04

'Ternyata kamu dingin hanya di luarnya saja, yang sebenarnya kamu humoris dan ramah. Aku bahkan sempat tidak mengenali sifatmu yang terkadang konyol,' bathin Eye dalam hati.

 

Untuk mengetahui sifat seseorang, maka kenali lebih dekat. Maka kamu akan tahu siapa dia yang sebenarnya.

 

"Kenapa bengong? Kok nggak dimakan? Nanti keburu dingin loh." Hiedo dan Eye sedang menyantap makan siangnya.

 

Sudah sebulan mereka menikah, selama itu pula mereka tidur secara terpisah walau tinggal satu rumah.

 

Meski begitu, Eye tetap menjalankan tugasnya sebagai istri. Membersihkan rumah, menyiapkan makanan, dan juga menyiapkan semua kebutuhan suaminya. Hanya di atas ranjang saja yang belum bisa dia tunaikan.

 

Hari ini Hiedo libur, dia bermaksud membawa Eye ke rumah sakit untuk memeriksakan kehamilannya. Meski itu bukan anaknya, Hiedo tidak mau terjadi apa-apa pada calon bayi Eye. Karena bagaimana pun anak itu kelak akan menjadi anaknya juga.

 

Selesai makan Eye membawa piring kotor ke dapur dan langsung mencucinya, sedangkan Hiedo membantu membersihkan meja.

 

"Aku ganti baju dulu," kata Eye.

 

"Aku tunggu di mobil," balas Hiedo.

 

Eye bergegas ke kamarnya, dia tidak mau Hiedo menunggunya terlalu lama. Selesai berganti pakaian Eye langsung menuju mobil.

 

Hiedo mengemudikan mobilnya menuju ke rumah sakit, kebetulan jarak tempuh ke rumah sakit cukup jauh dari rumah, sekitar tiga puluh menit perjalanan.

 

"Tunggu di sini, aku parkirkan mobil sebentar." Hiedo menurunkan Eye di pintu masuk, lalu setelah itu dia memarkirkan mobilnya di parkiran.

 

"Ayo!" Hiedo mengajak Eye untuk masuk, mereka tidak perlu ambil nomor antrian karena Hiedo sudah menelpon dokter saat di rumah.

 

"Siang, Dok!" sapa Hiedo saat masuk ke ruang dokter.

 

"Tuan Hiedo, silahkan duduk." Balas dokter dengan sopan.

 

"Selamat siang nyonya Hiedo, silahkan berbaring. Biar kami periksa terlebih dahulu," pinta seorang suster.

 

Eye berbaring di brankar yang ada di sana. Perawat mulai mengoleskan gel dan menggerakkan sebuah alat yang menghubungkan ke monitor.

 

"Itu anak saya, sus?" tanya Eye.

 

Tidak hanya Eye, Hiedo juga merasakan debaran yang berbeda saat melihat layar monitor. Hatinya menghangat dan terasa tidak karuan.

 

"Ada apa dengan hatiku, aku seperti melihat anakku yang ada di layar itu." Hiedo bergumam dalam hati.

 

"Perkembangan janin cukup bagus, sehat, dan sudah mulai membentuk. Pastikan ibunya mengkonsumsi makanan sehat dan gizi yang seimbang. Di usia seperti sekarang, kalian sudah boleh melakukan hubungan suami istri. Berhubungan saat hamil sangat penting, tapi kalian harus melakukannya dengan lembut agar tidak menyakiti janinnya." Penjelasan dokter membuat Hiedo dan Eye salah tingkah.

 

***

 

Hiedo mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang, Eye sudah tertidur di bangkunya. Sesekali Hiedo melirik ke arah Eye kemudian tersenyum.

 

"Apa perempuan hamil memang mudah mengantuk? Sehingga di mana pun kamu bisa tidur dengan mudah dan nyenyak," monolog Hiedo.

 

Drtt ... Ponsel Hiedo bergetar, sebuah panggilan memaksanya untuk menepi.

 

Hiedo ke luar dari mobil, dia tidak mau suaranya saat berbicara mengganggu Eye yang masih tertidur.

 

"Halo!!" Seperti biasa Hiedo akan berbicara dengan nada dingin dan datar pada orang lain.

 

"Bos, kami berhasil mendapatkan rekaman CCTV di hotel beberapa bulan yang lalu." Orang di seberang telpon memberi laporan.

 

"Rekaman tentang apa? Tentang gadis yang aku tiduri atau tentang siapa yang menjebak Eye?" tanya Hiedo, dia tidak sabar mengetahuinya.

 

"Keduanya, Bos." jawab orang itu.

 

"Baiklah, aku akan ke sana. Pastikan ..."

 

"Mas, kenapa kita berhenti? Apa ada masalah pada mobilmu?" Bukannya menjawab pertanyaan Eye, Hiedo malah terdiam. Dia kaget karena tiba-tiba Eye memanggilnya dengan sebutan 'Mas'.

 

"Nanti aku telpon balik," dan Hiedo pun memutuskan panggilan secara sepihak.

 

Hiedo menghampiri Eye yang sedang berdiri di samping pintu mobilnya.

 

"Masuklah! Tidak ada masalah apa-apa pada mobilku." Eye mengerutkan keningnya mendengar nada bicara Hiedo yang dingin. 'Apa dia tidak suka aku memanggilnya dengan sebutan mas?' Eye bertanya dalam hati.

 

Eye bergegas masuk ke dalam mobil dan duduk di bangkunya. Hiedo kembali melajukan mobilnya ke arah yang Eye tidak tahu ke mana.

 

Setelah beberapa menit menempuh perjalanan, akhirnya mereka sampai di sebuah hotel. Wajah Eye tiba-tiba memucat, hotel ini adalah hotel tempat di mana dia kehilangan kehormatannya.

 

"Aku di mobil saja," tolak Eye saat Hiedo mengajaknya turun, suaranya bergetar. Antara takut, trauma, dan sedih mengingat kejadian yang membuatnya seperti sekarang.

 

Awalnya dia tidak seperti ini, karena dalam bayangannya pria yang melakukannya adalah Ego sang kekasih. Namun, kenyataannya kekasihnya tidak mengakuinya bahkan kini dia lari dari tanggung jawab.

 

"Aku ada pertemuan di dalam, mungkin agak lama, aku takut kamu bosan menungguku di sini. Lagi pula, di dalam sudah ada orang yang mengetahui siapa dalang yang sudah menjebakmu juga aku." Penuturan Hiedo membuat Eye mengerutkan keningnya, dia tidak mengerti apa yang dimaksud oleh suaminya itu.

 

"Maksudmu, apa?" tanya Eye.

 

Hiedo menghela nafas panjang kemudian menghadap ke arah Eye.

 

"Malam di saat Rembulan ulang tahun, di saat kamu kehilangan mahkotamu, di saat itu juga aku kehilangan keperjakaanku. Ada yang sengaja menjebakku malam itu, memberiku minuman yang ternyata sudah dibubuhi bubuk perangsaang. Aku ..."

 

"Pegawai hotel juga memberiku minuman, sesaat setelah Ego ke luar dari kamar hotel." Eye memotong perkataan Hiedo.

 

"Aku tidak tahu gadis mana yang aku gagahi malam itu, anak buahku membawaku pergi sebelum aku sadar. Dan saat itu, hotel ini juga mati lampu, hal yang sangat mustahil terjadi di hotel berbintang seperti ini." Hiedo menjelaskan.

 

"Apa ini semua ulah Ego?" tanya Eye.

 

"Aku belum tahu," jawab Hiedo kembali ke posisi semula, duduk menghadap stir kemudi.

 

"Bagaimana dengan gadis itu? Apa kamu akan menikah dengannya?" Pertanyaan Eye sontak membuat Hiedo kaget, dia sama sekali tidak berpikir sampai ke sana.

 

"Aku tidak masalah jika kita harus berpisah demi gadis itu, karena dia lebih membutuhkan kamu dari pada aku." Ucap Eye lalu menunduk. Entah kenapa hatinya terasa sakit saat mengatakan itu.

 

"Aku ... Aku tidak tahu." Hiedo bingung harus berkata apa.

 

Eye akhirnya turun dari mobil dan mengikuti Hiedo masuk ke dalam hotel. Seseorang sudah menunggunya di salah satu kamar di hotel itu.

 

Sesekali terdengar suara helaan nafas yang berat dari arah Hiedo, entah apa yang sedang dia pikirkan.

 

"Mas!" Eye menahan tangan Hiedo yang hendak menekan tombol bel pintu kamar.

 

"Setelah mengetahui dalangnya, mengetahui gadis yang mas tiduri, juga tahu siapa laki-laki yang menghamiliku, apa mas mau membantuku mencari laki-laki itu?" tanya Eye.

 

"Apa maksud kamu?" Hiedo balik bertanya, dari suaranya semua bisa tahu kalo Hiedo sedang menahan emosi.

 

"Aku tidak ..."

 

"Cukup! Tidak perlu kamu lanjutkan perkataanmu. Aku akan menuruti permintaanmu." Eye menundukkan kepalanya mendengar perkataan Hiedo.

 

Mulut dan hatinya tidak sejalan, mulutnya berkata jika dia meminta berpisah. Tapi di hati, Eye merasakan sakit seolah tidak menginginkan perpisahan itu.

Terpopuler

Comments

Anisnikmah

Anisnikmah

apa keduanya yang melakukan tapi tidak sadar

2022-08-16

2

Vita Zhao

Vita Zhao

aduh bikin tegang nih

2022-08-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!