02. Dia Autis dan Gila

Makan siang, makan malam, bertemu pagi lagi, Sera masih belum bertemu Johan.

Hingga akhirnya ia melihat saat pintu kamar Johan terbuka, Sera mencoba mendekat dan mengintip Johan yang sekilas tampak berada dekat pada pintu kamarnya.

Tetapi Johan yang sedang tidak memakai pakaian atasan segera menutup pintu nya.

"JGREEK..!" Bunyi pintu kamar ditutup

"Kelekk..!" lalu menyusul dikunci.

 Sera pun merasa malu dan bodoh, mengapa ia sampai menerobos ke kamar laki-laki, apakah ia jadi tertarik karena laki-laki ini tampan?

"Mengapa aku bertingkah bodoh.." pikir Sera kesal pada dirinya sendiri.

***

Dari kamar yang tinggi seorang pria mengintip kepulangan Indira, Indira terlihat memeluk Sera anaknya. Lalu tidak lama menaiki kereta delmannya. Kereta delman itu terlihat pergi dari halaman keluar dari gerbang kastil yang kemudian ditutup oleh para pelayan.

***

Sera kembali ke kamarnya. Di bukit yang dingin itu, Sera melihat kabut menyelimuti pepohonan di hutan, dari jendela kamarnya. Sera masih tidak menyangka dalam sekejap ia berada di tempat yang tidak pernah ia bayangkan. Indah tapi seperti tersembunyi. Jauh dari keramaian. Sera menutup jendelanya.

***

Saat makan malam Sera di hidangkan dengan makan malam mewah di meja makan. Tetapi Johan tidak keluar untuk makan malam bersama atau sekedar menyapa.

Hingga akhirnya Sera masuk kembali ke kamarnya dan tidur.

***

Keesokan paginya Sera juga tidak menemukan Johan di meja makan saat sarapan. Ia mulai bertanya pada Sundari yang mengawasi saat pelayan lain menyiapkan makanan di meja.

"Mana tuan muda? Apakah ia masih sakit? Tanya Sera.

"Sepertinya begitu..."

"Dia sakit apa? Apakah aku boleh menjenguknya?"

"Hanya demam biasa... Aku akan beritahukan dia dulu kalau nona ingin bertemu agar dia lebih siap.." ujar Sundari.

Sera hanya terdiam bingung. Dalam benaknya terlintas banyak pertanyaan.

"Segitunya kah harus konfirmasi dulu untuk bertemu? dia bahkan belum menyapa ku dan Ibu, sejak datang ke kastil ini. Apakah dia menolak pernikahan ini? Apakah dia pikir aku datang karena menerima pernikahan ini?? sombong sekali. Aku bahkan tidak ingin berada disini.." pikir Sera kesal.

***

Hingga hari ke tiga saat makan siang akhirnya Sera melihat dua set piring untuk makan siang. Tetapi jaraknya sangat jauh.

Pada meja makan yang sangat panjang itu, dua set piring makan itu berada disetiap ujung meja. Sera menunggu Johan untuk datang tetapi Johan belum juga datang. Akhirnya ia memulai makan siangnya. Tidak lama kemudian ia melihat Johan datang, dengan gerakannya yang aneh, duduk di kursinya.

"DEGG!!" detak jantung Sera. Bukan jatuh hati tapi kaget. Ia sedang menerka sesuatu.

"Siang Sera.. aku Johan.." ujar Johan dari kejauhan yang terlihat diantara ruang gelap karena cuaca berkabut itu.

Sera diam sejenak. Matanya membesar. Ia mencoba mengamati Johan. Sejak awal kedatangannya ia telah menangkap sesuatu ke anehan pada diri Johan.

"Bagaimana selama beberapa hari ini, apakah kamu nyaman disini?" Tanya Johan lagi.

Sera tidak menjawab. Nafas Sera turun naik. Sera terlihat syok, dan ia kemudian menutup mulutnya karena kecewa. Johan terlihat normal saat ia tidur tetapi ketika dia bangun, Sera dapat melihat bahwa Johan melakukan gerakan gerakan kecil yang sebenarnya walaupun tidak terlalu terlihat, Sera tetap dapat merasakannya.

Johan melihat ke arah Sera yang tampak syok, ia juga menyadari bahwa Sera sudah mengetahui kekurangannya. Gerakan aneh Johan semakin kentara saat ia terlihat cemas dan bingung, mungkin karena menyadari bahwa Sera menyadari sesuatu tentang dirinya.

"Dia autis..!!" Teriak Sera dalam hatinya. Sera telah menebaknya, Johan punya sindrom autis.

Sera menutup mulutnya dengan tatapan yang syok. Tubuh Sera bergeser karena kaget, hal itu menyebabkan suara kursi dan piring yang tersentuh tangannya. Kekacauan itu dirasakan oleh Johan dari kejauhan.

Johan tampak mengatur nafasnya yang mulai cepat. Sebab ia mulai mendapati ledakan kecewa. Dan sangat kecewa melihat reaksi Sera yang melihat dirinya seperti benar-benar tidak layak. Ia berdiri untuk pergi sambil membawa tubuhnya yang terhoyong keluar dari ruang makan tersebut.

Sera membiarkan Johan pergi. Ketika Johan keluar dari ruangan itu, Sera mulai berteriak,

"Ibu..!! Ibu!!" Ia spontan memanggil ibunya karena merasa takut dan dibohongi. Ibunya pikir dia baik-baik saja dan akan bahagia karena akan menikahi pria tampan dan kaya raya dari keluarga bangsawan. Padahal ia akan dinikahkan dengan seorang pria autis dengan ketidaktahuan.

"Ini adalah penipuan...!" pikir Sera.

Mendengar teriakan Sera, dari ruang makan yang baru ia tinggalkan, Johan merasa sangat marah. Ia kemudian menabrak semua barang yang ada didepannya. Ia membuang dan memecahkan semua vas bunga atau figura yang ada didepannya.

Sera yang masih berada diruang makan juga mendengar Johan memecahkan barang-barang diruang sebelah. Ia segera berlari ke kamarnya. Johan mendengar suara kaki Sera pergi berlari meninggalkan ruang makan. Ia menggigit kuku jempolnya, terlihat cemas. Ia tahu apa yang akan dilakukan Sera.

***

Sera segera masuk ke kamarnya dan mengambil kopernya. Ia memasukan barang-barangnya dengan cepat tanpa mengaturnya pakaiannya yang sebelumnya ia letakkan di dalam lemari.

Tiba-tiba Sundari, kepala pelayan wanita masuk dan bertanya kepada Sera,

"Kenapa nona begitu terkejut, itu akan sebanding dengan apa yang akan kau miliki nanti. Bukankah orang tua nona setuju untuk mengantarmu kerumah pria yang belum kau nikahi, itu artinya dia setuju dengan semua konsekuensi yang akan nona dapatkan..."

"Maksudmu aku tidak boleh kaget kalau calon suami ku punya keterbelakangan sementara aku belum diberi tahu?!"

"Dia tidak terbelakang!! dia hanya autis! Gerakan tubuhnya sedikit guncang, tapi kau lihat tidak parah kan? Dia sangat cerdas, dia punya IQ 210, dia yang merakit senapan-senapan di ruang tengah, bahkan jika kau lihat dia autis dan bergerak aneh, dia bisa membidik kepala mu dengan tepat!!

"Untuk apa kau memberitahuku itu?? Bahwa dia bisa membunuhku?? Aku juga hampir mati dalam otak ku.. persetan dengan mu! kau saja yang nikahi dia!!" Ujar Sera kemudian menarik kopernya keluar dari kamar. Sera menunjukkan 100% sikap defensif dan ia ingin mengakhiri hal ini apapun alasannya.

***

Sera keluar dari kamarnya menyeret kopernya menuruni tangga. Johan yang telah mengawasinya melihatnya dengan kesal tetapi ia bingung mau berbuat apa. Saat Sera berhasil melewati pintu bawah dengan kopernya, ia berlari menuju pintu gerbang kastil.

Padahal juga tidak mungkin jika ia pulang tanpa kendaraan melewati perkebunan dan hutan diluar. Dia bisa tersesat, mati diserang binatang buas, atau ditemukan orang jahat. Namun tampaknya akal sehat Sera tidak berada di tempat. Yang ia pikirkan adalah ia harus keluar dari tempat itu sebab tidak akan ada satupun orang di sana yang memberitahu keluarganya keadaannya saat ini atau mengantarkan dia kembali kepada keluarganya.

***

Sera terus berlari menuju pintu gerbang luar kastil. Johan kemudian berlari menuju jendela dari tingkat atas sambil berteriak,

"Tutup gerbangnya!!!"

Penjaga gerbang yang ada di tempat segera menutup gerbang yang berat tersebut, hingga beberapa pelayan laki-laki berlari cepat mendahului Sera kemudian beramai menutup gerbang kastil. Sesampainya Sera di gerbang. Gerbang telah terkunci. Sera dalam keadaan marah tetapi ia tak berani berbalik melihat ke arah Johan dari atas kastil.

***

Hari mulai semakin sore, Sera masih di depan gerbang. Kabut mulai turun. Penjaga gerbang memintanya kembali ke kamarnya. Namun Sera tidak peduli. Hingga beberapa pelayan wanita datang dan mengambil paksa koper pakaian Sera, Sera menarik-narik kopernya.

"Kembalikan Koperku! Ujar Sera. Para pelayan mengabaikan Sera, mereka terus membawa koper Sera hingga tidak sengaja Sera berjalan menuju kastil. Johan diam-diam melihati dari atas kamarnya.

***

Sera masuk ke kamarnya. Dia teringat dengan Randi. Seharusnya malam sebelum ia kemari, ia menghubungi Randi dan mengajaknya kawin lari. Ia pikir kerugiannya hanya menikah dengan pria yang tidak ia cintai, tetapi lebih parahnya ia dipaksa menikah dengan pria autis.

***

Saat makan malam, Sundari menaruh piring diatas meja, sangat berdekatan. Tetapi saat makan malam tidak ada satupun dari mereka yang datang untuk makan.

***

Sundari masuk ke kamar Johan.

"Tuan belum makan. Apakah mau saya bawakan nasi dan sup kedalam kamar?" Tanya Sundari kepada Johan.

"Aku sekarang.. tidak nafsu makan." Ujar Johan.

"Tapi bawakan lah itu ke kamar Sera. Walaupun dia.. tidak nafsu makan.." ujar Johan lagi.

"Baik tuan..." Jawab Sundari. Sundari bergegas ke dapur dan membawakan makanan untuk Sera.

***

Sesampainya dikamar Sera, Sundari menyadari pintu kamar Sera dikunci.

"Nona aku membawa makanan nasi dan sup.."

Sera tidak menjawab panggilan Sundari. Sundari kemudian menyuruh pelayan lain untuk merusak kunci kamar Sera. Sera terlihat kaget tetapi tidak cukup kaget, saat pintu kamarnya dirusak sebab ia sadar dalam satu waktu telah bermusuhan dengan Sundari sekaligus Johan dalam kastil itu.

"Ini makanan dari tuan muda yang harus disampaikan kepada nona." Ujar Sundari menaruh makanan di meja sebelah tempat tidur Sera. Sera terlihat tidak perduli. Ia kemudian menarik selimutnya dan bertingkah akan tidur. Sundari segera meninggalkannya, tetapi kemudian Sera menyentuh sup hangat itu karena hari-hari di atas bukit terlalu dingin.

***

Malam hari, seorang pria tinggi besar berjalan menuju kamar Sera, kemudian pria itu membuka kamar Sera pelan-pelan. Sera menyadarinya seseorang masuk ke kamarnya tetapi ia tidak berani bangun. Pria itu mengawasi, berdiri dipojokan yang gelap, memperhatikan, melihati Sera tertidur di kegelapan, untuk waktu yang lama. Persis seperti adegan di film Nosferatu. Sera menyadari pria itu adalah Johan.

Tetapi Sera sebenarnya tidak dapat tidur. Ia ketakutan setengah mati. Nosferatu cukup lama memantau Sera yang sedang tidur. Sera mencoba membuka matanya yang sulit terbuka. Saat akhirnya matanya terbuka, Sera menyadari ternyata ia bermimpi.

***

Keesokan paginya seorang pelayan wanita datang untuk membersihkan kamar Sera.

"Nona, saya akan membersihkan kamar nona.." ujar pelayan wanita. Sera mengangguk. pelayan tersebut mulai bersih-bersih. saat akan meninggalkan kamar Sera, Sera memanggilnya,

"Bisa tolong bawakan sarapan ke kamar ku? Aku ingin sarapan di kamar saja.." ujar Sera.

"Untuk sarapan dibawakan ke kamar, harus persetujuan kepala pelayan dan tuan muda nona... Tapi aku akan sampaikan ke kepala pelayan.." ujar pelayan itu takut. Sera tampak kesal karena aturan mereka.

Saat pelayan itu mengatakannya pada Sundari, Sundari menolaknya.

"Katakan padanya kita tidak akan membawakannya makanan kecuali tuan muda yang menyuruhnya. Dia bisa datang dan makan sendiri di meja makan seperti yang sudah disediakan." Dan pelayan itupun menyampaikan perkataan Sundari pada Sera.

"Apa??" Ujar Sera merasa marah pada Sundari. Ia akhirnya memutuskan pagi itu untuk tidak pergi sarapan ke ruang makan.

***

Di meja makan Johan tidak menemukan Sera untuk sarapan bersama. Sebenarnya ia tahu Sera tidak akan datang, tatapi ia tetap merasa kesal saat mengingat Sera.

***

Johan mengambil salah satu senapannya dan mengisinya dengan peluru. Ia kemudian membawa senapan dan menunggangi sebuah kuda keluar bersamanya, keluar dari kastil. Dari kamarnya Sera melihatnya.

***

Saat makan siang Sera bisa makan sepuasnya hari itu karena dia tidak berpapasan dengan Johan.

"Kenapa aku memimpikan Johan seperti nosferatu..." Pikir Sera sambil melahap makan nasinya.

"Dia tidak menghisap darahku tetapi menghisap energi ku..." Pikir Sera yang kebanyakan pikiran.

***

Tidak hanya Sera yang sedang overthinking, Johan juga begitu. Ia melihat seekor harimau dan berusaha mendekatinya tanpa memburunya.

Untungnya harimau itu tidak ingin dekat dengan Johan dan malah berpikir untuk kabur. Kemudian Johan akhirnya berhasil memburu seekor rusa. Dan berhasil membawa seekor rusa lagi untuk ia bawa pulang.

***

Johan sengaja pulang setelah jam makan malam. Ia kemudian menyerahkan rusa yang telah disembelih kepada Sundari.

"Tangkapan tuan besar sekali, apakah kita bisa menghabiskannya?" Ujar Sundari.

"Ambil secukupnya, berikan pada pelayan lain untuk menjualnya atau memberikannya ke penduduk sekitar perkebunan." Ujar Johan.

"Baik tuan.." ujar Sundari mengambil rusa bersama beberapa pelayan pria.

***

Dari kamarnya Sera melihati Johan masuk ke kastil. Ia kemudian memberi ganjalan di pintu kamarnya agar seseorang tidak bisa langsung masuk atau setidaknya pintu akan menimbulkan suara terlebih dahulu.

***

Saat malam hari Sera tertidur, ia tidak merasakan seseorang masuk ke kamarnya. Dan ketika terjaga, ia melihat ganjalan di pintunya juga masih ada.

***

Pagi hari Sera kemudian dari kamarnya memperhatikan salah seorang penjaga pintu gerbang yang menunggangi salah satu kuda milik Johan.

"Kalau ingin keluar dari sini seharunya aku bisa menunggangi kuda.." pikir Sera. Sera kemudian turun kebawah mendekati penjaga gerbang yang tengah berkuda di dalam kastil tersebut.

"Bisakah kau mengajari aku menunggangi kuda itu..?" tanya Sera mendekati pria muda itu.

"Bisa saja nona, tetapi sebaiknya saat tuan muda tidak sibuk.. aku saat ini menunggang kuda betina, yang ingin berkeliling, agar dia tidak stres saja..." ujar pria itu.

"Siapa namamu?" Tanya Sera.

"Clift nona..."

"Tolonglah aku Clift aku harus segera keluar dari sini.. bisakah kau bawa saja aku ke desa. Aku akan membayar mu dengan berkali-kali lipat tanpa harus kau bekerja disini..." Ujar Sera mendekat seraya memegang tali pegangan kuda Clift.

Dari atas kamarnya Johan kemudian membidik Clift pinggiran topi cowboy Clift, hingga topi itu terpental, kuda yang Clift tunggangi mulai menggila karena suara tembakan. Dan suara kuda yang kaget itu membuat Sera syok. Sera terjatuh ke tanah. Untungnya Clift ahli dalam menunggangi kudanya ia segera membawa kuda tersebut menjauh dari Sera. Sera kemudian menyadari itu adalah peringatan dari Johan. Ia kemudian melihat kearah Johan yang berada di atas. Kali ini Johan tidak menghindari pandangan Sera. Ia bahkan menatapnya sinis. Saat itu Johan benar benar tidak terlihat seperti pria yang autis. Dia terlihat seperti pria normal yang psikopat.

***

Sera kembali ke kamarnya dengan banyak pikiran. Mengapa dia harus berada disana, seharusnya dia pergi ke sekolah. Jika tidak bisa bersama dengan Randi setidaknya ia pergi sekolah.

"Sepertinya si gila itu tidak takut peluru mengenai kami" pikir Sera. Sera merasa lelah dengan Johan. kemudian ia memutuskan untuk masuk kedalam selimut di kasurnya dari pada harus pergi ke meja makan untuk makan siang atau makan malam dan bertemu dengan psikopat itu.

***

.

.

.

---NEXT--->

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!