tunduk saat melihat dirinya secara nyata.
"Ish." Wilona memukul kepalanya pelan sambil menyadarkan dirinya jika semua belum tentu nyata adanya.
Kaizer sudah pulang ternyata, ia menyandarkan tubuhnya di samping pintu.
"Ehem."
Wilona menatap ke sumber suara dehem an.
"Ada apa, kalau ada hal yang mau di bicarakan. Silahkan saja." Memperbaiki posisi duduknya di tepi ranjang.
"Nih," tiba-tiba memberikan kartu debit.
"Isinya."
"Ck, tidak tau malu," Kaizer menyindir langsung di depan orangnya.
"Kenapa harus malu, bukannya ini hak saya. Apa anda lupa jika semua harta benda yang di gunakan sekarang itu hasil kerja keras pernikahan kontrak palsu?" dengan tatapan yang sangat menggoda bagi Kaizer.
"Benar juga kata kamu, bagaimana jika sebagai gantinya malam ini kita sedikit bersenang-senang?" Kaizer menawarkan diri.
"Ogah!" Wilona memilih menyimpan kartu itu ke dalam dompetnya.
"Tidak ada kata-kata penolakan, bukannya kita sudah pernah melakukannya berkali-kali." Kaizer melepas satu persatu kancing kemejanya.
Deg
Deg
Deg
"Minggir ..." Wilona panik.
"Tidak"
"Minggir sana, sudah di suruh minggir tapi gak mau." Wilona mendorong tubuh Kaizer.
Percuma tidak ada gerakan apapun.
"Tidak akan, anda sudah memancing saya sedari tadi pagi. Tidak mungkin saya akan melepaskannya begitu saja, sia-sia dari tadi pagi baik saya dan anda melakoni drama antara kakak ipar dan adik ipar, bukan?" terus menghimpit tubuh Wilona.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments