Dini masih tak belum menyadari kebusukkan sang suami. Ia pun tetap melayani pria dengan sepenuh hati.
"Sayang, tempat usaha kita butuh orang lagi nggak?" tanya Robin sembari mengunyah makanan yang disediakan sang istri.
"Emmm, kayaknya cukup deh, Bang. Kenapa emang?" tanya Dini.
"Ini... kawan abang punya adik kan, dia dari kampung. Lagi nyari kerja. Katanya siap mau kerja apa aja. Asalkan halal. Ya udah abang rekomendasi kan aja kerja ikut kamu. Barang kali kalian cocok," jawab Robin berbohong.
Dini terlihat diam. Seperti berpikir. Lalu tak lama kemudian ia pun menjawab, "Ya udah Bang, kalo begitu ceritanya suruh datang aja. Nanti gampang deh mau ditempatin di mana!"
"Uhhh, makasih manyak, Istriku Sayang. Duh manisnya mau bantu kawan Abang. Abang kabarin sekarang ya, siapa tau adeknya ini udah sampai dari kampung," balas Robin dengan senyum bahagianya.
Bagaimana tidak bahagia? Persetujuan Dini menerima gadis itu adalah impiannya. Yang artinya dia akan lebih dekat dengan kekasihnya itu. (Duh Dini, kenapa kamu ini lugu sekali)
"Bolehlah, Bang. Kabarin aja. Kasihan juga kalo ada yang mau kerja tapi susah cari kerja. Siapa tau dia mau belajar memasak. Lalu bisa buka usaha catering nanti. Kan alhamdulillah.. ilmu kita nular. Kita bisa dapet amal jariyah," jawab Dini, dewasa.
Robin tersenyum. Lalu beranjak dari tempat duduknya dan segera memeluk Dini. Memeluknya dengan hangat tentunya. "Sayang, apa kamu tau?" tanya Robin.
"Tau apa?"
"Abang merasa sangat beruntung bisa ketemu kamu. Kamu itu udah cantik, wangi, pinter, shoelah lagi. Pokoknya pria yang dapetin kamu, itu adalah pria yang paliiiingggg beruntung. Seperti abang," ucap Robin dengan senyum kepura-puraannya.
"Masya Allah, Alhamdulillah kalo abang berasa begitu. Semoga Dini bisa terus menjadi istri yang baik. Tawadhu untuk abang. Biar kita bisa sama-sama sampai melangkah ke Jannah Allah ya, Bang," jawab Dini.
"Aamiin... itu yang abang harapkan juga, Sayang," jawab Robin sembari memeluk erat istrinya ini.
***
Siang telah berlalu hingga petang pun datang. Seorang gadis berpenampilan sederhana, akhirnya datang ke hadapan Dini.
Dini tidak tahu, jika ternyata wanita yang melamar kerja padanya adalah kekasih suaminya.
Sella begitu lembut ketika bertutur sapa sehingga membuat Dini percaya, bahwa Sella adalah gadis yang baik.
"Ini loh, Yang, gadis yang abang ceritakan tadi pagi. Namanya Sella, dia adik kawan abang. Asalnya dari Tegal," ucap Robin ketika Sella datang dan memperkenalkannya pada Dini.
"Oh ini, dia cantik sekali," puji Dini. Lalu segera mengulurkan tangan, mengajak gadis itu berkenalan.
"Makasih banyak, Bu. Sudah mau
menerima saya bekerja di sini," ucap Sella selepas berkenalan dengan Dini dan menjabat tangan wanita yang hendak jadi bosnya itu.
"Iya, sama-sama mbak Sella. Saya panggilnya Mbak Sella nggak pa-pa kan ya. Atau mau saya panggil yang lain?" tanya Dini.
"Ndak, Bu. Seperti itu saja sudah baik," jawab Sella, lagi. Sok lugu.
Dini tersenyum lalu ia pun menjelaskan pekerjaan apa dan bagaimana nanti ketika merek mendapatkan pesanan. Intinya, Dini menjelaskan tugas-tugas Sella ketika nanti bergabung dengan krunya.
"Gimana Sella? Kamu sudah paham?" tanya Dini.
"Sudah, Bu. Insya Allah. Nanti kalo misalnya saya belum ngerti, boleh kan saya bertanya dengan senior di sini?" jawab Sella, lagi-lagi dengan suara halus dan lembut. Supaya Dini yakin, bahwa dia adalah gadis baik.
"Tentu saja boleh. Oiya sekarang kamu tinggal di mana? Udah dapat tempat tinggal belum?" jawab Dini, sekaligus bertanya.
"Sudah, Bu. Kakak saya sudah carikan tempat tinggal yang dekat dari sini katanya. Biar kerjanya ndak usah ngangkot. Jalan kaki saja bisa. Tapi tepatnya di mana Sella belum tau. Nanti di kasih tau pulang dari sini" jawab wanita ini berbohong.
"Ohhh... gitu. Terus tadi ke sini sama siapa?" tanya Dini.
"Sama kakak saya, Bu, itu beliau nunggu di depan," jawab Sella lagi-lagi berbohong. Karena pria yang ia akui sebagai kakaknya itu ternyata adalah tukang ojek langganan dia saat ia mendapatkan tamu.
"Oh, ya udah. Besok kamu boleh mulai kerja. Sekarang pulanglah, hari sudah mau gelap. Nggak baik buat gadis secantik kamu. Hati-hati di jalan ya Sel," ucap Dini, sedikit bercanda. Sedangkan Sella menjawab candaan itu dengan senyuman. Senyum mengandung umpatan. Karena pada kenyataannya ia kesal melihat Dini yang terus menempel pada kekasihnya seperti lintah.
"Baik, Bu. Terima kasih, saya pamit. Assalamualaikum... " ucap Sella.
"Waalaikumsalam... " Dini tersenyum lalu melambaikan tangan. Sedangkan Robin terus menatap kekasihnya itu dengan tatapan senang. Tak lupa ia juga memberikan kode pada Sella. Bahwa nanti ia menyusul setelah mengantarkan istrinya pulang.
***
Benar saja, setelah mengantarakan sang istri pulang, Robin langsung berpamitan pergi.
"Emangnya abang nggak capek mau ngojek malam?" tanya Dini, memelas. Karena Senna ia ingin ditemani.
"Nggak lah, Sayang. Kan sekarang kita punya tanggungan. Jadi abang harus rajin bekerja. Supaya kita cepat melunasi hutang kita. Lihat nominal hutang kita. Banyak, Yang!" jawab Robin sembari menyodorkan buku rekening miliknya.
"Iya, Bang. Dini tau, Hati-hati ya kerjanya. Nggak usah ngebut. Terus jangan pulang larut. Dini nggak mau abang sakit."
"Iya, Sayang. Abang janji deh nggak pulang malam-malam. Pokoknya kalo abang merasa udah cukup, Abang pasti pulang."
"Janji ya!"
"Iya, Honey.. uuuhhh... gemesnya kalo merajuk. Pengen rasanya abang makan sekarang juga!" ucap Robin seraya mencubit hidung mancung sang istri. Sedangkan Dini, wanita ini hanya tersenyum bahagia. Lalu memeluk suaminya manja.
***
Di sisi lain, Sella sudah menunggu Robin di ujung gang. Wanita yang berprofesi sebagai pekerjaan **** komersial ini terlihat begitu setia menunggu kedatangan pria yang saat ini menjadi targetnya.
Lima belas menit menunggu, akhirnya Robin pun datang dengan motor sport kesayangannya.
Tanpa bercengkrama terlebih dahulu, Sella pun langsung naik ke atas motor tersebut karena mereka takut Dini atau anak buahnya akan memergoki mereka.
"Kita ke mana ini, Sayang?" tanya Robin sembari meraih tangan kekasihnya dan mencium lembut jari jemari itu.
"Langsung ke lokasi saja, Honey. Di sana temen-temen udah pada nunggu. Udah siap kan dananya?" tanya Sella.
"Sudah dong! Robin gitu loh. Wanita bodoh itu langsung mentransfernya ke rekening mas. Jadi malam ini kita kaya, Sayang!" jawab Robin senang.
"Emmm, syukur deh.. Yuk gas, Aku udah nggak sabar penhen lihat kehebatan mu, Sayang. Uuhhh.. aku yakin, tangan dewamu dan otak cerdasmu ini pasti akan membawa keberuntungan buat kita."
"Semua karenamu, Sayang. Kalo bukan karena idemu, aku juga nggak mungkin bisa semudah ini dapetin uang wanita bodoh itu!"
Sella tersenyum. Begitupun Robin. Mereka sama-sama bangga dengan apa yang mereka dapatkan saat ini. Dan mereka berdua berharap, judi yang akan mereka lakukan malam ini akan menang dan membawa keberuntungan untuk mereka.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
mudahan kalah dengan judi nya..
2023-06-28
0
Neni Anggraini
baru mampir dah kesel bacanya dini bidih banget sih... masa uangny d curi diam az malah cincin yg d cari...
2022-09-18
1
Desi Hes
knp ngk di di gilas mobil aja manusia model gini
2022-07-31
0