BAB 4

Wilona menahan tawa saat melihat kedua insan yang klop di hadapannya berwajah pasi.

Yakin deh sebentar lagi bakalan ada yang masuk ke rumah sakit sebab serangan jantung mendadak, kalau beruntung ya selamat kalau enggak ya siap-siap membeli tanah sepetak untuk pemakaman.

Jika keluarga Mahir mengizinkan pasti dengan suka rela boleh memakamkan di tempat keluarga Mahir.

Setelah pengacara membaca semua isi hak waris.

.

.

.

"Aduh ... tolong, umur saya masih muda." Kaizer memegang dadanya yang sakit.

Wilona tidak terkejut sama sekali dan hanya menatapnya kejam tanpa mau menolongnya, ia tidak kejam tapi statusnya pura-pura sebagai kakak ipar harus mulus tanpa setengah-setengah.

"???" pengacara keluarga Mahir tentu saja terkejut dan keheranan bukan.

Ini bukan salah dirinya maupun nona Wilona tapi yang salah hanya satu orang saja yaitu Kaizer sendiri, sudah tau anak har,am tapi masih bertingkah seolah-olah anak sah dalam pernikahan dan di akui.

Baru sekitar 3 4 tahun baru di akui, hanya saja jika ia benar-benar bisa membuat usaha keluarga Mahir tidak jatuh bangkrut dan tidak menceraikan istrinya barulah hak waris penuh miliknya, tapi apa boleh buat.

'Aku sengaja berbicara pada kakek kamu, lagian jika aku tidak bergerak cepat pasti aku tidak dapat apa-apa. Bahkan satu persen saja tidak ada di genggamanku, untung saja aku bisa meyakinkan kakek Maher jika tidak sudah jadi lain cerita bukan.' Wilona hanya melipat kedua tangannya di depan perutnya sambil duduk santai menikmati pelan-pelan hasil kerja kerasnya.

.

.

Kediaman Maher Mahir

"Apa sudah di jalankan ?" Maher menatap netra cucu menantu perempuannya.

"Sudah kakek, tapi sepertinya tadi orang itu hanya pura-pura saja!" Wilona berkata apa adanya.

"Anak itu, tetap saja anak liar. Sungguh kasihan nasibmu." Wilona tersenyum palsu.

Tidak hanya sang kakek yang punya perhatian palsu tapi seluruh keluarga Mahir, memang sudah seperti itu dari keturunan aslinya jadi semua hal tidak ada yang aneh.

Obrolan masih berlanjut.

'Walaupun liar dia tetap cucumu kek ... kakek ... apa anda lupa dia juga keturunan anda, heh ... orang tua satu ini.' Wilona menggerutu.

'Ya iyalah nasibku kasihan, bahkan cucu yang kamu anggap liar itu mau membaginya dengan wanita lain, gak rela lah aku gak dapat apa-apa dari sekian tahun. Lebih baik semua gak dapat dari pada dapat tapi ujung-ujungnya saling tikam di belakang orangnya'

Maher melambaikan tangannya di depan wajah Wilona.

"Wilona ... nak ... apa ada sesuatu yang ingin di sampaikan?" pertanyaan Maher mengejutkan Wilona.

"Tidak kek, em ... hanya saja sepertinya saya tidak pantas di samping nya!" tanpa sengaja Wilona keceplosan lagi

"Maksud kamu apa, dia ada wanita lain yang singgah di hatinya. Begitu."

Wilona mengangguk.

Hati Maher sedikit memanas, kenapa kejadian begini terulang lagi dan lagi. Dulu pernah terjadi sampai Kaizer lahir di dunia, andai ibunya anak liar itu tidak meninggal saat dia kecil pasti akan ada Kaizer yang lain dan lebih membahayakan.

.

.

.

Kali ini Wilona akan tampil beda dong saat menjenguk Kaizer.

Kaizer berada di rumah sakit dan membuat Tia hawatir dengan kesehatannya, dan yang membuatnya sebal kenapa istrinya tidak datang apa sebegitu sibuknya dia sampai-sampai suaminya masuk rumah sakit ia tidak datang sama sekali.

"Kalian tau dimana istrinya tuan Kaizer?" Tia terpaksa buka suara.

Penasaran seperti apa paras wanita itu, padahal dirinya yang terlalu di bodo* i dengan drama tadi di kediaman Kaizer.

"Istrinya..." Mereka saling menatap satu sama lain.

Tak

Tak

Tak

"Dia tidak akan datang, saya yang mewakilkannya untuk datang kemari dan akan memberi tahukan tentang keadaannya, sebab suaminya sendiri saja tidak bisa di percaya. Apalagi jika ada orang yang tidak di sambut keberadaannya."

Wilona datang dengan wajah yang berbeda, bukan pucat atau tanpa riasan seperti saat di rumah Kaizer, melainkan berdandan cantik bak model internasional.

Selain pakaiannya cantik wajahnya juga sangat mendukung apalagi tubuhnya yang tinggi semampai, tidak bisa di pungkiri jika dirinya jadi pusat perhatian di rumah sakit.

'Mata orang-orang ini benar-benar jelalatan, lihat yang bening dan cantik langsung terpesona dan lupa dengan kenyataan padahal ekpektasi tidak seindah realita.'

Wilona mengibaskan rambutnya yang sedikit curly di bagian bawahnya.

Waw ...

"Apakah dia baik-baik saja ?" Wilona membuka pintu kamar rawat Kaizer.

Dasar ya Kaizer terlalu manja.

"Dia ..."

Wilona tidak mendengarkan apa yang di ucapkan oleh Tia, bagi Wilona ucapan wanita perebut suaminya itu hanya halu belaka.

"Oh ... ternyata anda masih sehat adik ipar. Oh, ya... setelah anda keluar dari rumah sakit ini jangan lupa ya untuk membayar pinjaman itu, saya lagi butuh buat modal usaha pakaian." Wilona menatap malas Kaizer.

Kaizer tersenyum mendapati istrinya datang dengan dandanan yang berbeda.

Suami kejam yang justru berpura-pura dan banyak tingkahnya, apalagi sekarang laki-laki berengse* ini malah menginap di rumah sakit dengan fasilitas kamar yang sangat mahal sekali.

Bahkan sehari saja bisa menghabiskan puluhan juta belum kebutuhan lainnya seperti menebus resep obat dan lainnya.

Sungguh merepotkan melihat laki-laki modelan begini, sok kaya raya dan bisa membayar.

"Apa anda gila, uang segitu saya akan kasih tapi bukan hari ini." Kaizer mencengkram pergelangan tangan Wilona dan hendak menariknya ke dalam pelukannya.

Tiba-tiba

Ceklek

Suara pintu di buka dan Tia melihat kejadian.

"Kalian? kenapa berpegangan tangan ?"

Pertanyaan konyol.

"Ck ... anda ini konyol sekali ya, dimana anda melihat saya berpegangan. Bukannya dia ini yang memaksa saya." Secepat mungkin Wilona membalikkan keadaan.

Lagi pula dirinya berkata jujur.

"Oh ... tapi tidak baik antara adik ipar dan kakak ipar berpegangan tangan. Honey ... aku cemburu loh"

Iuh ... Wilona merasa ingin muntah di ranjang Kaizer setelah mendengar ucapan Tia, Wilona hampir lupa jika wanita yang sedang ia hadapi bukan wanita biasa dan baik-baik.

"Kamu jangan salah paham, oke." Kaizer membelai rambut Tia.

Wilona memutar bola matanya dengan malas.

Kali ini ia tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan.

"Ehem ... lihat kondisi dong di sini masih ada orang, segera nikah saja" Wilona melipat kedua tangannya di depan dadanya.

"Oh ... masih ada orang ternyata, saya kira gak ada makanya lupa. Pasti akan segera menikah." Tersenyum licik.

Wilona termenung dan tidak mendengar sama sekali ocehan Kaizer, entah ia bicara apa.

Lagi-lagi Wilona teringat masa lalu dengan kekasihnya dulu sebelum terjebak pernikahan dengan Kaizer, ia bernama Brian Istana. Laki-laki tampan, berpendidikan tinggi dan juga baik tidak hanya dirinya saja tapi juga keluarganya baik semua.

Tidak penuh taktik dan haus akan harta.

Tapi semua hanya angan-angan belaka saat itu ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!