Eye dan Hiedo masuk ke dalam kamar, lalu duduk di sofa yang ada di sana. Anak buah Hiedo sudah berada di dalam bersama beberapa orang temannya dan juga pegawai hotel yang malam itu memberi minuman pada Eye.
Anak buah Hiedo membuka laptop dan menyalakannya, setelah itu dia memutar video yang sudah tersimpan di file laptop tersebut.
Eye dan Hiedo sama-sama terkejut melihat rekaman video itu, meski rekaman itu tidak menunjukkan aktifitas di dalam kamar, tapi mereka tahu jika mereka berada di dalam kamar yang sama.
"Itu berarti ...," Hiedo dan Eye saling beradu pandang dalam diam, entah apa yang ada di dalam benak mereka.
"Maafkan saya, Tuan. Saya terpaksa melakukan itu," ucap pegawai hotel dengan kepala menunduk.
"Siapa yang menyuruhmu?" tanya Hiedo, tangannya mengepal dan wajahnya sudah merah padam.
"Kedua orang ini," jawab Orang itu sambil menunjukkan foto yang ada di ponselnya.
"Ego!"
"Sunny!"
Seru Eye dan Hiedo bersamaan.
"Saya tidak tahu, siapa kekasih yang mereka maksud. Yang saya tahu, pria yang ada di foto itu membenci Nona dan juga Tuan. Sebenarnya, laki-laki yang bertugas menjalankan rencana dan menodai Nona bukanlah Tuan, melainkan pria suruhan orang tersebut. Tapi, saya tidak tega pada Nona karena saya yakin Nona orang baik." Tutur orang itu lalu berhenti bicara untuk mengambil nafas.
Eye, Hiedo, dan lainnya masih terdiam, menunggu pegawai hotel melanjutkan perkataannya.
"Saat saya ke luar dari kamar Nona, saya melihat Tuan masuk ke dalam kamar sebelah dengan kondisi tidak baik-baik saja. Akhirnya saya berinisiatif membawa Nona dan memaksanya masuk ke kamar Tuan. Meski saya tidak mengenal secara langsung, tapi saya tahu jika tuan orang baik." Dia mengakhiri perkataannya lalu bersimpuh di hadapan Eye dan Hiedo. " Maafkan saya," ucapnya dengan suara bergetar.
Wajah Hiedo yang tegang sudah melunak, kedua tangannya sudah tidak mengepal lagi. Hanya Eye yang terlihat meneteskan air matanya dalam diam. Dia tidak percaya jika Ego tega melakukan itu padanya hanya untuk mendapatkan cinta Sunny dan memanfaatkan Eye untuk mengurus restoran milik Ego.
Setelah amarahnya mereda, Hiedo mencecar pegawai hotel dengan banyak pertanyaan. Dari pegawai hotel dia tahu, jika Ego dan Sunny pergi melarikan diri ke sebuah kota yang ada di seberang. Mereka juga sudah menikah dan memulai hidup baru di sana.
Setelah mengetahui semuanya dan berakhir damai, Hiedo dan Eye pun memutuskan untuk pulang.
Sesampainya di rumah, Eye langsung masuk ke dalam kamar. Dia berganti pakaian santai karena sebentar lagi harus menyiapkan makan malam.
"Mas, mau aku masakin apa?" tanya Eye pada Hiedo yang sedang duduk di ruang keluarga, masih mengenakan pakaian yang sama.
"Apa saja yang kamu masak, pasti aku makan." Jawab Hiedo sambil tersenyum, meski dia merasa bingung dengan perubahan sikap Eye yang tiba-tiba lembut.
Untung kehamilan Eye tidak seperti ibu-ibu kebanyakan, mual dan muntah hebat. Eye sama sekali tidak punya keluhan apapun selama hamil kecuali mata yang mudah mengantuk.
Eye mulai berkutat dengan bahan makanan dan peralatan dapur. Dia belajar masak dari sang ibu, dulu ibunya punya warung makan namun kecil. Dari hasil jualan itulah ibu membesarkannya.
Ayah Eye meninggal saat Eye masih duduk di bangku SMP, sedangkan ibunya meninggal karena sesak nafas. Warung makan miliknya terbakar dan ibunya terlalu banyak menghirup asap. Saat itu Eye sedang ikut tour yang diadakan oleh sekolahnya.
"Masak apa?" pertanyaan Hiedo mengejutkan Eye yang sedang melamun.
"Cuma ada ini di kulkas, aku lupa belanja." Jawab Eye sambil menunjukkan sayur dan daging yang ada di hadapannya.
Hiedo duduk di kursi yang ada di dapur, " Apa rencana kamu?" tanya Hiedo.
Eye yang sedang mencuci sayuran menghentikan aktifitasnya, memutar tubuh dan menghadap ke arah Hiedo yang sedang menatapnya.
"Rencana apa?" tanya Eye.
"Tentang pernikahan kita, Ego dan juga rencana lainnya," jawab Hiedo dengan santai.
Eye mematikan kran air, mengeringkan tangannya lalu menghampiri Hiedo.
"Menurutmu, aku harus gimana? Jujur saja hatiku sangat sakit saat mengetahui kenyataan tentang Ego, ternyata selama ini dia hanya memanfaatkanku saja." Eye mendengus kesal mengingat rekaman video yang dia lihat saat di hotel tadi.
"Hiduplah dengan bahagia, buat Ego menyesal karena sudah menyakitimu. Buktikan pada Ego, bahwa kamu lebih berharga dari pada Sunny." Eye menganggukkan kepalanya mendengar jawaban dari Hiedo.
Eye kembali berkutat dengan peralatan masaknya, beban di hatinya sedikit berkurang walau masih ada rasa sesak di dadanya.
"Aku ke luar sebentar, ada urusan mendadak." Pamit Hiedo sambil beranjak pergi.
"Apa kamu makan malam di rumah?" tanya Eye, dia ragu memanggil dengan sebutan mas karena Hiedo tidak memberi respon apapun.
"Aku hanya pergi sebentar, tidak sampai malam aku sudah kembali. Masak yang enak ya!" Senyum manis mengembang di bibir Hiedo.
Hiedo pergi menggunakan motornya, menuju ke suatu tempat.
"Aku berjanji pada diriku sendiri, bahwa aku akan memperbaiki hubungan ini dan menerimamu menjadi suamiku. Walau bagaimana pun kamu adalah ayah dari anak yang aku kandung." Monolog Eye.
Eye memejamkan mata, menarik nafas dalam-dalam dari mulut kemudian menghembuskannya dari mulut secara perlahan.
Eye memantapkan hatinya, akan menerima pernikahan ini dan menjadi istri Hiedo sepenuhnya.
***
"Ada apa? Kenapa tiba-tiba memintaku untuk datang kemari?" tanya Hiedo.
"Saya sudah menemukan tempat tinggal Ego, saya juga menemukan ada yang tidak beres di restoran miliknya. Sepertinya, orang yang dia tunjuk untuk menggantikan istri anda bukan orang baik-baik. Jika dibiarkan, lambat laun restoran itu akan bangkrut." Jawab anak buah Hiedo.
"Biarkan saja, biar ini menjadi pembelajaran hidup untuknya. Lagi pula aku sudah tidak peduli, aku hanya peduli pada hidupku dan fokus mencari orang tua kandungku," cetus Hiedo.
"Apa Tuan tahu di mana panti asuhan tempat Tuan tinggal dulu? Mungkin aku bisa membantu Tuan." tanya orang itu.
"Aku tidak tahu," jawab Hiedo singkat.
"Jika diizinkan saya akan mencari tahu," tawar orang itu.
"Jika tidak keberatan, dengan senang hati aku menerima tawaranmu." ujar Hiedo sambil tersenyum.
"Tuan ini, seperti sama siapa saja. Sudah seharusnya saya membantu tuan, sebagaimana tuan sudah banyak membantu saya."
Hiedo pun pamit pulang karena hari sudah beranjak malam. Dia takut Eye telat makan karena menunggu kedatangannya.
"Aku tidak akan membiarkan kalian menyakiti Eye lagi, dan aku juga tidak akan berdiam diri saat kalian bertindak seenaknya terhadapku. Sudah cukup aku mengorbankan hidupku untuk kalian selama ini, kali ini aku tidak akan jadi kerbau yang dicucuk hidungnya. Toh aku tidak pernah menghabiskan harta kalian, selama ini aku berjuang sendiri untuk memenuhi semua kebutuhanku." monolog Hiedo dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
mama naura
bagus ceritanya semangat ya KK thorr lanjut
2022-10-04
1
Anisnikmah
bagus
2022-08-16
1
Anisnikmah
bagi
2022-08-16
1