"Ayah ingin memberitahu Sera sejak awal, tetapi apapun keadaan pernikahan ini tidak bisa ditolak. Ayah juga baru tahu beberapa hari sebelum pertemuan keluarga kalau Johan punya sindrom autis.. ayah bahkan baru tahu bahwa Adyatama punya anak laki-laki dewasa.."
Sera tampak kesal saja mendengar penjelasan ayahnya. Ia mendengar tetapi wajahnya terlihat semakin emosi.
"Tetapi Johan anak yang pintar. Kau lihat dia tinggi dan tampan, dia pintar dalam akademik dan anak yang punya kepribadian baik. Dia tidak buruk..." Ujar ayah Sera lagi.
"Maafkan ibu Sera, maafkan ibu.." ujar Indira memeluk Sera.
"Maaf? Kalau begitu bantu aku keluar dari sini.. Ibu tahu aku mencintai orang lain.."
"Mana bisa seperti itu, pernikahan Sera sudah diputuskan beberapa hari lagi. Mereka sudah banyak kehilangan uang. Kedua keluarga sudah menyiapkan semua kebutuhan pernikahan.."
"Kalau begitu buang jauh jauh kata maaf..." Ujar Sera, ia berdiri kemudian keluar dari kamarnya.
"Benar kata kakak, benar.." ujar Dena mengangguk-ngangguk di depan ayah dan ibu mereka. Yang semakin terlihat merasa bersalah.
***
Sera lalu pergi ke rooftop dari kastil. Ia menenangkan dirinya di sana. Membiarkan angin meniup ke wajah dan tubuhnya.
"Bagaimana bisa kau berakhir menikahi orang yang tidak kau cintai dan tidak mencintaimu..." Ujar Sera menggumam.
Dari kamarnya yang paling tinggi, Johan melihat Sera yang berada di Rooftop kastil. Sera terlihat muram. Johan hanya memperhatikan Sera dari kamarnya.
***
Ibu Johan, Tari, ia mulai mengeluarkan barang-barang yang ia bawa. Termasuk perlengkapan untuk pernikahan putranya.
"Bunga-bunga ini cantik, ini untuk dekorasi pernikahan, tolong taruh disana." Ujarnya meminta Sundari dan pelayan-pelayan wanita membantunya berkemas.
Tari kemudian mengeluarkan peti berisi pakaian pernikahan. Jas untuk Johan dan gaun pengantin untuk Sera.
"Sundari, beritahu semua orang malam ini kita akan makan malam spesial.. minta seluruh keluarga datang ke ruang makan.." ujar Tari bicara pada Sundari. Sundari mengiyakan perkataan Tari.
***
Makan malam tiba, para pelayan menyiapkan meja makan dan makanan yang mewah untuk seluruh keluarga. Semua anggota keluarga mulai berkumpul di meja makan.
Menggunakan gaun malam yang sopan, Sera masuk ke ruang makan. Ia duduk disebelah adiknya Dena.
"Sera, duduk disini.." ujar ibunya Johan, Tari. Tari menunjuk sebuah kursi. Disebelahnya juga telah dibiarkan kosong.
Sera mengikuti perkataan calon mertuanya. Ia duduk di kursi tersebut.
Kemudian Johan masuk keruangan tersebut, ibunya memanggilnya,
"Duduk di sini Johan.." ujar ibunya menunjuk kursi disebelah Sera.
Johan lalu duduk disebelah Sera seperti permintaan ibunya.
Semua orang terlihat senang saat mereka disandingkan.
Sera hanya terlihat bingung. Johan tahu Sera tidak begitu senang. Sehingga hal itu mempengaruhi Johan. Tetapi itu tidak dapat membuat Johan memasang wajah tidak nyaman di depan keluarganya.
"Sera, Sera mau dekor seperti apa untuk acara pernikahan kalian?"
"Sera ikut saja, Ibu.."
"Ouwh.. aku senang sekali kau memanggilku ibu.. Sera gaun Sera sudah ada padaku, nanti dilihat ya.." ujar Tari.
"Baik Bu.."
"Bagaimana dengan Johan. Kau ingin acara pernikahan yang seperti apa?" Tanya calon ibu mertuanya, Indira.
"Aku ikut saja Bu.." jawab Johan.
"Cocok sekali jawaban kalian. Ku kira mereka sudah sangat serasi." Ujar Adyatama tertawa.
Seluruh anggota keluarga yang lain ikut tersenyum dan tertawa.
Johan menarik kursinya lebih dekat ke meja, tiba-tiba tangannya mengenai tangan Sera yang berada di bawah kursi. Tetapi Sera segera menarik tangannya. Dan menggunakan tangannya untuk mengambil makanan.
Johan diam dan perasaannya semakin tidak tenang.
***
Saat tengah malam tiba, Sera yang tidur di kasurnya membuka matanya. Ia lalu pelan-pelan berjalan keluar dari kamarnya. Ia melakukannya dengan benar-benar hati-hati dan senyap.
Tetapi sayangnya, tanpa sepengetahuan Sera, Johan mengetahui Sera yang berjalan mengendap-ngendap. Sebab ia ternyata duduk di kegelapan di pojokan ruangan-ruangan dekat kamar Sera, tempat favoritnya duduk memperhatikan kamar Sera.
Saat siang hari di rooftop tadi, Sera mencari cara dan celah untuk keluar dari kastil tersebut. Ia meraba-raba dinding, menemukan bagian dinding yang agak lebih landai dan pendek, serta memiliki banyak celah lubang balok batu yang tidak rata, dari bagian dinding pagar pembatas yang lainnya. Bagian pagar pembatas itu terletak di belakang kastil membatasi keluar kastil.
Sera berhasil keluar dari pintu belakang kastil menuju halaman belakang kastil, ia pelan-pelan menuju ke pagar dinding pembatas belakang kastil. Tetapi Johan mengikutinya.
Siang tadi Johan pun melihat saat Sera tengah memeriksa dinding pagar kastil, Johan hanya mengawasi dari kejauhan dari atas kastil. Ia seperti dapat menebak apa yang akan dilakukan Sera.
Clift penjaga gerbang sedang patroli dengan seorang pelayan laki-laki, mereka melihat Sera dan Johan berjalan disekitar sana. Tetapi Sera tidak menyadari bahwa ia dilihat oleh Clift dan seorang pelayan lainnya. Di kegelapan Clift melihat kearah Johan. Tetapi Johan memberikan isyarat dengan tangannya mencegah Clift dan seorang pelayan lain untuk datang lebih dekat. Clift mengerti dan meminta rekannya untuk berhenti dan membiarkan kedua orang itu pada tujuannya.
Sera ternyata sejak siang telah memperhatikan bahwa tembok tembok dinding pagar ini tampaknya bagian bawahnya memilki kemiringan, sehingga bisa untuk ia panjat. Ia kemudian menemukan bagian tembok yang agak rendah dan berlubang, tersembunyi membelakangi kastil. Sera mulai mencoba memanjat tempat yang terlihat tetap mustahil untuk di panjati nya itu. Johan melihatnya dari belakang, lalu ia tertawa kecil karena kesal.
Sera terus memanjat. Tangannya yang kecil sebenarnya terlihat tidak mampu. Tetapi ia memaksakan dirinya. Ia terus memanjat, anehnya ia tidak terjatuh, dan tembok itu bisa menopang tubuhnya. Saat telah hampir setinggi pohon dan 3/4 perjalanan menuju puncak pagar, Johan baru yakin Sera bisa memanjat tembok itu.
Lalu Johan naik ke tembok seperti yang dilakukan Sera. Sera baru menyadari seseorang telah mendekatinya dan ingin menyusul untuk menggagalkannya.
Sera mencoba memanjat lebih cepat. Tetapi ia kehilangan keseimbangan karena tembok semakin curam dan terjal. Johan kemudian menahan tubuh Sera.
"Kau normal tapi bodoh ya. Kalau kau bisa naik sampai keatas pagar, kau belum tentu bisa turun untuk sampai disebelah.." ujar Johan. Johan menahan tubuh Sera diatas tubuhnya dengan mencengkram lubang lubang atau celah-celah balok batu, pada dinding yang ia temukan dengan sekuat mungkin agar mereka tidak jatuh.
Sera melihat tangan Johan yang besar mencengkram dinding dengan kuatnya. Ia mendorong tubuh Sera ke dinding dan menempeli nya agar Sera tindak jatuh. Ia berusaha keras membuat pijakan dengan kakinya ke dinding yang kasar.
Tiba tiba jantung Sera berdebar. Datak nya kencang lalu semakin kencang. Karena mereka tidak berjarak sama sekali, bahkan punggung Sera menempel pada dada Johan, Sera mendengar suara nafas Johan,
"Hah.. hah.. hah.."
"Terlalu dekat.." pikir Sera. Sera bergerak lalu melihat kebelakang, wajah Johan kira-kira berada kurang dari satu jengkal tangannya. Naik sedikit ia bisa menyentuh bibir Johan.
"DED DEG DEG DEG"
Jantung Sera berdetak kencang..
Johan yang sedang berkonsentrasi turun tiba-tiba merasakan detak jantung Sera. Johan tampak kaget dan malu.
"DED DEG DEG DEG"
Jantungnya pun ikut terpacu.
"Apa dia menyadarinya?! Suara jantungku.." Pikir Sera. Sera kaget mendengar suara jantung Johan, ia bergerak kasar dan membuat Johan hampir kehilangan keseimbangan.
Tangan Johan kemudian mencekram lebih kuat dan semakin kuat. Ia lalu berbisik pada Sera,
"Sera Tenanglah,.. fokus turun agar kita selamat..." Bisik Johan.
Ia bicara sangat dekat Sera bisa merasakan jarak bibir Johan dan telinganya yang hampir tidak berjarak.
Tetapi perkataan Johan menyadarkan Sera bahwa ia dan Johan harus fokus turun, ia tidak boleh mengganggu keseimbangan Johan, kalau tidak mereka bisa jatuh dan cedera berat.
Johan kemudian berusaha untuk lebih kuat lagi mencengkram setiap lubang didinding yang ia temukan. Terus turun menuruni dinding itu perlahan.
Sesampai di bawah Sera kemudian terlihat sesak. Johan melepaskan Sera, Sera mengambil nafas sebab di atas tadi ia tidak dapat bernafas dengan baik. Begitu juga Johan, ia terlihat terengah-engah.
Sera berbalik dari dinding, kali ini ia dan Johan berhadap-hadapan. Johan lalu mendekat, terlalu tiba-tiba Sera merasa takut dan menutup matanya.
Masih sambil terengah-engah Johan berbisik ditelinga Sera.
"Sera, tidak bisakah kita menikah saja?"
Sejenak Sera terdiam. Ia ingin mendorong Johan tetapi ia tampak ragu. Sera justru mengepalkan tangannya. Beberapa saat akhirnya Sera mendorong Johan.
Sera berjalan menuju kamarnya. Johan hanya melihati Sera meninggalkannya.
Clift dan seorang pelayan laki-laki lainnya melihat Johan dan Sera dari kejauhan.
"Mengapa aku merasa kasihan pada tuan Johan..?" Ujar Clift.
***
"Sera, tidak bisakah kita menikah saja? Sera.."
"Hah.. hah.. hah.." Suara nafas seorang pria.
Sera merasa Seseorang menindih tubuhnya, menempelkan bibir di telinganya,
"Hah.. hah.. hah.."
Dan pria itu berbisik-bisik memanggil namanya.
"Sera..."
"Sera.."
Sera melihat ke pria yang menempelkan wajahnya ditelinga Sera. Dia Johan. Johan terlihat seperti pria normal yang sedang menatapnya.
"Dia Johan!" Ujar Sera kaget dalam pikirnya. Sera tidak menyangka pria yang didekatnya adalah Johan.
Sera dalam mimpinya perlahan mendekatkan bibirnya pada bibir Johan.
"Tidak..! jangan.. jangan.. Seraaaa!!" Panggil pikiran Sera keras.
***
Sera terbangun. Ia berkeringat banyak diatas tempat tidurnya. Sera tampak kecewa, "itu bukan Mas Randi..." pikirnya.
***
Johan datang ke meja makan pagi itu, ia melihat adik-adiknya Naya dan Bara, serta adik Sera, Dena sedang sarapan pagi.
"Pagi..." Sapa Johan tersenyum menyapa mereka.
"Pagi..." Ucap adik-adik Johan dan Dena sambil tersenyum.
"Hari ini ajaklah Dena jalan-jalan diperkebunan bukit. Kalian bisa ajak Clift dan bawa beberapa kuda.." ujar Johan pada adiknya Naya dan Bara.
"Baik, aku akan ajak Dena berkeliling. Tempat ini indah sekali Dena.." ujar Naya pada Dena.
"Betulkah? Apakah mas Johan sudah mengajak kak Sera jalan-jalan berkeliling disini?" Tanya Dena penasaran.
"Pasti sudah.. ya kan mas?" Tanya Naya menekankan pada Johan.
Johan hanya tersenyum. Dia bingung untuk menjawab belum. Dia takut membawa Sera keluar dari kastil.
"Eeeihh.." ujar Naya seperti bisa menebak kakaknya belum membawa calonnya jalan kemanapun.
Johan tidak ingin merespon adiknya. Ia mulai memakan sup nya pelan. Perlahan matanya tertuju pada pintu arah Sera biasa datang dari kamarnya.
***
Sementara Sera di kamarnya ia bergumam
"Aku tidak ke ruang makan pagi ini, tidak akan.." ujarnya.
"Aku rasa aku harus mengurangi kedekatan ku dengannya. Tidak bersentuhan, bila perlu tidak bicara!" Pikir Sera.
Tiba-tiba pintu kamarnya diketuk oleh Sundari.
"Nona Sera.. Ibu tari meminta anda untuk bersiap dan pergi keruangan pakaian. Dia ingin melihatmu menggunakan gaun pengantin."
"Baik...aku akan segera kesana.." Ujar Sera menjawab panggilan Sundari.
***
Setelah bersiap Sera kemudian pergi menuju ruang pakaian. Ia melihat ibunya Indira, Ibu Tari dan Johan telah berada di sana. Johan sedang diperlihatkan Jas yang akan ia gunakan dihari pernikahannya. Johan terlihat diam saja saat melihat Sera masuk.
Sera bisa segera melihat pakaian pengantinnya yang telah di buat keluarganya dan keluarga Johan.
"Lihat ini pakaian pengantinmu, aku dan ibumu yang mengaturnya di penjahit." Ujar Tari memperlihatkan sebuah gaun slayer putih yang indah dan mewah.
Sera tersenyum. Beberapa saat ia telah berganti pakaian menggunakan slayer putih itu.
"Bagaimana Johan?" Tanya Indira pada calon menantunya Johan.
"Cantik..." Ujar Johan pelan.
Sera merasa pujian tersebut masuk ke dalam pikirannya.
"Tentu saja putriku adalah yang tercantik.. Johan beruntung sekali memiliki Sera.." Ujar Indira tertawa kecil.
Sera melihat ke jendela, beberapa pria sedang memanjat dengar peralatan memperbaiki tembok bagian belakang. Tembok tersebut ditambal setiap lubangnya agar datar dan semakin ditinggikan. Johan tahu Sera melihat kearah tembok tempat mereka memanjat semalam. Sera menatap Johan, dan Johan menatap kearah lain. Sera akhirnya mengalihkan pandangannya sambil menahan senyumnya.
***
Dena, Naya, dan Bara pergi berkuda. Dena duduk dengan Clift yang mengendarai kuda, sementara Bara mengendarai kuda dan membawa kakaknya Naya. Mereka di pandu oleh Clift berjalan disekitar perkebunan dan peternakan sapi dan kuda.
"Wah peternakannya sangat luas.." ujar Dena.
"Disekitar sana ada sungai dan air terjun. Aku mau memperlihatkannya padamu. Ayo kita kesana..." Ujar Naya.
"Jangan nona, sekarang ini musim hujan. Jalanan licin dan juga ada jurang. Tempat itu berbahaya." Ujar Clift memperingatkan.
"Tapi tempat itulah yang paling indah disini.." ujar Naya.
"Aku tidak bisa membawamu ketempat berbahaya.." ujar Clift.
"Sudah dengarkanlah dia.." ujar Bara marah pada kakaknya.
"Baiklah.. kita keliling perkebunan saja." Ujar Naya mengajak Dena. Tiba-tiba ada sebuah kuda yang tampaknya sejak tadi sedang memperhatikan mereka, mendekati kuda Clift. Clift melihat pria yang mendekatinya, ia menyadari bahwa itu adalah pria yang sebelumnya mendatangi Sera. Yaitu Randi.
"Dena..." Panggil Randi.
"Mas..." Ujar Dena terlihat tidak enak hati dihadapan calon ipar-iparnya. Naya dan Bara yang tidak tahu siapa Randi. Hanya diam saja mereka terlihat bingung saat pria itu mendekati Dena.
"Ada apa, kenapa kau kemari?" Tanya Clift menjadi lebih waspada. Melihat reaksi Clift Naya dan Bara menjadi penasaran.
"Dia siapa?" Tanya Bara pada Naya. Naya tampak menaikkan bahunya. Tanda ia tidak kena.
"Ini..." Ujar Randi. Menaruhnya ke tangan Dena.
"Kau tidak boleh memberikan apapun kepada nona Dena tanpa seizinku.." ujar Clift.
"Mas Clift, biarkan aku ambil ini.. ini untukku... ya?" Bujuk Dena pada Clift. Clift mengerti Dena merasa kasihan pada kekasih kakaknya. Clift diam saja sambil menatap Randi. Randi kemudian segera pergi menunggangi kudanya.
"Dia siapa?" Tanya Bara lagi pada Clift.
"Dia temanku.." ujar Dena. Dena segera memasukkan benda itu ke dalam kantongnya. Benda itu adalah amplop berisi kertas.
***
Saat mereka sampai di kastil, Dena segera berlari menuju kamar Sera. Naya dan Bara tidak terlalu menghiraukan. Sementara Clift segera berjalan juga mencari Johan.
***
Dena menemukan kakaknya sedang melihat dekor pernikahannya. Tiba-tiba tangan Sera ditarik oleh Dena sambil berlari.
"Ada apa? Kau kenapa??" Tanya Sera pada adiknya.
"Ayo ke kamar kakak!" Ujar Dena menarik kakaknya.
Dena tergesa-gesa mendorong kakaknya masuk ke kamar. Dena lalu segera menutup pintu kamar Sera.
Adiknya menunjukkan amplop yang diberikan oleh Randi.
"Itu dari Mas Randi!!" Ujarnya.
Sera segera mengambil surat itu dan membukanya.
***
Johan yang sedang melihat perlengkapan meja dan kursi untuk acara mereka kemudian didatangi oleh Clift.
"Tuan,.." panggil Clift.
Johan lalu melihat ke arah Clift. Clift lalu berbisik,
"Pria itu datang lagi. Ia memberi surat kepada nona Dena, aku yakin surat itu untuk nona Sera.." ujar Clift.
Johan menahan emosi, ia mengepalkan tangannya.
***
.
.
.
---NEXT--->
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments