Prang ...
Benda-benda yang ada di dekatnya pun pecah karena dihempaskan ke lantai. Mata memerah karena amarah sedang menguasai ayah Ego.
"Anak nggak tau malu, sudah menghamili anak orang, kini malah kabur dan lari dari tanggung jawab. Mau ditaruh di mana muka ayah, Bunda!" Ayah meraup wajahnya dengan kasar.
Amarahnya meledak-ledak saat mengetahui jika Ego sudah tidak di rumah. Seseorang memberitahu ayah, kalau Ego kabur bersama seorang wanita dan itu bukan Eye.
"Bunda yakin, Ego punya alasan. Karena itulah dia lari." Bunda membela Ego.
"Apapun alasannya, tidak sepantasnya dia mengambil keputusan sepihak. Dia yang merencanakan pesta pernikahan ini, dia yang menyebar undangan pernikahannya. Apa dia mau melempar kotoran ke wajahku?" Suara ayah meninggi dan terdengar sangat kesal.
"Mungkin Ego pergi karena bukan dia yang menghamili Eye. Dia tidak mau bertanggung jawab dengan apa yang tidak dia lakukan." Lagi-lagi Bunda membela Ego.
"Apapun alasannya, bukan pergi solusi yang tepat. Kita masih bisa membicarakannya secara baik-baik. Lagi pula dari awal Eye tidak pernah memaksa Ego untuk bertanggung jawab, Ego yang mengajaknya menikah." Ayah semakin meluapkan kekesalannya.
Waktu pernikahan kurang dari dua jam, ayah duduk bersandar di sofa sambil memijat kepalanya yang terasa pusing. Bukan sekali ini Ego bikin masalah. Sebelum bersama Eye, dia juga sering melakukan kesalahan dan sang kakak yang harus menyelesaikannya.
Ego terkesan manja dan kekanak-kanakkan, seenaknya berbuat sesuatu, tapi setelah itu pergi begitu saja tidak peduli.
"Suruh saja Hiedo menikahi Eye, lagi pula dia sudah cukup umur untuk menikah." Ayah menatap nanar ke arah Bunda yang bicara seenaknya, selalu saja Hiedo yang menjadi tumbal.
"Tidak! Untuk kali ini aku tidak setuju. Kita tidak bisa memaksanya kali ini, sudah cukup dia berkorban untuk Ego selama ini." Ayah tidak mau Hiedo jadi korban tingkah Ego yang tidak bertanggung jawab.
"Tidak masalah, aku akan menikahi Eye." Tiba-tiba Hiedo sudah berdiri di antara ayah dan bundanya.
Ayah dan bunda serempak berdiri lalu saling beradu pandang. Terkejut mendengar keputusan yang diambil oleh putra sulungnya.
"Kalian tidak perlu stres memikirkan hal ini, bukankah kalian mengangkatku menjadi anak karena menyelamatkanku. Sekarang sudah waktunya aku membalas budi kalian." Ayah dan Bunda mendadak sedih mendengar penuturan Hiedo.
"Dari mana kamu tahu kalo kamu cuma anak angkat?" tanya Bunda dengan suara bergetar.
"Dari sikap bunda yang selalu pilih kasih dan selalu menjadikanku tumbal atas semua kesalahan yang dilakukan oleh Ego dan Rembulan." Hiedo berjalan masuk ke kamarnya, bersiap-siap untuk pergi ke lokasi pernikahan.
Ayah menghubungi Eye dan mengatakan kalo Hiedo bersedia menggantikan Ego dan menikah dengannya.
***
Semua sudah berkumpul, suasana lokasi acara sangat sepi. Dengan kekuasannya, Hiedo mampu membatalkan resepsi pernikahannya. Hiedo juga menutupi pernikahannya dari publik.
Proses ijab kabul sudah selesai dan berjalan dengan lancar. Kini Hiedo dan Eye sudah sah menjadi sepasang suami istri.
"Aku sudah menyelamatkan nama baik keluarga kalian. Mulai saat ini, jangan pernah lagi kalian menemuiku atau juga Eye, istriku. Dan satu lagi, sampaikan pesanku pada putra kesayangan kalian, cepat atau lambat karma akan datang menghampirinya dan saat itu terjadi jangan menemuiku dan juga Eye." Hiedo menggenggam tangan Eye dan mengajaknya ke mobil. Hiedo mengemudikan mobilnya menuju ke rumahnya.
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, Hiedo dan Eye masih berada di mobilnya. Tiada satu pun yang membuka mulut untuk bersuara, semua diam membisu.
Mobil yang dikemudikan Hiedo tiba di sebuah rumah, cukup mewah dan lebih besar dari rumah orang tua Ego.
"Ayo turun!" Ajak Hiedo sambil mengulas senyum pada Eye.
Hiedo membuka pintu rumahnya dan mengajak Eye masuk.
"Kita harus bicara!" ujar Eye pada Hiedo.
"Kamu pasti lelah, istirahatlah! Kita bicarakan ini besok." Eye terpaku saat melihat Hiedo tersenyum, baru kali ini dia melihat pria dingin itu senyum dan nada bicaranya pun lembut.
"Aku minta maaf," ucap Eye dengan kepala menunduk.
"Minta maaf untuk apa?" Akhirnya Hiedo menuntun Eya untuk duduk di sofa.
Eye masih menundukkan kepalanya, dia tidak berani menatap pria yang kini sudah sah menjadi suaminya.
"Bicaralah!" titah Hiedo.
"Kenapa kamu mau menikahiku? Sedangkan bayi ini bukan anakmu." Eye mengangkat kepala dan memberanikan diri untuk menatap wajah Hiedo.
"Karena aku bukan pecundang seperti Ego," jawab Hiedo.
"Maksudnya?" tanya Eye belum mengerti maksud Hiedo.
"Aku tidak bisa membiarkan seorang wanita terpuruk karena ulah laki-laki yang tidak bertanggung jawab. Aku terlahir dari seorang perempuan yang disebut ibu, walau aku sendiri tidak tahu di mana ibuku." jawab Hiedo, wajahnya berubah murung.
Eye menutupi rasa terkejutnya dengan tersenyum, "Terima kasih," ucapnya, dia baru tahu jika Hiedo bukan kakak kandung Ego.
"Istirahatlah! Ada banyak kamar kosong di rumah ini, kamu bisa memilihnya untuk dijadikan kamarmu. Aku tidak mau memaksamu untuk menerimaku, biarkan waktu yang menentukan hubungan kita ke depannya." Sejak dulu Hiedo sudah terkenal bijaksana dan bertanggung jawab.
"Apa kamu menganggapku sebagai istrimu?" tanya Eye.
"Pertanyaan macam apa ini? Tentu saja kamu istriku sekarang, esok, nanti dan selamanya. Aku hanya menginginkan pernikahan sekali selama hidupku. Tapi, kembali lagi padamu, aku tidak mau memaksakan diri agar kamu mau menerimaku." Eye mendadak salah tingkah dan merasa bersalah pada Hiedo. Jujur saja, tidak mudah baginya untuk berpindah hati secepat ini. Walaupun cintanya untuk Ego sudah pergi terbawa oleh Ego bersama pengkhianatannya.
"Maafkan aku," ucap Eye lirih.
"Lebaran masih lama, tidak usah meminta maaf terus menerus, aku jadi merasa seperti orang tua yang sedang menerima sungkem dari anaknya." Seloroh Hiedo dengan senyum manis di bibirnya.
"Rumah ini ada tiga lantai, kamarku ada di lantai dua. Di lantai satu ada dua kamar tamu dan satu kamar utama, di lantai dua ada tiga kamar. Semua berukuran luas, di lantai tiga hanya ada satu kamar, kolam renang dan halaman terbuka." Hiedo menjelaskan jumlah kamar di rumah ini.
"Aku di lantai bawah saja," ujar Eye.
"Pilihan yang bagus! Ibu hamil memang tidak boleh turun naik tangga." Hiedo mengantarkan Eye ke kamar utama yang ada di lantai satu.
Dia membuka pintunya kemudian menyuruh Eye untuk masuk dan beristirahat. Setelah itu Hiedo pergi ke kamarnya, berganti pakaian lalu duduk di balkon sambil mendengar musik yang bisa membuatnya tenang.
Sampai saat ini, dia belum bisa menemukan siapa yang sudah menghamili Eye. Dia mencurigai Ego dan Sunny, bisa jadi ini ulah mereka agar Ego bisa punya alasan yang tepat untuk meninggalkan Eye.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Anisnikmah
mungkin orang lain atau juga ego sendiri tapi gak ingat
2022-08-16
1
Vita Zhao
wah ternyata hiedo bukan kakak kandung ego ya, dan ternyata bukan hiedo juga yg menghamili eye, mungkin yg di maksih jebakan oleh sunny adalah jebakan untuk eye agar seseorang bisa menghamili eye🤔.
kasian sekali nasibmu eye sampai gak tau siapa laki2 yang menghamili kamu🥺
2022-08-09
2