Jaevan duduk menunggu di depan ruangan operasi, matanya menatap lantai rumah sakit berkeramik putih tanpa maksud. Pikiran negatifnya terus saja berkeliaran di otaknya, hingga sepasang sepatu di hadapannya membuatnya mendongak.
Polisi yang ditemuinya di UGD membawa sebungkus roti dan air mineral dan diberikannya kepada Jaevan. Jaevan hanya memandangnya tanpa minat untuk menerima pemberian polisi di hadapannya.
"Nak setidaknya makanlah ini, aku tebak kau belum mempunyai makanan yang cukup untuk perutmu"
jaevan mengabaikan perkataan polisi itu, mata sembabnya hanya menatap ruangan operasi itu yang masih menyala lampu hijau.
Tidak mendapat tanggapan dari orang di depannya polisi itu meraih tangan jaevan memaksannya memegang roti yang tadi sudah dibukanya , "makan lah nak, kehidupan mu akan sulit, tapi jangan menambah sulit. Kau butuh makan untuk mendapat tenaga" bujuknya.
Dengan napas berat jaevan menuruti perkataan polisi yang kini duduk di sampingnya sembari memakan roti.
Perlahan dimakannya roti itu dan minum air yang tadi diberikan padanya tanpa suara.
Setelah roti di tangan mereka habis, polisi itu merogoh saku celananya hendak memberikan sesuatu, namun diurungkan ketika seorang suster berjalan menghampiri mereka, mereka langsung berdiri menyambut kedatangan suster itu.
"maaf bisa bicara dengan keluarga pasien? ".
"saya keluarganya sus? "
"kami membutuhkan pendonor darah untuk golongan darah AB, apa ada yang mempunyai golongan darah yang sama dengan pasien? ".
"saya sus, ambil saja darah saya".
"baik ayo segera ikuti saya".
...**********...
Di sinilah Jaevan sekarang, terbaring lemah setelah darahnya diambil untuk didonorkan kepada keponakannya yang masih menjalani operasi. Tanganya dibawa menutupi matanya yang sembab. Beberapa saat tadi polisi memberikan sebuah kalung milik kakaknya dan informasi mengenai kondisi kakak perempuannya yang dinyatakan sudah meninggal dunia saat perjalanan menuju rumah sakit.
Dunia jaevan seakan runtuh, dia berada di titik terendah dalam hidupnya. lagi, ia kehilangan keluarga untuk kedua kalinya, kehilangan satu-satunya kakak kandung yang selama ini hidup bersamanya menggantikan sosok ibu sekaligus ayah, hari ini dia ditinggal seorang diri secara tiba-tiba, masih segar di ingatanya dia dan kakaknya berbicara di meja makan pagi tadi. Dan sekarang dia tidak akan lagi dapat berbicara apalagi melihat kakaknya berdiri di depannya.
air mata berlinang dari ujung matanya, ia runtuh menahan kesedihan dan menelan kepedihan bulat-bulat seorang diri. Di ruangan ramai itu, benar-benar membuatnya tersadar bahwa ia menjadi sebatang kara di dunia ini tampa sanak sodara.
Tak lama kemudian Lenovan dan regan datang menyusul ke rumah sakit, mereka datang menyusul setelah Jaevan mengabari Regan sepulang sekolah. Kabar buruk itu juga mengagetkan mereka, hingga keduanya terburu-buru menyusul jaevan ke rumah sakit dengan masih mengenakan seragam sekolah dengan tas di punggungnya dan tas milik Jaevan juga tergendong di pungung Regan.
Sedikit ragu dan khawatir mereka melihat Jaevan seperti itu, tanganya yang masih setia berada di wajahnya menutupi kedua matanya yang sembab.
"jaevan" panggil Regan pelan.
Jaevan sebenarnya sudah menyadari kedua sahabatnya datang, namun dia masih tetap tidak bergeming dalam posisinya. Lenovan dan Regan tidak tahu harus berbuat apa, kesedihan jaevan juga dapat dirasakan mereka berdua. Jadi mereka sadar perkataan menenangkan atau candaan yang biasanya mereka lontarkan tidak akan membuat kesedihan Jaevan berkurang. Saat ini yang bisa mereka lakukan hanya menemani jaevan di ruangan itu tanpa suara.
Sudah 1 jam jaevan bertahan diposisi itu, kini dia mendudukan tubuhnya diatas kasur, Regan dan Lenovan yang duduk di bangku samping jaevan langsung disuguhkan pemandangan wajah sembab dan pucat jaevan.
Mata jaevan yang sembab menjawab sudah berapa lama laki-laki itu menangis.
Lenovan mengambil cangkir kosong dan menuangkan air dari dipenser tak jauh dari dia berdiri. Diberikannya kepada Jaevan air itu, javan menerimanya dan meneguknya tandas tidak bersisa.
"Sekarang aku harus bagaimana? " tanyanya parau.
"Untuk sekarang mari menunggu kabar Nora dan kak jahen, urusan pemakaman kakakmu sudah diurus orang tua kami, kau tidak perlu khawatir, besok kita akan memakamkan nya" inisiatif Regan dan Lenovan dirasa tepat, sebelum ke rumah sakit mereka terlebih dahulu memberi kabar ini kepada orang tua mereka untuk membantu mengurus jenazah kakak jaevan. Karena mereka tau hanya merekalah yang dapat membantu sahabatnya.
"Terimakasih kalian sudah repot-repot membantu ku".
"tidak perlu berterimakasih ini sudah menjadi tugas kami sebagai sahabatmu, dan kami tidak merasa direpotkan javean"
Jaevan memandang kedua sahabatnya, jaevan menangguk menyetujui perkataan Regan.
Jaevan sangat berterima kasih untuk itu.
Jaevan pun bangkit "kau mau kemana" tanya Lenovan.
"aku harus kembali keruangan operasi, Nora masih di sana"
Jaevan pun melangkahkan kakinya diikuti Regan dan Lenovan di belakang.
Jam sudah menunjukan pukul 8 malam, jaevan masih setia menanti ruangan operasi itu membuka pintunya ditemani Regan dan Lenovan. Pakaian yang mereka kenakan masih sama sejak siang tadi mereka datang, hanya terlihat berantakan dibandingkan pagi tadi.
Doa dan harapan terus beralun dibenak mereka tanpa henti, hingga akhirnya secercah harapan itu hadir tak kala pintu ruang operasi itu terbuka. Jaevan segera menghampiri dokter yang sudah berdiri di sana masih lengkap dengan jubah bedahnya.
"Dokter bagaimana keponakan saya? ".
"syukurlah masa kritisnya sudah lewat, sekarang dia akan segera kami pindahkan ke ruang rawat selama beberapa hari untuk proses penyembuhan nya".
Jaevan bernafas lega mendengar bahwa sekarang keponakan nya baik-baik saja, tapi dia teringat kembali dengan kabar kakak ipar nya, karena sedari tadi dia tidak melihat bahkan mendengar kabarnya.
"dok bagaimana kondisi kakak saya?".
Dokter itu tampak tidak paham siapa yang dimaksud jaevan.
"Nama nya Jahen, yang mengalami kecelakaan bersama keponakan saya".
Dokter itu langsung paham dengan hal yang dibicarakan Jaevan
"Dia sudah ditangani oleh dokter yang lain, lukanya cukup parah dan kondisi nya untuk saat ini masih kritis, tapi kami sudah berhasil mengoprasi nya dan sekarang dia berada di ruangan khusus".
"Terimakasih dokter".
"sama-sama kalau begitu saya izin undur diri"
Pintu ruang oprasi terbuka, para suster membawa keponakannya keluar, Jaevan menatap wajah keponakannya sembari mengikuti dari belakang, ia mengigit keras bibirnya mencegah air matanya keluar.
karena ruang inap untuk kela 3 penuh, akhirnya Jaevan memilih ruang inap VIP kelas 2 walaupun sedikit lebih mahal dari kelas 3 toh uang tabungan milik mendiang kakaknya cukup untuk membayar perawatan Nora di sana.
dengan hati-hati Nora di pindah ke kasur, perawat juga tidak lupa memeriksa kembali kondisi Nora, Jaevan hanya diam memerhatikan para perawat menyelesaikan tugasnya.
setelah para perawat itu selesai, mereka segera meninggalkan ruangan.
"Terima kasih sus" Lenovan berterima kasih pada para perawat.
Regan menghampiri Jaevan yang masih berdiri tidak bergeming, dia hanya diam menatap keponakannya.
"Jae ayo kita duduk" Regan menggiring Jaevan ke shofa.
suasana ruangan hening hanya terdengar detikan suara jam, Jaevan hanya diam dengan sorot mata sendu setia menatap ranjang tempat keponakkannya yang masih tertidur, Regan dan Lenovan juga memilih diam dengan pikiran mereka masing-masing.
pada akhirnya perlahan air mata Jaevan jatuh, mengagetkan Regan dan Lonevan yang pada saat itu menatapnya, ia kali ini tidak bisa lagi menahan sesak yang sejak tadi menyesakkan dadanya, ia menangis tanpa suara hanya air mata yang yang berlinang deras tanpa henti hingga menetes jatuh dari dagunya.
Regan dan Lenovan segera Memeluk Jaevan, mereka juga tidak kuasa menahan air mata, kesedihan yang dirasakan Jaevan juga dapat di rasakan Regan dan Lenovan.
"Jae tidak apa-apa, kami bersama mu" berulang kali kalimat itu di sampaikan keduanya.
Jaevan menutup wajahnya, bahunya bergetar dan suara tangis yang memilukan pecah. Regan dan Lenovan menepuk dan mengelus punggung Jaevan sembari memeluk erat sahabat nya.
Jaevan memukul mukul dadanya, napasnya mulai tersenggal-senggal wajahnya memerah hingga urat-urat di keningnya muncul
"Jaevan hei, ada apa?" tanya Regan panik.
"Jae tenang lah tarik napas pelan-pelan, tenang" Lenovan mencoba mebimbing Jaevan agar tenang.
Tangis Jaevan berhenti dan perlahan ia kembali bernapas normal.
"Kau tidak apa-apa, apa ada yang sakit?" tanya Regan yang masih cemas ia menepuk nepuk pelan bahu Jaevan.
Jaevan mengangguk.
Regan dan Lenovan lega "Berbaring lah, sekarang kau harus istirahat" Regan bangkit dari kursi dan memaksa Jaevan untuk berbaring.
Jaevan menurut, ia mulai memejamkan matanya "Kalian pulanglah, terimakasih sudah menemaniku".
"Tidak Jae kami akan disini menemani mu"
Jaevan tersenyum mendengar perkataan Regan "Terimakasih" jawab nya lirih.
"Sudah tidurlah, biar aku dan Lenovan yang berjaga"
Jaevan mengangguk dan perlahan ia mulai terlelap.
...To be countinue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Rina Zulkifli
👍❤️
2022-09-18
0
Ikaa Sri
dari awal udah bikin banjir air mata😭😭😭
2022-09-12
0