05. Melintasi hutan di tengah Malam

Dena menemukan kakaknya sedang melihat dekor pernikahannya. Tiba-tiba tangan Sera ditarik oleh Dena sambil berlari.

"Ada apa? Kau kenapa??" Tanya Sera pada adiknya.

"Ayo ke kamar kakak!" Ujar Dena menarik kakaknya.

Dena tergesa-gesa mendorong kakaknya masuk ke kamar. Dena lalu segera menutup pintu kamar Sera.

Adiknya menunjukkan amplop yang diberikan oleh Randi.

"Itu dari Mas Randi!!" Ujarnya.

Sera segera mengambil surat itu dan membukanya.

***

Johan yang sedang melihat perlengkapan meja dan kursi untuk acara mereka kemudian didatangi oleh Clift.

"Tuan,.." panggil Clift.

Johan lalu melihat ke arah Clift. Clift lalu berbisik,

"Pria itu datang lagi. Ia memberi surat kepada nona Dena, aku yakin surat itu untuk nona Sera.." ujar Clift.

Johan menahan emosi, ia mengepalkan tangannya.

***

Sera membuka surat yang ditulis oleh Randi.

---Sera, aku tidak bisa banyak bicara dalam surat singkat ini. Aku ingin memberitahumu secara langsung, kalau ada kesempatan larilah keluar. Ayo kita kabur saja.---

---Sera, Aku ingin memberitahumu bahwa calon suamimu bukan pria autis biasa seperti yang kau lihat. Dia adalah pria jahat. Dia lah yang membuat ayahmu bangkrut... Dialah orang dibalik pemberi hutang sebelumnya yang menekan ayahmu sehingga akhirnya ayahmu mengambil pinjaman lebih banyak lagi. Aku punya bukti-bukti dari pamanku yang merupakan pengacara pihak rentenir, ada salinan perjanjian dan tanda tangannya meminta orang-orang dari rentenir dan bank menaikkan bunga dan mempercepat jatuh tempo hutang keluargamu..---

---Sera, apakah kau tidak ingat dengannya? Dia.. akdjxwz ...---

"BRETT!!!" tarik Johan menyobek bagian bawah surat tersebut.

Dena terlihat sangat kaget melihat calon kakak iparnya masuk dan menyobek surat di tangan Sera.

Sera kemudian menyimpan sisa surat di tangan kedalam kantongnya. Ia menatap Johan tajam.

"Apa yang telah mas lakukan pada keluarga ku...? Tanya Sera pelan.

Johan terlihat kaget.

"Mas sudah gila??" Tanya Sera lagi, tetapi nadanya meninggi. Wajahnya terlihat sangat marah.

Johan diam saja. Ia tidak dapat menjawabnya.

"Mas tidak akan mendapatkan apapun dariku..." Ujar Sera.

Sera kemudian segera keluar dari kamarnya, ia diikuti oleh adiknya Dena.

***

"Kak Sera, kau mau kemana.." panggil Dena mengikuti kakaknya. Ia berusaha menenangkan Sera. Dena terlihat merasa menyesal memberikan surat itu ke kakaknya.

"Aku mau bertemu ayah..." Ujar Sera berjalan dengan emosi dan langkahnya dipercepat.

Ditinggal di kamar Sera. Johan terlihat begitu kesal. Tetapi ia hanya dapat terdiam.

***

Sera dan Dena sampai ke kamar Broto yang sedang minum teh bersama istrinya Indira sambil membaca. Ia kemudian menunjukkan kepada ayahnya bukti-bukti surat bahwa Johan memanipulasi agar ayahnya berhutang kepada keluarga Adiyatama.

"Ayah telah ditipu oleh keluarga ini. Mereka sengaja melakukannya agar ayah berhutang dengan mereka!"

Ayahnya segera mengambil kertas-kertas ditangan Sera. Ia memeriksanya sejenak.

"Lalu mengetahui hal ini kau mau apa?" Tanya ayahnya.

"Ayah!" Ujar Sera.

"Kenyataannya ayah tetap akan berhutang walaupun bukan dengan keluarga mereka... Siapapun rentenirnya.. panen selalu gagal, para pekerja kebun butuh upah, dan ayah baru saja membeli tanah yang perlu digarap, itu bahkan tidak diterima untuk dijadikan jaminan di bank..."

Sera menatap ayahnya. Matanya berkaca-kaca.

"Sera.. aku juga tidak paham mengapa ia sengaja membuat agar aku berhutang dengannya..."

"Itu agar ia bisa menikahkan anak autis mereka dengan anak gadis ayah!" Teriak Sera.

"Sera..! Nanti kedengaran orang!" Ujar Indira.

"Ibu! Kalian kenapa? Kenapa bukan membela ku?!" Tanya Sera.

"Sera, bukankah Johan tidak begitu buruk? Dia tampan dan sangat cerdas, walaupun mungkin gelagat dan geraknya sedikit aneh. Adiyatama masih keturunan keluarga ningrat, dan lagi mereka melunasi semua hutang ayah, kau tinggal ditempat yang mewah, ibu rasa kau bereaksi berlebihan.."

"Sepertinya aku tidak bisa berdiskusi dengan ibu dan ayah..." Ujar Sera meneteskan air matanya. Ia kemudian pergi keluar dari kamar kedua orang tuanya.

"Kakak..." Panggil Dena.

"Aku ingin sendiri dulu Dena.. jangan ikuti aku..." Ujarnya kemudian segera keluar dari kamar kedua orang tuanya.

Indira dan Broto terlihat bingung menanggapi anaknya.

***

Sera naik ke rooftop kastil untuk menangkan diri. Dia menangis di sana. Mengusap air matanya. Ia tidak percaya, lagi-lagi orang tuanya menukar kebahagiaannya dengan harta.

Dari atas kastil Sera melihat kereta delman yang sering digunakan untuk mengangkut sayuran. Ia berpikir kereta itu mungkin akan dibawa ke kebun dan pergi ke pasar desa. Ia mulai berpikir bahwa ini adalah kesempatannya keluar dari kastil tanpa ketahuan.

Sera kemudian segera bergegas untuk turun. Ia melihat ke sekelilingnya, ia takut Johan memperhatikan atau mengikutinya. Ia memastikan orang-orang tidak mengikutinya, Sera berjalan menuju dapur dan mengambil sebuah jubah pelayan mereka. Ia berjalan cepat kearah kereta bahan makanan itu, untuk segera menyusup kesana. Dan ternyata, memang tidak ada yang menyadari bahwa itu Sera. Semua orang sibuk dengan pekerjaan mereka untuk persiapan pernikahan Sera dan Johan.

Sera berhasil masuk ke dalam delman. Ia kemudian menutupi tubuhnya dengan Jubah tersebut. Hanya saja kereta itu kosong, Sera tidak ingin ambil pusing. yang ia pikirkan yang penting adalah bisa keluar dari gerbang kastil.

Salah satu pelayan laki-laki kemudian naik ke kuda, lalu mengendarai delman yang bagian belakangnya di tutup kain penutup tersebut. Delman mulai berjalan keluar dari kastil. Sera merasakan dan mendengar pintu gerbang dibuka. Ia merasa sangat senang. Sera berhasil keluar dari kastil tersebut.

***

Delman tersebut terus berjalan, Sera sesekali mengintip ke luar. Tampaknya delman ini menuju ke kebun, bukan ke pasar.

"Betul, delman ini kosong.. ia pria ini akan mengisi sayur bukan untuk dijual. Tapi untuk mengambil sayur untuk persiapan bahan makanan pernikahan.." Sera baru terpikir.

"Delman ini akan kembali ke kastil.. aku harus turun sebelum sampai kebun.." ujar Sera.

Saat delman melambat karena tanjakan dan bebatuan, Sera pelan-pelan turun. Ia berusaha tidak mengeluarkan suara.

"Bugg.." suara sepatu Sera. Pelayan laki-laki itu seperti mendengar sesuatu, tetapi ia terlihat tidak terlalu peduli.

Delman terus meninggalkan Sera. Sera kemudian berjalan mengikuti pelan dari belakang tetapi delman melaju jauh dan terlihat memasuki perkebunan.

Sera terus berjalan mengikuti jalan besar menuju desa. Ia optimis untuk turun ke desa.

***

Sera terus berjalan. Terus berjalan kaki sampai ia terlihat mulai kelelahan. Sera melihat kebelakang, tetapi ia telah berjalan sangat jauh dan hanya bisa melihat jalan dan hutan disekelilingnya. Ia melihat ke langit, ia mulai takut jika matahari akan segera tenggelam. Ia mempercepat langkahnya. Tetapi tiba-tiba kakinya tersandung bebatuan.

"Bugg!!" Sera tersungkur. Ia kesakitan kakinya lecet. Sera kemudian terduduk. Ia menarik nafas dan menghelanya pelan. Kemudian berusaha untuk kembali berdiri dan berjalan lagi.

"Ibu.. ibuu... Kenapa seperti aku yang bersalah.." Panggil Sera mulai menangis. Ia kemudian menghelah nafas. Melihat ke sekelilingnya yang sepi. Sesekali terdengar suara angin malam yang mulai datang dan menusuk tulang menggerakkan dedaunan.

***

Dena mengetok pintu kamar kakaknya.

Tuk tuk tuk.. tetapi tidak ada yang menjawab.

"Kakak keluarlah.. kakak sejak tadi siang belum keluar. Orang-orang mulai menanyakan mu.." ujar Dena. Dari dalam kamar tetap tidak ada yang menjawab. Dena kemudian masuk dan melihat seseorang seperti berselimut diatas kasur.

"Kakak tidak lapar? Atau mau ku ambilkan makanan?" Tanya Dena lagi. Sesuatu diatas kasur itu bahkan tidak terlihat bergerak. Dena lalu mendekat dan membuka selimut tersebut ternyata isinya hanya bantal dan guling.

Dena tampak terkejut. Ia tahu kakaknya kabur.

"Aku harus bilang ke siapa ya..? Aku takut membuat masalah lagi.." ujarnya menggigit jempolnya. Dena berbalik ternyata Johan tampak di depan pintu kamarnya.

"Sejak kapan dia tidak ada di kamar?" Tanya Johan.

"Aku tidak tahu kakak ipar. Dia mulai mengurung dirinya sejak pertengkaran tadi pagi." Ujar Dena.

"Jangan katakan hal ini kepada siapapun sampai aku kembali. Aku akan mencarinya. Jika ada yang bertanya katakan saja Sera sedang bersamaku.." ujar Johan bergegas keluar kamar.

Dena tampak sangat cemas. Johan berjalan menuju kamarnya dan membawa senapannya. Ia membungkusnya dengan bungkusan kain. Lalu pergi bersama clift dengan masing masing mengendarai kuda. Naya yang sedang melihat orang-orang mempersiapkan dekorasi mendengar suara kuda tergesar-gesa keluar dari kastil, lalu ia melihat ke arah jendela.

"Itu kakak? Kenapa dia keluar?" Tanya Bara pada Naya. Naya hanya diam saja.

Hari telah malam. Gelap dan sangat dingin. Sera tampak kelelahan berjalan tetapi ia terus melangkahkan kakinya sebisa mungkin. Walaupun pelan ia sekuat tenaga menyeret kakinya yang lelah agar tetap berjalan.

"Apakah ini dosa ku meninggalkan pernikahan ini.." ujar Sera.

"Bagaimana bisa ini menjadi dosaku.. kenapa aku yang dapat ganjaran..?"

Tiba-tiba rintik hujan mulai turun mengenai pipi Sera. Sera menyentuh pipinya, kemudian hujan mulai semakin deras.

"Apalagi ini! Tuhan kenapa aku yang kau beri ujian?!" Tanya Sera melihat ke langit. Kemudian hujan turun dengan deras. Sera yakin ini akan menjadi akhir hidupnya. Siapa yang akan tahan di dinginnya hujan dalam hutan, tanpa atap, dan harus berjalan beberapa jam lagi untuk sampai ke desa.

Sera kemudian mulai kehilangan kesadarannya. Ia lalu pingsan.

"SERA!!!" Panggil Johan.

"Seraaa!!! Panggil Johan lagi.

"Nona Seraa!!" Panggil Clift.

Suara-suara itu mulai terdengar di telinga Sera dari kejauhan, sehingga menyadarkannya.

Sera terlihat senang. Tetapi ia juga takut. Apa yang akan terjadi jika ia pulang. Johan dan keluarganya bisa saja sangat marah. Mendengar suara Johan Sera malah menyeret tubuhnya kebelakang pohon. Ia lalu berdiri sambil berusaha mengintip kedatangan Johan dan Clift. Ia melihat Johan. Di jalan. Dan tampaknya Johan bisa melihatnya di kegelapan itu. Johan lalu menodongkan senapannya.

Sera terlihat sangat kaget. Ia bahakan bertatap-tatapan dengan Johan. Tetapi Johan yang telah basah kuyup karena hujan terus mendera mereka, justru menodongkan senapan kepada Sera.

"Matilah aku.." pikir Sera.

"Akkh!!" Teriak Sera kemudian disusul dengan gauman

"AUUGHM" Seekor harimau berada di belakang Sera.

"Dorr.... Cklek... Dorr!!" Johan menembakkan senapan dan memompanya kembali lalu menembakkan lagi, ke arah mata harimau tetapi tembakan kedua yang tepat mengenai mata harimau. Harimau itu jatuh saat akan bergerak menuju Sera.

Sera terlihat sangat kaget. Ia melihat ke belakangnya. Seekor harimau tumbang sekitar 5 meter lagi darinya. Sera kemudian terduduk, kaki dan tubuhnya lemas saat ingin lari menjauh dari harimau. Johan segera mendatanginya.

"Sera.. Sera tidak apa-apa? kita harus segera pergi.. Sera bisa jalan?" Tanya Johan. Sera yang syok terlihat hanya diam saja sambil memandangi Johan.

Johan segera menggendongnya. Dibantu oleh clift, Johan lalu membawa Sera naik ke atas kudanya, duduk dibelakang Johan. Johan mengikat tubuh Sera yang tampak lemah di tubuhnya. Johan dan Clift kemudian pergi pulang bersama Sera.

Sera tertidur di bahu Johan. Dalam perjalanan Sera tersadar lagi. Ia masih lemah dan masih terkulai di punggung Johan, Johan dan Clift mempercepat kecepatan mereka mengendarai kuda.

***

Hari sudah lewat tengah malam. Dena masih menunggu kakaknya. Ia kemudian mendengar gerbang di buka. Ia segera berlari membuka lemari membawakan kain untuk lap tubuh mereka yang datang dengan basah kuyup.

Johan melihat Dena mendekat ke kandang kuda. Dena lalu memberikan handuk untuk mereka. Ia melihat kakaknya terkulai lemas.

"Apakah ada yang tahu Sera keluar rumah?" Tanya Johan pada Dena sambil menggendong Sera di pangkuannya.

"Sepertinya tidak. Aku selalu bilang kakak istirahat di kamar." jawab Dena.

"Kita akan membawa Sera ke kamar diam-diam." Ujar Johan. Kemudian Johan meminta Dena menutupi kakaknya dengan jubah pelayan. Johan diikuti Dena dan Clift segera membawa Sera berjalan ke kamarnya. Sampai di kamar, Sera diletakkan diatas kursi.

"Dena tolong ganti pakaian kakak mu.." aku akan ke kamarku sekarang. Ujar Johan.

"Baik kakak ipar.." ujar Dena. Johan kemudian segera keluar bersama Clift. Untunglah mereka tidak berpapasan dengan siapapun saat membawa Sera ke kamarnya. Karena orang-orang telah istirahat dan masuk ke kamarnya masing-masing saat gelap malam tiba.

Dena mengambilkan pakaian ganti dan handuk. Ia mulai mengelap lagi ke kakaknya yang terkulai diatas kursi. Ia kemudian menarik rambut kakaknya sedikit sesekali karena kesal.

"Kakak ini buat ulah, hampir banyak orang mati karena ulah mu.. aku akan siapkan air panas tapi kau harus ganti pakaian dulu.." ujar Dena kesal pada Sera. Sera hanya melihat adiknya. Ia kemudian menutupkan matanya karena kelelahan.

***

"Tadi siang kakak tidak terlihat diluar karena dia kabur lagi, bukan sedang tidur.."

"Apa?! Dimana dia sekarang??" Tanya Indira.

"Ibu jangan khawatir, dia sekarang sedang tidur di kamar, dia sudah aku urus. Tadi dia kehujanan dan kedinginan ditengah hutan jadi kelelahan. Kak Johan yang jemput dia."

"Sudah kau pastikan lagi apakah dia masih di kamarnya? Akan kuberi pelajaran anak itu.." ujar Broto terlihat marah.

"Ayah jangan marah, ini semua karena ayah dan ibu.. dia tidak berdaya biarkan saja dia tidur..." Ujar Dena.

"Jadi aku harus bagaimana lagi, kan aku sudah beritahu kondisinya.. kalau dia masih terus kabur seperti itu kita akan hancur..?" Ujar Broto lagi kewalahan. Indira menghela nafas.

"Setelah ini aku akan terus mengawasinya.." ujar Dena lagi.

"Kakakmu baik-baik saja kan..?" Tanya Indira.

"Iya Bu, aku pikir dia belum mati.." ujar Sera kemudian segera keluar dari kamar kedua orang tuanya. Broto dan Indira terlihat sangat merasa bersalah dan juga sekaligus kesal.

***

Di kamarnya Johan diam saja. Sebenarnya Johan pun telah kehilangan akal melihat kelakuan Sera. Ia mengingat semua kelakuan Sera untuk kabur dan pergi dari dirinya. Johan kemudian tertawa kecil karena kesal.

"Kau mau bebas? Bebas lah.." ujarnya sendirian di kamarnya. Ia lalu membongkar lemarinya, dan mengambil kotak cincin nikah yang telah disiapkan keluarganya. Membukanya. Ia melihat sepasang cincin nikah didalamnya. Lalu melemparkannya keluar jendela. Setelah itu ia menjatuhkan dirinya keatas kasur.

***

Pagi hari Sera terbangun di kasurnya. Ia kemudian bangun dengan malasnya dan melihat dirinya yang berantakan dari kaca riasnya. Tiba-tiba Dena masuk ke kamarnya,

"Kakak bangunlah.. bersiaplah karena hari ini kita akan kedatangan tamu-tamu keluarga Adyatama. Mereka akan menginap hingga hari pernikahanmu, kau harus menyambutnya.

"Kenapa aku harus menyambut mereka.." gumam Sera.

"Karena kau akan menjadi menantu keluarga Adyatama! Apa kau masih tidur?! Bangun dari mimpimu!!" Ujar Dena kesal.

"Apa kau tidak berlebihan marah kepadaku..? Aku tahu aku kabur semalam, tapi kau tidak perlu marah padaku! Kau tidak perlu bertingkah seperti asisten ku mengurusi kebutuhan pernikahanku!"

"Aku sangat kesal, kau hampir saja mencelakakan keluargamu! Kau bayangkan bagaimana keluarga akan dipermalukan keluar dari tempat ini jika anaknya yang akan dinikahkan kabur??"

"Bukankah kau memberikan surat dari Randi karena akan berada dipihakku??"

"Aku selalu dipihakmu..!"

"Tapi kenapa tiba-tiba kau begini, aku tidak ingin menikah dengan orang yang tidak aku cintai... Kalau ini terjadi padamu aku akan membantumu untuk kabur..." Ujar Sera.

Mendengarnya mata Dena berkaca-kaca. Begitu juga Sera. Dena mendekat dan duduk disebelah kasur Sera.

"Kakak kau tahu aku egois. Kalau kau pergi, ayah akan dipenjara, dan semua kepemilikan keluarga akan disita. Aku akan putus sekolah. Dan mungkin tidak dapat menikah. Kalau kami beruntung aku dan ibu akan ditampung keluarga ibu, itu juga kalau ibu mau.." ujar Dena mulai menangis.

Mendengar adiknya menangis, Sera pun ikut menangis lalu memeluk adiknya.

"Tapi saat kulihat kakak ipar kaya, tampan, dan baik walaupun dia sedikit aneh, Aku tidak merasa menjerumuskan mu ke jurang.." ujar Dena lagi.

"Putus sekolah saja kau kalau begitu..." Ujar Sera seketika ia merasa kesal.

Sera menarik rambut adiknya,

"Akh..!!" teriak Dena. Dena membalasnya.

"Aaaa akk!!" teriak Sera rambutnya ditarik Dena.

Akhirnya mereka saling menjambak diatas kasur Sera.

***

.

.

.

---NEXT--->

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!