Setelah rombongan geng kak Jon pergi, Toni dan teman nya keluar dari tempat persembunyian nya. Mereka melanjutkan minum sambil sesekali menggoda Andin.
Paman Burhan memperingatkan Toni agar menjauhi Andin. Dia tak ingin gadis yang sudah dianggapnya sebagai putrinya itu menerima perlakuan yang tidak pantas.
"Kau tenang saja paman, kalau Andin bersedia, sekarang juga aku mau menikahinya".
"Bagaimana Andin,, kau setuju??".
"Kau sudah mabuk Toni, sebaiknya kau pulang".
"Jangan sampai rombongan kak Jon menemukan mu dalam keadaan seperti ini".
Andin menyuruh teman Toni untuk membawa
temannya tersebut pulang ke apartemen nya.
Selama ini memang semua orang sudah tahu kalau, Toni menaruh hati pada Andin. Tapi
Andin tak pernah sekalipun menanggapinya.
Sampai larut malam, Andin baru menutup restoran nya. Dia bersiap-siap untuk pulang ke kost nya..Paman Burhan mengantarnya sampai depan gang. Untungnya Andin
mendapat tempat kost yang dekat dengan
restoran paman Burhan, jadi tak perlu susah pulang bila kemalaman bekerja.
Andin masuk ke rumah kost nya. Tanpa disadarinya, dari tadi ada sepasang mata yang mengawasi tingkah laku Andin tersebut.
Setelah memastikan itu tempat tinggal Andin, lelaki itu meninggalkan tempat persembunyian nya.
Pagi-pagi sekali Andin sudah terbangun. Suara ribut ketukan di pintu membuatnya jadi terganggu. Dengan malas dia bangun dan berjalan ke depan untuk membuka pintu.
"Hei,,,bertamu juga ada waktunya,,, kau tak tahu aku lembur semalam".
Belum selesai Andin protes, pria itu sudah lebih dulu membekap mulutnya dan mengangkatnya ke dalam mobil. Mereka membawa Andin pergi, menjauh dar rumahnya.
"Hei......siapa kalian, kenapa membawaku seperti ini??".
"Kau diam saja, jangan banyak bicara, atau kami tak segan-segan padamu".
"Tapi katakan aku salah apa??".
"Biar boss kami nanti yang mengatakannya padamu".
Andin terdiam. Mau tak mau dia harus menuruti kata-kata mereka. Sampai di basemen, Andin dibawa ke atas menuju apartemen. Mereka berhenti di depan pintu apartemen mewah, lalu melapor pada pemiliknya.
"Kami sudah membawa gadis ini boss".
"Suruh dia masuk, dan kalian boleh pergi".
Kedua laki--laki yang membawa Andin tersebut lantas membuka pintu apartemen.
Andin disuruh masuk ke dalam dan pintu ditutup kembali. Rupanya kedua orang itu adalah pengawal dari pemilik apartemen mewah ini.
Andin masuk ke dalam ruang tamu yang masih gelap. Seketika lampu ruangan dinyalakan dan pria itu muncul di hadapan Andin.
"Bukan nya kau yang.........".
"Ini peralatan mu, bersihkan lukaku dan ganti perban nya sekarang !!!".
Andin menangkap kotak obat yang dilemparkan ke arahnya. Pria itu duduk dan
meletakkan lengan nya di atas bantal.
Andin mendekatinya dan duduk di depan nya.
Dia membuka kotak obat dan mengambil alkohol. Perban yang menutupi lengan dibukanya perlahan.
"Tunggu......ambilkan bir di dalam kulkas untuk ku".
"Cepat...!!!!".
Andin kaget dan buru-buru mengambil bir untuk diminumnya.
"Seharusnya kau ke rumah sakit, mereka lebih profesional untuk urusan seperti ini".
"Jangan banyak bicara, aku tak mau orang lain menyentuhku".
"Cepat lakukan....!!".
Dengan hati-hati Andin membersihkan luka di lengan Bram. Sesekali dia meniup luka tersebut, berharap Bram tidak kesakitan. Bram memandangi ekspresi wajah dari Andin.
Dia menelusuri wajah cantik Andin yang ekspresinya berubah-ubah. Raut wajahnya yang cantik dan mempesona serta matanya yang tajam namun memikat. Bram bahkan tak berkedip sama sekali ketika menatap Andin.
"Selesai........".
"Lukamu sudah hampir kering,,sebentar lagi pasti sembuh".
Bram tak mendengarkan perkataan Andin. Dia justru memegang pipinya dengan tangan yang lain. Wajahnya semakin mendekat ke arah wajah Andin. Bram mengusap lembut bibirnya, dan kemudian menciumnya.Bram ******* bibir Andin dan membasahinya.
Andin terkejut mendapat ciuman yang tiba-tiba. Namun entah terbawa suasana, atau karena lembutnya ciuman dari Bram, Andin terlihat menikmati gerakan spontan dari Bram
tersebut.
Bram melepaskan ciumannya dan mengusap bibir Andin yang masih basah. Mereka berdua sama-sama kehabisan nafas menikmati ciuman spontan tadi.
"Maaf, mungkin karena pengaruh bir ini, aku jadi bersikap kurang ajar padamu".
"Itu......aku akan bereskan kotak ini dulu".
Muka Andin tampak merah merona. Dia merasa malu dengan kejadian barusan.
Buru-buru dia pergi ke belakang untuk mengatur degup jantungnya yang masih berdebar-debar.
"Aku harus pergi,,masih ada sedikit waktu untuk meneruskan tidurku sebelum ke restoran paman Burhan".
"Ambil uang itu dan libur lah hari ini".
"Jangan,,,aku bukan perawat, tak pantas rasanya kalau aku mengambil upah.
"Ambil.....atau kau mau melawan perintahku??".
Buru-buru Andin mengambil uang yang ada di atas meja. Kemudian dia segera melangkah ke arah pintu.Andin keluar dari apartemen, dan pengawal Bram sudah menunggu di depan untuk mengantarnya pulang.
Sampai di rumah, Andin kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur. Bayangan tentang ciuman tadi terus saja ada di pikiran nya.
"Jangan bermimpi Andin,, kau ini siapa??".
"Itu hanya karena pengaruh alkohol".
"Tapi itu tadi ciuman pertamaku"
"Kenapa justru bukan dengan dia???".
Andin masih saja berperang dengan kata hatinya. Siapa sangka ciuman pertamanya diambil begitu saja.
Di atas kasur, perut Andin berbunyi keras. Rupanya dia belum sarapan dan ini hampir makan siang. Di rumahnya hanya ada mie instan. Kali ini terpaksa Andin memasak seadanya. Lagipula sebentar lagi giliran nya
masuk kerja.
Dia bergegas mandi dan berpakaian setelah selesai makan. Uang pemberian dari Bram disimpannya di dalam laci. Dengan berjalan kaki, dia berangkat menuju restoran paman Burhan.
Sampai di sana, Toni sudah menunggunya.
Melihat Andin, dia langsung menghampirinya.
"Ini dia kesayangan ku,, kali ini kau sedikit terlambat".
"Minggir Toni, aku harus bekerja".
"Temani aku minum dulu, sayang!!!"
"Toni, lepaskan aku, atau paman Burhan yang akan memukulmu".
Bukannya melepaskan Andin, Toni malah merangkul pundaknya dan mengajaknya duduk di meja. Dia memaksa Andin untuk melayani minuman nya.
"Toni,, jangan mengganggu Andin terus, lepaskan dia".
"Baik paman,,tak masalah".
Kali ini paman Burhan menyelamatkan nya lagi. Andin memukul kepala Toni dengan tas yang dibawanya. Toni bukanya marah, tapi malah tertawa sangat keras.
"Aku suka kalau melihatmu marah seperti itu".
"Kau semakin tambah cantik".
"Kurasa aku sudah tergila-gila padamu".
Andin terus saja berjalan cepat meninggalkan meja Toni. Dia lalu segera membersihkan restoran dan menyiapkan pesanan pelanggan.
Tanpa ada yang tahu, rupanya gerak-gerik Andin dan Toni sudah diawasi oleh seseorang. Dia menelpon Bram untuk melaporkan semua kejadian di restoran.
Tangan Bram terkepal menahan amarah. Dia geram dengan kelakuan Toni. Sayang, tangan nya masih terluka, jadi dia hanya menyuruhnya tetap mengawasi Toni.
Tak berapa lama, restoran Andin kedatangan anggota geng baru. Mereka berpesta merayakan ulang tahun boss nya. Minuman dan makanan dipesan semua, sampai Andin kewalahan melayani nya.
Sampai larut malam, Andin baru bisa pulang ke kost nya. Dia kelihatan capek sekali. Sampai di rumah, dia langsung tertidur.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments