Pagi hari yang sama. Pengawal Bram membawanya ke apartemen untuk membersihkan luka dan mengganti perban.
Ada pemandangan berbeda pagi ini di apartemen Bram. Andin melihat banyak sekali makanan yang terhidang di meja makan. Andin mendekati tempat duduk Bram dengan kotak obat di tangan nya.
"Apa kau makan sebanyak itu setiap hari??".
"Jangan banyak bertanya, cepat kerjakan tugasmu".
Dengan cekatan, Andin melepas perban dan membersihkan luka di tangannya. Setelah itu, dia memasang kan perban yang baru di luka kaitannya.
"Lukanya sudah kering,, mungkin besok pagi kau tinggal memotong benangnya saja".
"Tidak akan terasa sakit karena kulitnya sudah menutup sempurna".
Andin berdiri dan hendak keluar dari apartemen, sebelum tangan Bram menahan telapak tangan Nisa.
"Habiskan makanan itu, baru kau boleh pulang".
"Aku,,,, sebanyak ini????".
"Kau jangan bercanda, perutku tidak akan sanggup menampung nya".
"Ya,, karena perutmu penuh dengan mie instan".
Andin tersipu malu. Dia kemudian kembali duduk di meja makan.Atau kalau tidak, dia akan lebih lama lagi berada di sini.
Andin sudah ingin memulai makan, ketika dilihatnya Bram hanya duduk diam di sofa. Dia menarik tangannya untuk bergabung dengan Andin di meja makan.
"Kau juga harus makan yang banyak,, kulihat badanmu juga kurus kering".
"Sembarangan saja kau bicara,, cepat makan!".
Andin mengambil kan makanan untuk Bram.
Melihat tangan nya kesulitan, Andin kemudian menyuapi nya. Setelah selesai dia lalu makan sendiri.
"Lain kali jangan makan mie instan lagi".
"Kau lihat badanmu kurus kering seperti itu".
"Hei......dari mana kau tahu aku makan mie instan tiap hari??".
"Dasar konyol !!!".
Andin meninggalkan apartemen Bram diantar oleh pengawalnya. Setibanya di tempat kost, Toni sudah menunggu di depan rumah.
"Kau darimana sepagi ini, dan bukankah dia anak buah kak Jon".
"Aku bekerja sambilan, jadi perawat orang kaya".
"Kau sendiri, mau apa kemari???".
"Aku membelikan sarapan untukmu".
"Untuk mu saja, aku sudah makan tadi??".
"Kau benar-benar tidak menghargai ku, setidaknya persilahkan aku masuk".
"Aku ngantuk,,, mau lanjut tidur sebelum berangkat kerja".
"Dah Toni.....sampai jumpa lagi nanti".
"Andin,,, kau benar-benar.....!!".
Toni sangat jengkel melihat Andin menutup pintu rumahnya. Sarapan yang dibelinya pun masih utuh. Dia malah penasaran, karena Andin pulang diantar pengawal kak Jon. Toni
berpikir, apa mungkin Andin punya hubungan dengan boss besar itu.
Tangan Toni terkepal, kekesalan nya makin menjadi. Andin wanita yang dicintainya. Jadi tak mungkin Anton melepaskan nya begitu saja.
Andin melihat dari balik jendela. Memastikan kalau Toni sudah pergi dari rumahnya. Kemudian dia membersihkan rumahnya yang berantakan.Selesai itu, dia mandi dan bersiap berangkat kerja.
Baru separuh perjalanan dari rumahnya, Andin melihat perkelahian antar kelompok di jalanan lagi.Dia bingung mesti bagaimana. Mau terus, takut terkena sasaran, tapi kalau berbalik, kasihan pada paman Burhan.
"Ayo ikut aku".
Nisa terkejut karena tiba-tiba tangan nya ditarik menuju ke arah restoran paman Burhan. Nisa menoleh, dan dilihatnya Bram membawanya mendekati kerumunan orang.
Dia melindungi Andin dan langsung membawa masuk menuju restoran.
"Lain kali jangan ceroboh,,,kau bisa saja terluka".
"Tangan mu kan belum sembuh, kenapa kau pergi keluar?".
"Bukan urusan mu".
Bram segera berlalu meninggalkan restoran paman Burhan. Andin masih memperhatikan
Bram yang bergabung dengan kelompok kakaknya di jalanan.
"Kau lihat saja nanti, aku nggak bakal mau merawat lukamu lagi".
"Kau bilang bukan urusanku ,,,,baiklah aku paham sekarang".
Andin masih mengomel di depan pintu. Dia kesal dengan perkataan dari Bram tadi. Dia
tak sadar kalau paman Burhan sudah berdiri di sampingnya.
"Kau kesal dengan siapa???".
"Orang gila paman".
"Aku ke dalam dulu, daripada disini ikut gila".
Paman Burhan Lalu berdiri di dekat pintu. Pemandangan seperti ini sudah setiap hari dia saksikan. Masing-masing kelompok saling baku hantam setiap malam. Entah berebut lahan atau daerah kekuasaan.
Kali ini Toni terkena lemparan benda tajam. Kepalanya bersimbah darah. Dia masuk ke restoran paman Burhan.
"Hei...lekas kemari,, bawa Toni ke rumah sakit".
"Jangan paman, aku baik-baik saja".
Andin keluar dan melihat keadaan Toni. Dia lantas membawanya ke sofa.
"Luka mu parah, kau harus dibawa ke rumah sakit".
"Aku akan menelpon temanmu, biar dia membawamu sekarang juga".
"Temani aku ke sana,, kumohon".
"Tidak bisa Toni,, kasihan paman Burhan, apalagi di luar sedang rusuh".
"Itu mereka sudah datang,,, jangan cerewet dan cepat ke rumah sakit sekarang".
"Kalau beruntung kau bisa langsung pulang".
"Kabari aku nanti".
Teman-teman Toni menggotongnya ke dalam mobil. Lukanya harus dibersihkan dan dijahit.
Kalau cuma dibiarkan akan berakibat fatal.
Setelah memenangkan pertarungan, kelompok kakak Jon merayakan kemenangan di restoran paman Burhan. Mereka memesan banyak minuman dan makanan. Disana juga ada gadis-gadis penghibur.
Andin melayani mereka dengan cekatan. Semua pesanan ditaruh diatas meja. Andin
melihat Bram juga ada di sana. Dia duduk di pojokan terpisah dengan yang lain.
"Kau ingin pesan sesuatu?".
"Berikan aku minuman terbaik disini".
"Baik, tunggu sebentar".
Andin mengambilkan minuman dan juga makanan, dan menaruhnya di atas meja Bram. Tak berapa lama, seorang gadis menghampiri mejanya. Dia terlihat sedang asyik mengobrol dengan Bram. Sesekali gadis itu menuangkan minuman ke gelas Bram.
"Ayo Bram, minum lagi, malam ini kita berpesta".
"Pulanglah,, kau sudah mabuk".
"Aku masih ingin menemanimu di sini".
"Atau kita kembali ke apartemen mu saja".
Bram tidak mendengarkan perkataan gadis itu, dia memanggil pengawalnya untuk mendekat.
"Antar dia pulang, dan pastikan dia masuk ke rumahnya".
"Baik kakak".
Wanita itu meronta-ronta tak mau pergi dari sisi Bram. Dia sudah sangat mabuk. Namun tak ingin pergi dari restoran.
Andin memperhatikan semuanya. Wanita itu sangat cantik dan terlihat serasi bersanding dengan Bram.
"Andin,, jangan menghayal terlalu tinggi, kau bukan siapa-siapa baginya".
"Cuma karena satu ciuman, bukan berarti dia jatuh cinta padamu".
"Ayo sadar Andin!!!".
Andin memukul-mukul kepalanya. Dia terlalu tinggi berharap, mengira kalau Bram mencintai nya. Rupanya dia salah menduga, Bram ternyata sudah punya kekasih.
"Ada apa dengan kepalamu,, kau sakit??".
"Tidak paman,, aku tidak apa-apa".
"Bereskan meja depan itu dan kau boleh pulang".
Andin membereskan meja dari gelas-gelas yang berserakan. Dia merapikan semuanya.
Setelah nya dia bersihkan bagian belakang restoran.
Bram masih duduk di mejanya. Teman-temannya sudah pergi dari tadi. Dia memperhatikan Andin membereskan pekerjaan nya. Andin sengaja tidak menegurnya karena masih kesal dengan perkataan Bram tadi.
"Aku pulang dulu paman".
"Hati-hati, ini sudah malam".
"Ya, paman!!".
Andin keluar dari restoran paman Burhan. Di jalan masih banyak anak muda yang berlalu-lalang. Sebagian masih bergerombol membentuk kelompok.
Andin berjalan dengan cepat. Tapi badan nya bersenggolan dengan pemuda mabuk. Pemuda itu marah dan memaki Andin.Saat dia hendak memukul Andin, sebuah tangan menahannya dan mendorongnya ke belakang.
"Pergi sekarang.....!!!".
"Maaf kak....".
Nisa menoleh dan melihat Bram berdiri di
di belakangnya. Raut wajahnya terlihat sangat marah. Pemuda itu lari ketakutan.
...****************...
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments