“Puaskah sudah dirimu hari ini, B*jingan!?” gertak Almira marah, dia pun melangkah mendekat ke arah Zion yang terlihat begitu senang karena sudah menghancurkan pesta pernikahannya. “Apa yang kau inginkan sehingga kau begitu tega melakukan ini semua?!” lanjut Almira kembali, emosi di dalam dirinya begitu menggebu-gebu.
Zion berdecak sedikit kesal sembari memainkan jemari tangannya di wajahnya yang tampan itu meskipun kulit wajahnya sudah mulai berkeriput. Ya, bagaimana tidak, karena usianya sudah hampir memasuki kepala lima.
“Bukankah aku sudah mengatakan padamu untuk menika denganku Nona Almira? Lantas mengapa kau masih bertanya apa alasan itu?” lantang Zion menjawab ucapan Almira yang menahan kekesalan pada dirinya di hadapannya.
Plak!
Tamparan keras berhasil mendarat di permukaan pipi pria tua itu sehingga menimbulkan suara yang kini mulai terdengar menggema di dalam ruangan itu sendiri.
“Aku sudah pernah katakan bahwa aku tidak akan pernah sudi menikah dengan pria tua seperti dirimu! Pergilah dari hidupku atau aku akan memenjarakanmu karena kasus pelecehanmu kala itu, Zion!” ancam Almira tak main-main.
Mendengar ancaman dari sang mantan anak tirinya pun membuat Zion tertawa terbahak di dalam gedung yang mulai sepi, hal itu disebabkan karena pernikahan antara Ameer bersama Almira dibatalkan secara tiba-tiba. Apakah ancaman itu akan membuat Zion takut dan tunduk terhadap Almira? Ah, tidak. Hal itu justru semakin membuat Zion tertantang untuk memiliki Almira.
“Kau mengancamku Almira? Ha-ha-ha! Sungguh bodoh sekali! Kau mengira aku akan takut dan melarikan diri dengan ancaman tak bergunamu itu? Jangan bermimpi!” ketus Zion, dia pun tersenyum penuh kemenangan.
“Ikutlah bersamaku, aku akan memberikanmu segalanya.”
Zion mendekat, lalu mencoba mendekap Almira masuk ke dalam pelukannya. Namun amat disayangkan aksinya itu langsung dihentikan oleh seorang pria asing yang tidak dia kenali, bahkan Almira pun tidak tahu siapa pria itu. Tapi yang jelas, Almira sangat berterima kasih telah menyelamatkan dirinya dari perlakuan tidak menyenangkan yang dibuat oleh Zion.
“Tidak bagus jika kau dengan lancangnya memeluk pengantin wanita di khalayak umum, kau tahu bahwa wanita ini bukan milikmu, apalagi pasanganmu, ‘kan? Aku tahu kau adalah pria yang datang ke acara ini untuk menghancurkan pernikahan nona ini bersama sahabatku, Ameer,” kata Alex dengan tegas. “Pergi dan tinggalkan tempat ini atau aku akan meminta satpam mengusirmu tanpa adanya kehormatan.”
“S-siapa kau?”
Zion tergelak kaget ketika melihat penampilan pria yang mencoba menahannya untuk memeluk Almira itu. Dari segi penglihatannya sepertinya pria di hadapannya ini bukanlah pria sembarangan. Apakah sebaiknya dia kabur saja? Daripada urusan ini akan merembet ke jalur hukum? Ah, sial! Mengapa lagi dan lagi usahanya untuk menaklukkan Almira selalu gagal?
“Alexander Bawazier.”
Dengan lantang pria itu memberitahukan namanya kepada Zion, sedangkan Zion yang mendengar hal itu pun terkejut. Nama yang tidak asing lagi di kedua telinganya. Ya, pria itu dikenal sebagai seorang pengusaha kaya raya yang bahkan namanya sudah dikenal oleh Dunia. Ah, gawat. Bagaimana bisa dia berurusan dengan pria kaya seperti pak Alex ini?
Zion akui bahwa dia akan kalah dari segi mana pun, dan kalaupun masalah ini dibawa ke jalur hukum tentunya dia tidak memiliki kekuatan untuk melawan. Dia yakin, lawyer yang akan dipakai Alex bukanlah lawyer sembarangan. Sebaiknya dia kabur sekarang sebelum semuanya terlambat!
Tak menunggu waktu yang lama, Zion pun terbirit keluar dari dalam gedung untuk melarikan diri sedangkan Alex yang melihat hal itu hanya bisa terkekeh sembari menatap ke arah Almira.
“Kau tidak apa-apa, Nona Almira?” tanya Alex sedikit perhatian.
Gadis itu begitu malang di matanya karena telah gagal menikah pada hari pernikahannya. Mengapa sahabatnya, Ameer, tidak mau mendengarkan penjelasan dari calon istrinya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk membatalkan pernikahan? Padahal calon istri sahabatnya ini begitu cantik dan anggun.
“A-aku sedang tidak baik-baik saja untuk saat ini,” tutur Almira berkata jujur mengenai kondisi hatinya kini. “Aku sangat berterima kasih atas apa yang tadinya Anda lakukan, Tuan Alex,” lanjutnya sembari menyunggingkan sedikit senyuman.
“Tidak apa-apa Nona Almira, bukankah sudah sepatutnya kita sesama manusia saling membantu?” kekehnya di depan gadis itu. “Bolehkah aku bertanya padamu mengenai pria tadi?” tanya Alex kembali dengan sopan. Jika wanita itu tidak mau memberitahunya, dia pun tidak akan melanjutkan pembicaraan.
Gadis itu mengembuskan napasnya kasar, lalu kedua matanya melebar menatap ke seluruh arah. Tiada orang lagi di dalam gedung ini selain dirinya, Alex, dan para tim organizer yang sedang ber-beres.
Kebingungan melanda hati Almira saat ini, entah apa yang harus dia lakukan agar rasa malu ini hilang dari dalam dirinya. Jujur, dia merasa sudah tidak lagi ada harga diri di mata masyarakat. Haruskah dia bercerita kepada Alex mengenai Zion? Tapi, apakah pria di hadapannya ini akan percaya dengan apa yang dia katakan? Bagaimana jika pria itu tidak percaya? Ah, begitu rumit sekali permasalahan hidupnya.
“Kau ragu untuk bercerita kepadaku, Nona?” deham Alex sedikit kasar. “Mungkinkah ini tempat umum mangkanya kau tidak ingin bercerita? Sepertinya dugaanku benar. Jika begitu, mari kita pergi ke ruang atas. Aku akan mendengarkan ceritamu tanpa terkecuali.”
Alex memberikan keyakinan penuh kepada Almira, dan Almira pun menyetujui hal tersebut. Toh, sudah tidak ada lagi tempatnya untuk berbagi cerita, siapa tahu pria di hadapannya ini bisa menjadi teman barunya untuk berbagi cerita suka dan dukanya. Bukankah disaat-saat seperti ini dia membutuhkan seorang teman yang bisa diajak bertukar pikiran? Ya, benar sekali!
Dua jam berlalu, keduanya bertukar cerita dengan begitu asik sehingga rasa nyaman di hati Alex pun muncul.
“Ameer hanya salah paham denganmu, lalu kau akan menjalaninya bagaimana?” tanya Alex serius, kedua matanya memandangi wajah ranum Almira dengan saksama. Mengapa Almira begitu sempurna di matanya?
“Semua sudah berlalu, Lex. Aku pun tidak bisa memaksa Ameer untuk menikahiku hari ini ataupun ke depannya, kesalahpahaman Ameer membuatku malu, aku benar-benar merasa sudah tidak memiliki muka lagi di hadapan orang-orang,” jujur Almira dari dalam hatinya. “Sebaiknya sekarang aku harus merantau ke Kota lain untuk menghilangkan rasa malu ini dan rasa cintaku terhadap Ameer.”
Pria itu mengangguk sembari mengembuskan napasnya dengan berat hati, dia tahu betul bagaimana perasaan Almira saat ini. Mengapa Ameer tidak mau mendengarkan itu semua terlebih dahulu ya? Apakah Ameer hanya sekedar mencintai Almira? Sepertinya memang begitu, sebab tidak ada perjuangan Ameer untuk mempertahankan pernikahan ini.
Pria macam apa yang langsung panas ketika mendengar ocehan orang lain tanpa tahu kebenaran yang sebenarnya? Bahkan Ameer pun tega tidak memberikan kesempatan kepada Almira untuk berbicara. Ameer sungguh pria yang tidak layak untuk mendampingi Almira. Hanya kesalahpahaman saja Ameer tidak bisa mempertahankan cintanya, bagaimana jika Tuhan menguji keduanya lebih dari ini setelah terjadi pernikahan? Mungkin endingnya akan kembali pada perpisahan.
“Almira ... Aku adalah Alex Bawazier, aku akan menggantikan posisi Ameer di hidupmu. Kau akan tetap menjadi pengantin wanita hari ini, dan aku akan menikahimu!”
Alex menegaskan kalimatnya, lalu berdiri dari tempat duduknya. Dia mengulurkan tangan ke arah Almira agar gadis itu segera ikut beranjak dari sana.
“Tolong jangan menolak niat baikku untuk menikahimu, aku tidak suka ditolak!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
RinNi
dgn kekuasaan alex ,suruh zion klarifikasi dan mengaku memfitnah almira, jd nama baik amira kmbali baik😁🙏
2022-11-27
1