Hujan masih saja turun sejak pagi tadi, tak urung kilatan petir juga menampakkan diri di langit gelap, hanya saja tidak terdengar suara petir setelah kilat-kilat itu menyambar. Angin masuk menerpa gorden putih tipis membuatnya terkibar di ruangan yang senyap, menimbulkan suara kepakan.
Di malam yang larut menuju pukul 01.00 dini hari Jaevan masih terjaga duduk dikursi dekat jendela memandangi langit gelap penuh kilat itu. Cukup lama dia duduk disana, hingga dirasa punggungnya pegal, akhirnya Jaevan bangkit berjalan ke sofa samping kasur keponakan nya. Baru saja Jaevan menyandarkan punggung nya, netra nya mendapati gerakan mata keponakan nya. Perlahan tapi pasti kedua mata itu mulai membuka.
Jaevan dengan sigap menekan tombol darurat disamping ranjang keponakan nya. Tak butuh waktu lama dokter datang memeriksa kondisi keponakan nya.
"Nah nak apa kau tau ini siapa?" tanya dokter itu menunjuk Jaevan di seberang kasur, Jaevan bingung mendengar pertanyaan itu, apa maksud pertanyaan dokter, pertanyaan aneh yang dilontarkan kepada keponakan nya, tentu saja keponakan nya tau dia adalah paman nya.
Pandangan Nora tertuju pada Jaevan, alisnya mengerut, dan kemudian dia menggeleng tidak tahu. Jaevan serasa tersambar petir, apa lagi ini yang terjadi benak nya ribut bersuara.
"Nah apa kau tahu Nora itu nama siapa? " kembali Nora menggeleng. Tubuh Jaevan lemas seketika, pikirannya kacau.
Dokter akhirnya dapat mendiaknosis kondisi pasien nya, dengan berat hati dia sampaikan hal ini pada jaevan.
"keponakan anda saat ini mengalami gegar otak, kemunkinan akibat benturan keras saat kecelakaan dan ditambah efek dari luka kepala yang di alaminya".
Nafas jaevan tercekat, "jadi maksud dokter dia tidak mengingat apa-apa? ".
"bisa disimpulkan saat ini keponakan anda kehilangan ingatan nya, tapi bukan berarti dia kehilangan semua ingatan dan kemampuan nya, seiring waktu ingatan nya kemungkinan bisa kembali, tergantung dengan kemampuan nya kembali mengingat".
...**********...
Pernyataan dokter terngiang di kepala Jaevan, pikiran itu tidak mau pergi dari kepala nya. Diamatinya sosok bocah yang sedang menunduk sambil memainkan selimut menggunakan jari nya yang mungil.
Dia menunduduk takut melihat Jaevan yang tidak dikenalinya. Langkah jaevan terhenti melihat raut ketakutan keponakan nya. Dia harus mencari cara agar keponakan nya tidak takut pada nya dan mau bicara padanya.
"Boleh aku duduk disini ?" senyum Jaevan merekah. Sedikit ragu-ragu, akhirnya Nora mengizinkan jaevan duduk di sebelah nya.
"mau nonton filem disny?" tawar jaevan.
Nora tergoda, rasa takut nya kepada Jaevan hilang begitu saja, Nora mengangguk semangat.
"sini ututut" jaevan memangku Nora di pangkuan nya, mereka mulai menjelajahi situs filem untuk mencari filem kesukaan Nora.
Mereka ahirnya menonton dan tertawa bersama, hingga Jaevan tertidur di samping keponakan nya yang masih asik menonton, namun kali ini bukan filem disny yang ditonton Nora, tangannya sibuk mengscrol layar hendphon tanpa sepengetahuan Jaevan.
Dia sedang memutar sebuah video yang menampilkan diri nya, mama nya, dan juga jaevan. Wajah Jaevan yang pertama muncul dilayar henphone itu 'hai guys kami sekarang lagi di pantai ber...... Jaevan cepat rekam ini..... Aisss' jaevan kesal dan membalik kameranya menjadi kamera belakang, segera menghampiri kakak nya dan Nora yang sedang asik membuat tulisa MaMa Love PaPa ' lumayan....Ahhhh' teriak Jaevan kaget karena Nora dan kakaknya menyiraminya menggunakan air laut mereka pun berkejar-kejaran 'Mama awas ada Papa'. Video singkat itu berhenti sebelum menampilkan wajah Jahen.
"Nora" gumam Nora menunjuk pada dirinya sendiri, "Mama" jemarinya menunjuk wajah ibu nya di layar hp "Papa" gumam nya memandangi Jaevan yang sudah tertidur pulas. Tubuh kecilnya memeluk erat Jaevan mencari kehangatan.
...**********...
Keesokan hari Jaevan terbangun dengan Nora yang sedang memeluk nya. Dielus nya pipi gembul itu lembut, perlahan Jaevan menurunkan tangan Nora, bangkit perlahan berlalu masuk ke kamar madi untuk membersihkan tubuh nya.
"Hwaaaaa" Nora terbangun dari tidur nya.
Jaevan yang mendengar tangisan Nora dikamar mandi cepat-cepat mengenakan pakaian.
"Papa Hwaaa" Tangis Nora semakin kencang.
jaevan akhirnya selesai berpakaian dan keluar dari kamar mandi, di hampirinya Nora yang duduk di ranjang, menggendongnya dan mengelus bahu Nora mencoba menenangkan tangisnya.
"Papa" gumam Nora digendongan Jaevan, dipeluknya erat leher jaevan membenamkan wajahnya di ceruk leher Jaevan.
Jaevan membatin apakah Nora sudah mengingat papanya, bukankah tadi dia mendengar dengan jelas Nora memanggil-manggil papa.
Pintu ruangannya terbuka dan menampakan seorang suster sambil membawa kereta dorong ditangan nya.
"Selamat pagi tuan, ini saya membawakan sarapan untuk Nora" nampan berisi makanan diletakkan di meja.
"Terima kasih suster"
Suster mengangguk dan pergi.
Jaevan duduk di sofa dekat meja dengan Nora yang berada di gendongannya.
"Nah Nora makan ya" Jaevan mengambil sesendok bubur dari piring, menyodorkannya pada Nora. Nora menerima suapan Jaevan tanpa penolakan hingga bubur itu habis tak bersisa.
"Papa sudah makan?" Tanya Nora.
"Huh?" Jaevan bingung.
"Papa belum makan?" ulang Nora, Jaevan mengerjapkan matanya beberapa kali.
"papa?"Ulang Jaevan memastikan pendengarannya. Jevan menoleh kebelakang memastikan mungkin saja Jahen berada dibelakangnya, Namun nihil hanya ada mereka berdua diruangan ini.
"papa? " ulang Jaevan sekali lagi menunjuk dirinya.
"em Papa" Nora mengangguk.
Jaevan terdiam, sekarang dia paham maksud Nora, papa yang dipanggil Nora adalah dirinya.
Pintu di belakangnya terbuka dan hadir lah sosok dokter dengan senyum diwajahnya. Jaevan merasa beruntung karena dokter datang di waktu yang tepat, dia harus mengatakan persoalan ini pada dokter.
Dengan cakatan dokter memeriksa kondisi Nora, Jaevan setia berada dibelakang dokter menyimak apa yang dikatakan dan dilakukan dokter.
"kondisi nya sudah pulih, mungkin hanya butuh 3 hari lagi dia dirawat disini tuan"
Jaevan lega mendengarnya"Terimakasih dok".
"sama-sama, kalau begitu saya permisi" dokter pun melangkah pergi dari ruangan Nora. Baru saja dokter itu menghilang dari balik pintu, Jaevan buru-buru menyusul dokter itu. Beruntung dokter itu masih berada tak jauh dari ruangan tempat dia sekarang berdiri diambang pintu.
Dengan cepat langkahnya mendekati dokter
"Dokter aku mau bertanya".
"Apa yang ingin anda tanyakan tuan?"
"Dok saat Nora bangun tidur, dia memanggil saya papa, apa itu masalah serius dok? ".
Raut dokter itu serius mendengar perkataan Jaevan, dia mengerti sekarang apa yang sedang dialami pasiennya.
"saya bisa menyatakan saat ini Nora kehilangan ingatannya, dan mungkin ada sesuatu yang menjadi penyebab dia menanggap tuan adalah papanya. Dan untuk itu, dia taunya anda adalah papanya hingga ingatanya kembali".
"lalu saya harus bagaimana dok, membiarkannya atau mengatakan yang sebenarnya".
"Tuan saya pernah menangani kasus seorang pasien kehilangan ingatan, dia dipaksa untuk mengingat apa yang dia tidak ingat, dan itu berujung mempengaruhi kesehatan mentalnya. Untuk itu saya sarankan biarkan dia mengingat secara perlahan-lahan, dan anda harus secara perlahan melakukannya jangan memaksanya untuk mengingat".
"baik dok terima kasih"
Dokter mengangguk, ditepuknya pelan bahu Jaevan, dan berbalik pergi meninggalkan Jaevan.
...To be Contiunue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments