Setelah sholat dzuhur, Aina kembali ke meja kerjanya. Dia melihat bungkusan yang tadi di pesan sama Juki. Dia duduk dan mengambil bungkusan plastik kemudian mengeluarkan roti yang di pesannya. Menyeruput jus alpukatnya setelah tenggorokannya seret karena makan yang terburu-buru.
"Aina, kamu di panggil tuh sama pak Sony suruh keruangannya." kata Rifa teman satu timnya.
"Oh, ya makasih." jawab Aina singkat.
"Kamu ngga makan di kantin, Ai?" tanya Rifa lagi sambil mengamati layar komputer Aina.
"Iya nih, ngga sempet. Lihat itu kerjaan mendadak numpuk di meja. Mana lagi sore ini harus kelar." jawab Aina.
"Ya udah, cepat ke ruangan pak Sony. Dari tadi lho dia manggil kamu." ujar Rifa lagi.
"Oke."
Aina buru-buru melap mulutnya yang tadi agak muncrat jus alpukat ya karena tersedak. Lalu dia pergi ke ruangan pak Sony.
Tok-tok-tok
"Ya, masuk"
Aina membuka handle pintu kemudian masuk ke dalam. Dia melangkah menuju meja kerja pak Sony, masih berdiri di depan atasannya itu.
"Maaf pak,bapak manggil saya?" tanya Aina.
"Iya benar, duduk Ai..." kata pak Sony.
"Iya pak, terima kasih. Ada apa ya pak Sony memanggil saya?" tanya Aina.
"Begini, kamu saya ajukan ke kantor pusat untuk di pindahkan ke bagian keuangan di sana. Di kantor pusat sedang membutuhkan karyawan yang handal dan sudah terlatih untuk menghandle pembukuan keuangan.
Di kantor pusat itu, CEOnya baru ganti empat bulan lalu dan meminta laporan keuangan beberapa bulan kebelakang. Katanya ada yang rancu tentang isi laporannya, saya juga ngga ngerti tentang apa. Saya mengusulkan kamu, Ai. Kamu siap kan Aina?" tanya pak Sony.
Aina berpikir sejenak, kemudian. "Tapi kan pak, pekerjaan saya belum beres. Nanti sore bapak minta harus segera selesai. Bagiimana saya mau siap-siap, pak." ucap Aina ragu.
"Kamu tenang saja, laporan itu kamu boleh bawa pulang ke rumah. Empat hari cukup kan untuk mengerjakan tugas itu?" tanya pak Sony menatap Aina.
"Cukup sih pak. Tahu begitu tadi jangan buru-buru menngerjakannya pak." Aina merasa lega karena di beri waktu banyak di rumah untuk mengerjakannya.
"Tadinya saya pikir yang mau berangkat ke kantor pusat itu Jihan. Tapi si Jihan tidak mau, sudah betah katanya di sini. Sudah betah di sini atau sudah punya pacar di kantor ini." kata pak Sony bicara sendiri, membuat Aina tersenyum.
"Ngga tahu juga sih pak. Tapi saya juga sudah betah di sini. Deket keluarga lagi, nanti kalau pindah ke kantor pusat tambah jauh sama keluarga." ucap Aina.
"Nanti di sana juga banyak temen kok Ai. Eh, apa kamu sudah punya pacar juga di sini kamu?" tanya pak Sony penuh selidik.
"Ish, apa sih pak Sony. Ngga kok, terus kapan saya berangkat ke kantor pusat?" tanya Aina mengalihkan pembicaraan.
"Hahaha ... kamu bisa aja mengalihkan pembicaraan. Minggu depan kamu bisa berangkat, karena targetnya laporan keuangan itu harus selesai satu bulan ke depan. Kamu tenang saja, di sana bukan kamu aja kok yang kerja, ada timnya juga.Malah lebih banyak. Kan seluruh laporan keuangan dari berbagai cabang di jadikan satu. Nah, laporan yang kamu buat sekalian di bawa. Awas, jangan sampai hilang atau robek apa lagi lecek." pak Sony mewanti-wanti.
"Ya ,pak. Emang saya anak kecil apa sampai lecek buat mainan kapal-kapalan. Saya akan menjaga dengan segenap jiwa raga saya, pak." kelakar Aina.
"Kamu bisa aja, Ai. Ya udah, itu saja yang saya kasih tahu. Kamu boleh kembali ke mejamu."
"Baik pak Sony, terima kasih. Kalau begitu saya permisi keluar."
" Hem, Ya."
Aina pun keluar setelah selesai urusannya.
Dia merasa lega, setelah ini dia bisa sedikit santai. Walaupun nanti malam dia harus berkutat lagi dengan laptop dan kertas-kertas catatan penting. Dia harus mempersiapkan fisik untuk empat hari ke depan, juga menyiapkan keperluan kepindahannya di kantor pusat.
Aina harus membicarakan rencana kepindahannya pada ayah dan ibunya. Agak khawatir sebenarnya, dengan rencana dadakan itu. Dia takut ayahnya tidak setuju. Dia harus memikirkan alasan yang tepat untuk memberi tahukan kepada ayahnya.
Tapi, jauh di lubuk hatinya yang paling dalam dia senang dengan kepindahannya ke kantor pusat. Setidaknya dia bisa menghindari Shella dan calon adik iparnya itu. Bukan apa-apa, hatinya kecewa dengan ketidak jujuran mereka. Dan lagi untuk menenangkan hatinya yang sudah terlanjur patah hati.
Sebenarnya, Aina tidak sepenuhnya jatuh cinta pada Arya. Calon adik iparnya itu. Belum terlalu jauh masuk ke dalam hatinya,dengan kata lain baru baper aja.Tapi jika sering bertemu nanti, tetap saja akan menyakitkan baginya.
Setelah mereka menikah nanti, akan sering bertemu dengan mereka. Dan itu tidak baik buat hatinya. Maka dari itu, dia langsung menyetujui tentang kepindahannya ke kantor pusat. Untuk kedepannya setelah di sana, akan di pikirkan nanti. Tapi dia bingung untuk tempat tinggalnya, belum mencari kos-kosan.
_
"Mba Ai, katanya mau di pindahin ke kantor pusat yah?" tanya Juki ketika mereka bertemu di lobi kantor.
"Cepet banget beritanya nyampe ke kamu." kata Aina santai.
Mereka berjalan beriringan menuju halaman kantor. Juki mencebikkan bibirnya. Dia mensejajarkan langkahnya dengan Aina, dan Aina pun tersenyum tipis.
"Di kantor tuh, ngga ada yang ngga saya tahu mba. Mba Susan pacaran sama pak Salim aja saya tahu. Apa lagi mba Aina yang mau pindah." Juki menjeda napasnya. Aina menatap Juki sambil mengernyitkan dahi.
"Jadi bener, mba Ai mau pindah?" tanya Juki lagi.
"Kenapa?"
"Kok kenapa sih mba? saya kan jadi ngga ada temen ngobrol lagi, ngga ada yang ngasih uang tips lebih lagi. Heheh." ucap Juki sambil nyengir.
Aina terkekeh, dia melihat Juki yang salah tingkah.
"Masih lama kok Juk, pindahnya."
"Kapan?"
"Minggu depan. Jadi kalo kamu mau uang tips lebih, tenang aja masih seminggu lagi saya di sini." kata Aina.
"Yah, jadi sedih deh. Hilang satu temen baiknya. Eh, mba Ai ngga marah kan kalo saya bilang mba Ai temen saya?" tanya Juki takut.
"Kenapa harus marah?" heran Aina.
"Ya ... soalnya cuma mba Aina yang mau deket dengan saya, mau ngobrol lama dengan saya di kantor. Dan ngga malu temenan sama saya."
"Kamu ini Juk, kita itu sama saja. Ngga ada yang beda. Saya senang berteman sama kamu, ngga perlu jaim ngga perlu pura-pura." kata Aina, dan memang benar adanya seperti itu.
"Pura-pura gimana mba Ai?" tanya Juki bingung.
"Yah, kamu tulus berteman. Ngga ada modus-modusan, pokoknya senanglah berteman sama kamu." ucap Aina.
"Mm ... mba Ai ngga takut di gosipin gitu?"
"Gosipin apa?"
"Kalo saya sama mba Ai pacaran. Ups!" ucap Juki menepuk mulutnya beberapa kali.
"Kamu suka sama saya yah?" kata Aina menggoda Juki.
"Eh, ngga kok mba Ai. Sumpah!" jawab Juki sambil jarinya membentuk huruf V.
"Kamu ada-ada saja. Jangan dengarkan kata gosip. Sudah ah, saya pulang dulu Juki." kata Aina sambil berlalu meninggalkan Juki yang masih bengong.
"Eh, iya mba Ai. Hati-hati di jalan." kata Juki, membuat Aina menoleh ke arahnya dan tersenyum.
_
_
****************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Maria Ulfa
mungkin kah Juki CEO yang menyamar
2023-09-04
0
Putri Minwa
semoga berhasil dan dapat tempat yang baik
2023-03-03
0
Yuyun ImroatulWahdah
lucu banget sijuki🤭
2022-09-06
0