..."Jangan pernah buat gaya hidupmu mengalahkan kebutuhan hidupmu."...
...By: Rosemarry...
...******...
BRUK!!
"Aduh sakit!" seru Marisa saat pantatnya mendarat sempurna, dan mencium lantai dengan mesra.
"Kalau jalan itu pakai mata, bukan dengkul!" ucap seorang pria yang kini tengah berdiri tegak di hadapan Marisa dengan wajah kesalnya.
Marisa pun berdiri dan memaki balik pria itu, "Gak usah marah-marah juga kali! Lo kan gak jatuh, gue aja yang ngejengkang gak ngegas kok! Dan satu lagi yang harus lo tau, dimana-mana orang jalan itu pakai kaki, bukan mata!" Marisa membalas ucapan pria itu dengan tak kalah galaknya.
"Kamu yang nabrak kok kamu yang nyolot sih? Dasar bebek kuning!" sarkasnya sambil melenggang pergi.
"Ngomong apa lo barusan, hah!? Bebek kuning? Dasar Muktar! Gue sumpahin lo di nikahin nenek lampir!" Marisa memaki sambil menuding punggung si pria.
"Dasar cewek aneh!" batin pria itu mendengar Marisa yang menyumpahinya.
Marisa menggurutu dalam hatinya, "Muka doang ganteng, tapi minus akhlak!"
Marisa semakin kesal karena si pria itu tidak menggubrisnya, dan masih dengan gerutuannya dia pun bergegas masuk ke dalam lift untuk turun ke lantai bawah.
Setelah sampai di parkiran, dia pun segera menaiki motornya dan melajukan motornya sambil terus mengomel.
Namun sialnya rasa kesal itu justru membuatnya tidak fokus menyetir, hingga akhirnya...
BRAK!!!
Marisa pun jatuh dari motornya, namun untungnya si pengendara moge itu masih sempat mengerem tepat waktu.
Dia bergegas turun menghampiri Marisa yang sudah terjatuh untuk menanyakan keadaannya.
"Lo gak apa-apa kan?" Remaja itu bertanya dengan cemas, takut terjadi apa-apa pada Marisa.
Marisa pun tersenyum kecut, "Lecet doang kok."
Marisa pun melihat luka di lengan dan kakinya sambil meringis kesakitan.
Nampak memang ada beberapa luka di bagian lengan, kaki, dan dahinya.
"Ya udah kuy, gue anterin ke rumah sakit!" tawarnya pada Marisa, sambil membantu Marisa berdiri dan memapahnya menuju motornya.
"Eh tunggu! Terus motor gue gimana? Itu motor kesayangan gue, cicilannya juga belum lunas." Tanyanya.
"Ya ampun! ni cewek udah jatuh gini juga masih aja mikirin cicilan motor? Terus penampilannya itu..." Batinnya yang tidak habis pikir, bagaimana bisa ada wanita se absurd Marisa ini.
"Lo tenang aja, nanti gue suruh orang buat ambil motor lo."
Pria itupun lantas membantu Marisa naik, dan melajukan motornya untuk bergegas mengantar Marisa ke rumah sakit.
"Pegangan! Kepala lo berdarah, lo pasti juga pusing kan? Daripada lo jatuh!" Pria itu memegang tangan Marisa dan melingkarkannya di pinggangnya.
"Ya ampun ni berondong, paket komplit banget sih! Udah ganteng, manis, baik pula." batinnya, "Ish! mikir apa sih gue? Inget umur Marisa, umur! Ya kali mau lo embat juga ni Bronis?!" Marisa pun bergelut dengan pikirannya sendiri.
Setelah beberapa menit perjalanan, mereka pun sampai di rumah sakit terdekat.
Setelah Marisa di bawa masuk ke ruang pemeriksaan, pria itu pun tampak mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang.
Drtt... Drtt... Drtt...
"Halo Kak." Sapanya saat telfon itu terhubung.
"Hmm?" jawab seseorang di seberang sana dengan amat sangat singkat, padat dan tidak jelas. Karena memang hanya sebuah gumaman semata.
"Bisa dateng ke Rumah sakit permata nggak? Aku nabrak orang. Sama kirim orang ke jalan Xx, buat ambil dan anterin motor dia ke bengkel." Ujar.
"Astaga Kevin! Aku kesana sekarang!"
Tut! Tut! Tut!
Tanpa menunggu jawaban Kevin, dia langsung memutuskan sambungan telepon itu begitu saja.
Dia pun mengerucutkan bibirnya sambil bergumam, "Cih! Punya kakak galak banget gak ramah! Gue kasih bintang 1 juga nih! Main matiin aja teleponnya, bukanya nanyain adiknya baik-baik aja atau enggak!"
Setelah mendengar kabar dari sang adik yang baru saja menabrak seseorang, dia pun bergegas keluar dari apartemennya.
Di depan halaman gedung apartemen itu sudah bersiap sebuah mobil mewah berwarna hitam, lengkap dengan supir dan asisten pribadinya.
Melihat kedatangan tuannya, supir itu pun dengan sigap membukakan pintu dan mempersilahkan tuannya untuk masuk.
"Ke rumah sakit Permata!" titahnya pada sang sopir.
Asisten sekaligus sahabat baiknya itu pun bertanya, "Rumah sakit? Terus gimana meeting kita sama DS corp hari ini? Apa mau di reschedule?"
"Reschedule aja!" jawabnya singkat.
Kemudian mobil itu pun perlahan melaju dan meninggalkan kawasan apartemen itu, menuju ke rumah sakit.
Kemudian dia pun mengambil ponselnya dan menelfon seseorang.
Drtt... Drtt... Drtt...
"Ya tuan?" tanya seseorang dari seberang sana.
"Joe, pergi ke jalan XX sekarang. Ambil dan antar motor bekas kecelakaan yang ada di sana, ke bengkel!" dia pun langsung mematikan telepon itu, bahkan sebelum Joe sempat menjawabnya.
"Itu anak kerjaanya nyusahin mulu, nggak bisa apa sehari aja nggak berulah?" gumamnya.
"Apa lagi yang itu bocah lakuim? Gangguin bini orang, makanya di tonjokin sampe masuk rumah sakit?" tanya sang asisten dengan bumbu candaannya yang garing binti crispy itu.
"Ngebuntingin bini orang!" jawabnya singkat.
"Hah! Kok bisa, gimana ceritanya?" pertanyaan bodoh itu pun lolos dari bibir Arka dengan mulus layaknya jalan tol, alias tanpa hambatan.
Kenzo pun hanya memutarkan matanya jengah, dan masih setia dengan wajah datarnya sambil menghela nafas.
Beberapa saat kemudian, Marisa pun selesai mendapatkan pemeriksaan dan dokter pun mengatakan tidak ada yang perlu di khawatirkan.
Marisa hanya mengalami beberapa luka ringan saja.
"Hey, gimana keadaan lo?"
"Cuma luka lecet aja, btw makasih udah bawa gue ke rumah sakit. Padahal tadi gue yang nggak fokus nyetir dan hampir nabrak lo."
"Nggak apa-apa santai aja, yang penting lo nggak kenapa-napa." Ucapnya sambil tersenyum.
"Jangan senyum!" sahut Marisa tiba-tiba.
Dengan raut wajah bingung dia pun bertanya, "Emangnya kenapa? Masa iya gue harus cemberut terus kalau gue nggak boleh senyum."
"Lo bisa bikin gue khilaf, Bronis!" Marisa pun mengucapkannya dengan spontan, namun setelah sadar dengan apa yang baru saja di ucapkannya Marisa pun buru-buru menutup mulutnya.
"Hah, khilaf? Bronis? Maksud lo apaan sih, sumpah nggak ngerti gue."
"Bronis itu Berondong manis, lo itu kelihatan manis banget mana imut lagi kalo senyum gitu!" Marisa pun kembali menutup mulutnya yang tidak berfilter itu.
Saat ini mulutnya seolah tidak sinkron dengan otaknya yang menyuruhnya untuk diam.
Marisa pun merutuki dirinya sendiri dalam hati, "Astaga Marisa... lo kok bodoh banget sih, malu-maluin! Aaarrrggh! Bisa nggak sih gue gali lubang dan ngubur diri gue sendiri?"
"Haha lo tuh lucu banget sih." Dia pun tertawa lepas, "Oh iya, btw nama lo siapa? Terus tadi kenapa lo bilang lo lagi nggak fokus nyetir?" tanyanya pada Marisa.
Marisa pun mengerucutkan bibirnya, "Nama gue Marisa, ini semua tuh gara-gara Si Muktar sialan itu!" gerutu Marisa.
"Muktar?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Nurbai Luhulima
Muktar😄
2023-10-11
0
Nindira
Kenapa harus bebek kuning? kenapa gak bebek hijau atau bebek ungu?😂
2022-10-18
1
Mamah Muda
lanjut🥳
2022-10-18
2