Setelah bel tanda pelajaran terakhir telah usai, Anto menghampiri Aina dengan wajah dingin. Aina yang sedang merapikan bukunya menatap Anto dengan heran. Ada apa dengan sahabatnya itu?
"Kenapa kamu, To?" tanya Aina.
"Maksud kamu apa Ai, kamu ngejelekin Reni di depan teman-temannya?" tanya Anto masih dengan tatapan dingin.
"Apa maksud kamu, To?" tanya Aina heran campur bingung dengan pertanyaan Anto.
"Kamu fitnah Reni kan, di depan teman-temannya? Kamu bilang Reni hanya jadiin aku taruhan aja di depan teman-temannya juga. Bahkan kamu terus aja memojokkan Reni, hingga dia menangis tapi kamu terus aja menjelekkan dia. Maksud kamu apa Aina?!" kali ini nada bicara Anto meninggi setelah semua teman satu kelas tidak ada.
"Aku ngga ngomong begitu, To. Justru aku mau ngomong sama kamu kalau Reni itu ngga baik sama kamu. Dia punya rencana jahat sama kamu, To." kata Aina menjelaskan agar Anto tahu rencana licik Reni.
"Halah, jangan munafik Aina. Bahkan kamu sendiri kan yang mendekatkan aku sama Reni, kenapa kamu juga yang mau memisahkan aku sama dia. Kamu cemburu Ai?" tanya Anto dengan marah.
Aina kaget dengan ucapan sahabatnya itu, dia tidak menyangka kalau Reni telah memutar balikkan fakta. Kenyataannya tidak seperti itu, Reni yang justru menjauhkan dirinya dan Anto. Sudah pasti Anto terhasut oleh pacar brengseknya dan licik itu.
"Bukan seperti itu To, aku hanya ingin kamu tahu, bahwa Reni tidak sebaik yang kamu kira. Oke, aku memang salah mendekatkan kamu dengan dia, tadi pagi aku dengar Reni mau..." ucapan Aina terpotong dengan ucapan Anto yang masih marah padanya.
"Cukup Ai, gue ngga mau dengar lo menjelek-jelekkan lagi pacar gue. Persahabatan kita putus Ai." ucap Anto sambil berlalu pergi meninggalkan Aina yang masih bingung dengan sikap sahabatnya itu.
Aina terkejut dan hanya diam tak percaya apa yang di ucapkan oleh Anto. Hatinya sedih, kenapa sahabatnya lebih percaya pacarnya yang baru dia kenal dari pada dirinya. Aina menatap kepergian Anto dengan menghela nafas panjang. Dia kembali merapikan buku-bukunya yang sempat terhenti karena Anto bicara padanya.
****
Semenjak itu, Aina dan Anto tak pernah bertegur sapa. Jika berpapasan pun, Anto lebih memilih membuang muka dari pada menyapa ataupun mengajaknya ke kantin seperti biasanya. Hati Aina tambah sedih, semakin hari Anto semakin jauh darinya.
Bahkan Reni dan Anto semakin dekat saja. Aina hanya bisa berharap dia bisa menjelaskan kebenaran yang dia dengar di belakang sekolah itu tentang Reni dan Susi. Tapi justru Aina malah kehilangan sahabat yang selama ini dia jalin cukup lama. Sampai sekolah lulus Aina dan Anto tidak juga berbaikan.
Flash back off
Kenangan tentang masa sekolah dulu itu memang sangat menyakitkan bagi Aina. Dia sekarang tidak memikirkan dirinya yang hanya sendiri dan tidak pernah punya banyak teman, bahkan sahabat.
Banyak sekali yang dia alami tentang seorang teman yang menyakitkan, jadi lebih baik sendiri dari pada banyak teman. Begitulah kira-kira pemikiran Aina sekarang.
_
Hari ini, Aina sibuk menyalin copyan daftar pemasukan dan pengeluaran yang ada di kantornya bekerja. Sampai dia lupa jam makan siang terlewatkan setengah jam yang lalu. Matanya terus menatap angka-angka yang berbaris rapi di layar monitor komputernya.
Sesekali dia menghela napas panjang, pikirannya mumet dengan jumlah angka-angka yang begitu banyak. Tidak biasanya kepala cabang memberinya tugas menyalin begitu banyak dan mendadak, karena sore ini harus di setorkan ke manajer bagian keuangan.
Aina melirik jam yang melingkar manis di tangan kirinya. Dia terkejut melihat jarum jam menunjukkan pukul satu siang. Masih ada waktu setengah jam lagi untuk makan siang. Kalau untuk pergi ke kantin akan makan waktu sepuluh menit, belum untuk sholat Dzuhur. Akan habis di jalan dan tidak bisa makan dengan tenang.
Dia mengambil handphone miliknya dalam tas, kemudian memencet nomor yang dia kenal. Mencoba menghubungi seseorang yang dekat dengannya, untuk di belikan makanan.
"Halo mba Ai,ada apa?" tanya seseorang di ujung telepon sana.
"Juki, bisa beliin makan siang ngga buat saya?" tanya Aina sambil melihat jam di tangannya.
"Bisa mba. Mau di belikan apa mba Ai?" tanya Juki di seberang sana.
"Mhm ... Apa yah yang simpel?" tanya Aina bingung sendiri memilih makanan yang akan dia pesan.
"Mau nasi uduk ngga?" Juki mengusulkan.
"Ngga deh, nanti belepotan makannya. Yang simpel aja, jangan nasi." ucap Aina lagi masih bingung.
"Mm ... ya udah roti aja yah. Mau?"
"Boleh deh."
"Minumnya?"
"Jus alpukat aja."
"Oke mba Ai, di tunggu yah"
"Jangan pake lama ya Juki. Soalnya lagi deadline kerjaannya." kata Aina berpesan.
"Siap, mba!"
Aina menutup sambungan teleponnya sama Juki. Lalu dia segera bersiap-siap pergi ke mushola untuk sholat Dzuhur. Tiba-tiba dia merogoh ponselnya lagi yang tadi sudah di masukkan ke dalam tas, dia mengetik pesan pada Juki.
'Juki, nanti pesenan saya simpan aja yah di meja saya kalau saya belum datang. Saya sholat dulu, nanti uangnya saya selipkan di map warna biru. Kalo kurang uangnya, nanti bilang yah.'
Begitu pesan Aina pada layanan pesan singkat pada Juki. Kemudian Aina menyimpan ponselnya lagi ke dalam tas, dia pun bergegas pergi ke mushola untuk sholat dzuhur. Untuk mempersingkat waktu, jadi dia meninggalkan meja kerjanya.
_
_
************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Samsung J1
lnjutt
2023-11-11
0
Putri Minwa
👍👍👍
2023-03-03
0
lanjut thor
2022-07-31
0