Tanpa basa-basi Bram segera menggenggam telapak tangan Andin dan menyeretnya mengikuti langkah Bram. Mereka menerobos kerumunan pemuda yang sedang mabuk tersebut.Andin semakin mengeratkan pegangannya pada jaket Bram. Mereka berjalan lurus ke arah kost an Andin.
"Lepaskan tanganku,, kita sudah sampai di rumahku".
"Baguslah....lain kali gunakan otakmu saat kau melangkah keluar".
"Memangnya kenapa,, aku bahkan sudah sering menjumpai yang seperti ini, bahkan yang lebih mabuk dari mereka".
"Dasar bodoh,, kau berharap tetap terus selamat,, jangan mimpi".
"Iya,,iya ..terimakasih sudah menolongku, sekarang kita impas".
"Hutang Budi mu padaku ku anggap sudah lunas".
"Kau mau minum dulu, atau mampir ke rumahku".
"Tidurlah.....aku pergi".
Andin menggelengkan kepala melihat tingkah laku Bram. Pria itu tidak bisa ditebak. Dia bertindak spontan sesuai kehendak hatinya.
Dia kemudian masuk ke dalam rumah. Besok pagi adalah hari pertamanya bekerja di toko buku.Sudah lama dia mengirimkan lamaran, dan baru tadi siang ada pemberitahuan kalau
dia diterima kerja. Dia harus tidur cepat, agar dia tidak terlambat.
Pagi hari, telepon berdering sangat keras. Rupanya Toni menelpon dari rumah sakit. Dia
ingin Andin menjenguknya.
"Aku harus kerja Toni,, tak ada waktu, ini hari pertamaku".
"Lagipula kau sudah sembuh kan, jangan manja".
"Kau sangat tidak adil, kau bisa merawat Bram, tapi kau tak mau pergi ke rumah sakit untukku".
"Darimana kau tahu aku merawat Bram".
"Ayolah Andin,,, tak ada yang bisa disembunyikan dari Toni".
"Sudah Toni, aku malas bicara dengan mu".
Andin pergi ke depan untuk mencari sarapan.
Dia membuka pintu depan, di dapati nya seorang pria mabuk tertidur di depan pintunya.
"Bram,,lenganmu berdarah lagi,, ayo cepat masuk".
Andin memapah Bram masuk ke dalam. Dia tampak kepayahan karena Bram mabuk berat.
Andin mencopot sepatu dan jaketnya. Dia kemudian membersihkan luka ditangannya dan memasang perban yang baru.
Andin juga membersihkan wajahnya serta mengganti kaosnya yang masih berbau alkohol, dengan kaos miliknya.
"Kenapa kau bisa seperti ini??".
Dengan telaten Andin membersihkan wajahnya, namun tiba-tiba tangannya terulur merengkuh pundak Andin.Bram menarik tengkuknya ke bawah dan ******* bibir Andin dengan kasar.
Gerakan yang tiba-tiba tersebut, Andin tak kuasa menolaknya. Bram semakin memperdalam ciumannya, lidah keduanya sudah bertaut dan terlihat basah. Napas Andin bahkan sudah tersengal-sengal menahan gairah yang tiba-tiba terbakar di dalam tubuhnya.
"Hentikan Bram,, jangan lakukan...!!!".
Andin mencoba menghindar ketika Bram terus menciumi lehernya. Andin tak kuasa menolak. Pengaruh alkohol membuatnya hilang kendali. Sedetik kemudian Andin bisa menguasai dirinya kembali. Dia menampar wajah Bram agar dia sadar.
"Hentikan,,, aku bukan wanita seperti di luaran sana".
"Buka matamu....!!!".
Bram mengucek matanya. Akibat banyak bergerak, lengan nya berdarah lagi. Andin memberinya kopi hangat supaya Bram sadar.
Andin ke kamar mandi. Dia menyiram tubuhnya. Bekas ciuman Bram di lehernya berusaha dia hilangkan. Namun bekasnya masih menempel di sana.
Andin berpakaian dan bersiap-siap untuk berangkat kerja. Bram masih terlihat lemas dan tiduran di sofa. Nampaknya dia belum sadar sepenuhnya.
"Aku akan berangkat kerja,, kalau kau ingin makan, aku sudah pesankan untukmu"
Bram tak menjawab sepatah kata pun, dia masih saja tertidur di sofa.
"Terserah lah,,, kau boleh lakukan apa pun yang kau mau".
"Aku berangkat dulu".
Bram tetap tidak bereaksi. Andin melangkah
meninggalkan rumahnya. Ini hari pertamanya bekerja, dia tak mau menunjukkan kesan buruk di depan pemilik toko.
"Selamat pagi, aku Andin pegawai baru disini".
"Andin, kenalkan aku Bayu dan ini Mia, kita
dapat giliran shift pagi".
"Mohon bimbingannya dalam bekerja nanti".
"Ok,, kita saling mengingatkan".
Bayu dan Mia sangat telaten mengajari Andin.
Mereka pegawai senior, tetapi tetap ramah. Pemilik toko hanya sebentar datang mengontrol pegawainya, setelah itu pergi lagi.
Keramahan mereka di tempat kerja membuat Andin betah. Dia sampai tak sadar kalau jam kerjanya sudah selesai.
"Andin,, kau ke arah mana,, kita bisa pulang bersama??".
"Boleh,, ayo......keburu ketinggalan bus".
Rupanya sahabatnya Mia juga naik angkutan
umum. Hanya Bayu yang menggunakan sepeda motor. Lokasi turun Mia dan Andin juga berbeda. Rumah Andin lebih jauh sedikit dari rumah Mia.
Andin turun dari halte bus dan berjalan kaki ke rumahnya. Jaraknya sudah tidak jauh lagi, jadi Andin sudah terbiasa. Dia masuk ke dalam rumah yang tidak terkunci. Bram sudah tidak ada di sofa, dia seperti tengah mandi di belakang.
Andin melepas sepatu dan menaruh tasnya.
Dia menuju dapur untuk mengambil minum.
Dilihatnya makanan sudah terhidang di meja.
Bram keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk saja.
"Kau sudah pulang".
"Iya,,, aku hanya sebentar dan langsung ke restoran paman Burhan".
"Makanlah,,,aku sudah memasak untukmu".
"Malam ini kau libur, aku sudah ijin ke paman Burhan".
Bram masuk ke kamar Andin untuk berganti baju. Rupanya dia sudah membawa baju
ganti di dalam koper nya.
Bram keluar dari kamar Andin hanya mengenakan kaos dan celana pendek. Dia kelihatan sangar tampan. Andin bahkan tak berkedip menatap Bram.
"Aku mandi dulu".
"Nggak enak rasanya kalau langsung makan".
Tanpa menjawab, Bram langsung duduk di sofa. Dia menyalakan televisi sambil menunggu Andin mandi.
Bram melihat ke arah ponsel Andin yang berdering tak berhenti. Bram mengangkatnya
tanpa bersuara.
"Andin,,cepat kemari....aku sudah menunggumu dari tadi".
"Pokoknya kalau kau tak datang, aku akan nekat keluar dari rumah sakit".
"Hei...kau mendengarkan kan??".
"Katakan sesuatu.....Andin!!!!!".
Bram mematikan ponselnya. Toni itu sudah sering ditemuinya. Rupanya dia jatuh cinta pada Andin. Dia pikir bisa seenaknya mengancam gadis.
"Telepon dari siapa,,aku seperti mendengar ponsel ku berdering??".
"Salah sambung".
"Ok,,kalau begitu, ayo kita makan".
Bram memperhatikan raut wajah Andin. Dia masih kesal dengan telepon dari Toni tadi.Entah kenapa rasanya seperti tak rela kalau Andin sampai perhatian pada Toni.
Keduanya berjalan menuju ruang makan.
Andin yang terbiasa makan mie instan, terlihat sangat lahap menghabiskan makan malamnya. Setelah selesai mereka duduk di sofa.
"Sini,,, lukamu harus dibersihkan dan diganti perban lagi".
"Kemarin sudah kering, tapi sekarang terbuka
lagi".
"Apa yang kau lakukan semalam??".
"Kau sampai mabuk berat seperti itu".
"Kami habis berpesta, tapi ada kelompok yang mengacau".
"Tanganku hanya memukul 2 orang saja".
"Harusnya kau tak usah ikut, diam saja di pojok kan".
"Dan mereka menganggap ku pengecut??".
"Aku tidak selemah itu".
"Selesai....jangan bergerak lagi,, atau kau ingin
kehilangan tangan mu".
Bram tidak bersuara. Dia hanya menarik Andin yang terlihat mondar-mandir di depan nya. Andin terduduk di sofa.Tangan Bram terulur memegang dagunya. Wajahnya didekatkan dan sekali lagi mencium mulut
Andin.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments