"Eh .. sampai terlupa, perkenalkan dia ini ..." Kaizer belum selesai berbicara namun sudah di potong oleh Wilona.
"Perkenalkan... nama saya Wilona kakak ipar Kaizer, iya kan." Tersenyum palsu.
"Kakak ipar? bukannya istri. Kata kamu dia calon mantan istri kamu honey?" manja-manja menggelikan dan jijik di samping Kaizer.
"Se ..."
"Anda salah paham pada saya, oh ... ya Kai. Bukannya kemarin kamu berjanji akan menganti uang kakak yang kamu pinjam sekitar 1 Miliar?" Wilona tersenyum manis di depan kekasih Kaizer.
'Ini baru permulaan Kaizer, jangan harap kamu keluar dari rumah ini membawa satu sen uang. Aku tidak rela berbagi uang dan harta dengan wanita menjijikkan di depanku ini. Enak sekali mau menikmati jerih payah bertahun-tahun dengan orang berbeda, gak rela ya aku. Akan aku kuras habis uang warisan mu Kaizer.'
Wilona pilih main cantik.
Haduh ... semoga aktingnya gak ketahuan dan tidak terbaca dengan mudah oleh mereka-mereka sepasang kekasih bajinga* tersebut.
Jantung Wilona memang berdetak cepat sekali, tapi secara sembunyi-sembunyi ia mengatur gerogi nya. Hatinya kesal sekali melihat wanita di hadapannya tapi ia harus mengikuti permainan ini dengan cantik, jika ingin membalas mereka harus main cantik bukan.
'Mampus kamu Kaizer, ternganga kan sekarang. Aku akan ambil hak yang seharusnya punyaku, lagian sudah tau status anak har,am pakai gaya-gayaan mau main-main denganku.
Jika ada pilihan ya aku gak akan milih laki-laki modelan kamu, tapi sayang beribu sayang kamu gak ada kekurangan.
Hanya saja statusmu yang kurang pas jadi kriteria ku, kurang pas nya dimana? yaitu perilaku mu dan karena kamu ada konflik sebelum kamu lahir makanya hanya hal ini satu-satunya alasan kenapa aku ada sedikit rasa peduli untuk membantumu, cih... gak tau berterima kasih dengan baik ternyata.'
Wilona menatap dalam-dalam mata Kaizer dan wanita yang ada di sampingnya bergantian menantikan jawaban dan tanggapan yang sesuai dari mulut mereka.
.
.
Wilona mengerjabkan matanya, kenapa diam apa jangan-jangan aktingnya kurang memadai minat pasaran.
"Honey ... berikan saja uang satu miliar nya, lagian uang segitu aku ada ko bahkan lebih. Dari pada kamu nanti menikah kakak ipar malah memintanya di saat hari yang penting."
Wilona ingin sekali memuntahkan isi perutnya.
'Huwek ... ini jalan* kecil satu, ngapain sih ikut nimbrung. Oh ... ya dia kan jadi peran protagonis yang tertindas dan akan di tolong tokoh protagonis juga, haduh... gak sesuai angan-angan.'
"Tidak usah honey, aku saja ya. Lagian sebentar lagi kakak ipar dan suaminya akan bercerai, jadi sebelum bercerai sebaiknya aku mengembalikan uangnya bukan" Kaizer tersenyum licik di hadapan Wilona.
'Sialan bang kai kaizer ini, dia pikir aku bakalan menyerah begitu saja. Enggak lah ya, aku bukan Wilona yang dulu yang penurut lagi dan bukan boneka yang mudah dimainkan kamu Kaizer.'
BRAGH
Wilona menggebrak meja.
"Jangan lupa bunganya, oh ... ya bukannya jika saya bercerai akan mendapatkan hak waris delapan puluh persen saham milik keluarga Mahir bahkan hampir semuanya yang ada dimana-mana itu?"
Mampus Lo
Wilona tertawa terbahak-bahak dalam hatinya, lagian mau di ajak main-main, gak bisa ya.
Mata Tia dan Kaizer melotot.
Tidak percaya jika wanita yang ada di hadapannya sulit di jatuhkan, tapi tidak hilang ide Kaizer punya banyak cara dan siasat baru.
"Honey ... kenapa begitu, bukannya keluarga Mahir tidak akan sembarangan memberikan hak warisnya ?" Tia terus-menerus memperkeruh suasana.
Tidak hanya panas tapi suasananya menjadi lebih rumit.
'Sialan nih Kaizer, kenapa gak bilang dari awal konsekuensinya. Tau begini aku gak mau membantu dia kalau ujung-ujungnya gak dapet apa-apa, rugi akting.' Gerutu Tia dalam hati.
'Gila ... benar-benar gila wanita satu ini, aku pikir mudah mengalahkan wanita yang asal usul nya saja gak jelas.' Kaizer mengepalkan tangannya di dalam saku celananya.
"Apakah itu benar, tapi setahu saya kakak ipar bukan hanya menantu bukan ahli waris?" Kaizer malah melanjutkan dramanya dan gak mau kalah dari Wilona.
"Kata siapa, tuh ... kakak bawa pengacara yang menangani hak waris keluarga Mahir. Jika perempuan berhak mendapatkan delapan puluh persen jika pihak laki-laki yang di nikahi nya menceraikan istrinya, jadi ... kesimpulannya saya tetap dapat delapan puluh persen saham milik keluarga Mahir!" jawaban Wilona tidak di percayai begitu saja oleh Kaizer.
Tia mulai kebingungan tapi untungnya Kaizer tidak pernah memberi tahukan bahwa keluarga Mahir hanya punya satu laki-laki penerus dan hanya dirinya saja.
Jika tidak akan kacau semuanya, tidak perlu orang tau yang penting partner nikahnya tau sedikit itu saja sudah cukup.
"PENGACARA ???" Kaizer terkejut begitu juga dengan Tia.
Gila ... hari paling gila yang pernah ada dalam hidup mereka, sejak kapan.
'Sialan wanita jalan* ini, kenapa dia begitu cerdik sekarang. Dasar brengse* tidak tau malu, pasti urat malunya dan haus akan harta meronta-ronta sehingga mengundang pengacara dan menyiapkan semuanya dengan rapi, sejak kapan ... sejak kapan ... sial ... sial ...' Kaizer menahan emosi demi pencitraan di depan banyak orang.
"Iya pengacara, anda tidak percaya dengan saya" Wilona mengangkat kedua bahunya sambil bersiap menepuk kedua tangannya.
Kaizer tidak percaya, pasti wanita itu bersenda gurau, atau mengigau pagi setengah siang.
"Pak Fadlan, silahkan masuk pak"
'Uhuy ... nungguin reaksi selanjutnya, permainan harus di selesaikan dengan baik dan benar bukan?'
Pengacara yang mengurus semua aset-aset keluarga Mahir datang, tidak mungkin Kaizer lupa dengan pria berperawakan tinggi dan berkulit sedikit gelap tersebut bukan.
Laki-laki yang pernah datang bersama dengan kakeknya yang bernama Maher Mahir bertahun-tahun yang lalu.
'Sial ... kenapa laki-laki ini datang lagi, bukannya urusannya sudah beres dan deal dulu. Apa jangan-jangan aku hanya di bohongi saja selama ini, sial ... sial ... gimana nih jika aku jatuh miskin ? bukannya tidak akan dapat apa-apa.' Batin Kaizer di iringi bibir bawahnya ia gigit sendiri.
Hawatir jika benar kata-kata Wilona benar, kenapa baru tau sekarang.
'Sial nih orang, kenapa sedari tadi sepertinya aku di umpat habis-habisan sih' Wilona malas benar-benar malas menanggapi orang yang tidak penting
Percuma juga bertahun-tahun bersama tapi tidak ada koneksi bicara satu sama lain, turus ngapain juga harus peduli. Tapi walaupun begitu Wilona tetap tidak tega an dan akan selalu peduli, tidak hanya untuk dirinya sendiri tapi untuk orang yang ia anggap pantas ia pedulikan.
"Hem ..." cuek acuh.
Wilona menahan tawa saat melihat kedua insan yang klop di hadapannya berwajah pasi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments