Ciuman dalam berlanjut dengan saling meraba. Suasana syahdu menjelang malam,
turut berperan menciptakan gairah keduanya.
Andin terbawa suasana. Perlakuan hangat dan romantis dari Bram membuatnya luluh
dalam dekapan mesra nya.
Bram membuka kancing baju Andin dengan tidak melepaskan ciuman dari lehernya. Aroma wangi tubuh Andin membuat Bram semakin bergairah.Andin mundur ke belakang
dan melepaskan diri dari ciuman Bram.
"Hentikan Bram, kurasa ini salah".
"Apanya yang salah,, kau menikmatinya kan??".
"Iya tapi,, aku merasa kita tidak ada hubungan dan tidak sedang terikat satu sama lain".
"Apa perlunya hal semacam itu".
"Maaf Bram,, tapi aku bukan seperti gadis yang kau kira".
"Kalau kau ingin bersenang-senang, carilah gadis di dalam klub atau bar".
"Apa ini karena pria bernama Toni itu??".
"Toni tak ada hubungannya dengan ini".
"Dia memang menyukaiku, tapi aku masih bisa menjaga jarak darinya".
"Menjaga jarak kau bilang,,,dia bahkan bisa menyentuhmu seenaknya".
"Mungkin kau merasa uang yang ku berikan kurang".
"Ini,,ambil uang mu, dan kemarilah..!!!".
Setelah melemparkan uang, Bram menarik tubuh Andin mendekat padanya. Kali ini dia menciuminya dengan kasar. Andin mencoba berontak. Dia menampar wajah Bram dengan sangat keras.
"Pergi kau dari sini.....pergi!!!!!!!!".
Andin melemparkan uang yang diberikan Bram dan mengusirnya dari rumah. Bram pergi dengan wajah kecewa dan menahan marah. Andin membanting pintu, dan menangis di baliknya.
Dia salah mengira. Andin pikir, Bram berbeda dari lelaki lainnya. Nyatanya Bram sama saja dengan pria hidung belang di luar sana.
Andin segera berganti pakaian. Dia hendak berangkat ke restoran. Lebih baik bekerja dari pada di rumah harus bersedih. Andin lalu keluar dan berjalan ke restoran paman Burhan.
"Apa kau sudah baikan,,, katanya kau sakit, kenapa tetap berangkat?".
"Aku baik-baik saja paman, hanya sedikit pusing".
"Aku masuk dulu paman".
Malam ini restoran lumayan rame. Banyak sekali yang datang untuk makan dan minum-minum. Andin melihat di salah satu sudut restoran ada Bram. Dia mengajak seorang gadis untuk minum bersamanya.
"Malam ini kita berpesta,,,kalian boleh minum sepuasnya,,,aku yang traktir".
"Apa benar kak Bram,,, wah beruntung sekali".
"Hei....cepat kemari, temani kak Bram".
Andin melihatnya.Gadis itu langsung mengelilingi Bram.Ada yang duduk di pangkuannya, bahkan ada yang langsung mencium pipi nya.
Andin sudah paham, ternyata Bram hanya ingin bersenang-senang saja. Lama hidup di luar negeri, mungkin dia sudah sering melakukan **** bebas.
Bram menatap wajah Andin. Berharap gadis itu cemburu dengan kelakuannya. Nyatanya sikapnya biasa saja. Dia sama sekali tak terpengaruh oleh tingkah Bram.
"Andin, kau sudah bertemu Toni di rumah sakit??".
"Belum paman,,aku kerja pagi sekarang, di toko buku, jadi belum sempat".
"Paman salut padamu,,kau masih muda tapi sudah rajin bekerja".
"Hanya itu yang bisa kulakukan paman,, aku harus bertahan hidup di kota besar ini".
Toko sudah hampir tutup, tapi Bram dan teman-teman nya masih disana. Tampaknya Bram mabuk berat. Kepalanya diletakkan di atas meja. Dia masih ingin mesan minuman.
"Cukup sudah,, bawa boss kalian pulang, kami sudah mau tutup".
"Hei.....pelayan, jangan ikut campur, ambilkan aku minuman sekarang...!".
"Aku akan membayar mahal,,,ini bawa uang ini dan ambil minuman lagi".
Andin berlalu dari meja Bram. Dia pamit pulang kepada paman Burhan. Dia malas harus melayani Bram yang sombong itu.
Nisa bergegas pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah, dia langsung masuk dan mengunci pintu. Nisa merebahkan diri di kamarnya.
Baru beberapa menit Nisa memejamkan mata, pintu rumahnya diketuk dengan suara yang sangat keras. Nisa bangun dan membukakan pintu. Di depan pintu berdiri Bram dengan mata merah menyala. Rupanya dia sedang dalam pengaruh minuman.
"Mau apa kemari,,,pergi dari sini".
"Kau sedang mabuk, sebaiknya kau pulang,, aku capek, pingin istirahat".
"Diam..!!!! jangan banyak bicara di depanku".
"Tapi ini rumahku,, kau tidak bisa seenaknya berlaku seperti itu".
"Jangan mengaturku,, aku bilang diam".
"Aku akan menelpon kakak mu, biar dia menjemputmu kemari".
"Hei......aku bukan anak kecil lagi, kau tahu".
"Harusnya wanita seperti mu tidak usah ikut campur".
"Kalau begitu tinggalkan rumahku sekarang!!".
Dibentak oleh Andin membuat darah Bram mendidih. Dia mendorong Andin masuk ke dalam rumahnya, sambil membekap mulutnya. Sampai di depan sofa, Bram melemparkan Andin dan menciuminya secara kasar.
"Bram......hentikan, kumohon.......!!".
"Sssttttt......kau diam lah......nikmati saja malam ini bersamaku".
Andin menangis. Dia menendang tubuh Bram dan masuk ke kamar. Pintu belum tertutup karena Bram menahan dengan kakinya.Dia kembali mencium dan menyentuh seluruh tubuh Andin. Andin hanya bisa menangis. Dia tak kuasa melawan kekuatan Bram yang sedang mabuk itu.
Bram melucuti semua pakaian Andin. Gairahnya sudah tidak terbendung lagi. Dengan penuh nafsu, malam itu Bram berhasil merenggut kesucian Andin.
Andin menangis di samping Bram yang tertidur kelelahan. Dia memunguti seluruh bajunya dan mengenakan nya kembali.
Sesudahnya Andin mandi dan membersihkan dirinya.
Andin melanjutkan tidurnya di sofa. Dia benci melihat wajah Bram. Rasa kagum yang semula tumbuh di hatinya, perlahan terkikis oleh kebencian. Andin tertidur sambil menangis menyesali nasibnya.
Andin bangun pagi-pagi sekali. Di lihatnya Bram masih belum sadar. Andin langsung berangkat kerja, walaupun badannya terasa sakit semua.
Menjelang siang Bram baru bangun.Kepalanya terasa sangat pusing. Dia bingung karena tidak berpakaian dan ada di tempat tidur Andin. Bram mencoba mengingat kejadian tadi malam.
Dia sudah sangat mabuk, tapi Andin malah memancing kemarahan nya. Sejak semula dia tidak berniat menyakitinya, tapi karena pengaruh alkohol, Bram nekat menyetubuhinya. Rupanya Andin lain daripada wanita biasanya. Dia masih perawan.Dia tak kuasa menahan gairah yang sudah memuncak. Baru sekarang dia merasa menyesal dan menyadari kesalahannya.
"Andin,, dimana kau?".
"Aku ingin secangkir kopi, kepalaku sakit sekali".
Sepi, tak ada sahutan dari luar. Bram bangun dan memakai celananya. Dia berjalan keluar kamar. Rupanya Andin sudah bekerja,dan di meja, sudah tersedia sarapan untuknya.
Bram semakin merasa bersalah. Dia tak sabar untuk bertemu dengan Andin. Dia lalu menelpon anak buahnya dan menyuruh mereka mengirim baju dan bahan makanan.
"Kau sakit Andin, wajahmu tampak pucat".
"Aku kurang tidur,, semalam restoran rame dan aku pulang terlalu larut".
"Jangan terlalu capek,, jaga kondisi badanmu, biar nanti Bayu yang mengantarmu pulang".
Andin hanya mengangguk. Dia meneruskan pekerjaannya di toko seperti biasanya. Ketika jam pulang, Bayu mengantarkan Andin dengan sepeda motornya. Mereka khawatir terjadi sesuatu di jalan.
"Maaf Bayu, aku jadi merepotkan mu".
"Tak apa,,,daripada kau pingsan di jalan".
"Lebih baik aku yang mengantarmu".
"Terima kasih banyak".
Karena sambil ngobrol, tak terasa sudah sampai di rumah Andin. Dia menawarinya untuk mampir, tapi Bayu menolak. Dia langsung pulang dan Andin masuk ke dalam rumahnya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Masya Allah tabarakaAllah 🙏🤲
next kak makin seruu dan menarik alur ceritanya, ❤️🔥
2024-12-17
0