Bucin Membawa Sengsara

Bucin.... mungkin seperti itulah rasa yang ada di dalam diri Dini untuk Robin. Sehingga ia terlalu percaya pada pria yang menikahinya itu.

Tanpa berpikir panjang, Dini pun menyerahkan sertifikat rumahnya kepada Robin untuk digadaikan pada Bank.

"Ini, Bang, sertifikatnya. Kata temen Dini, bisa kok. Abang mau ambil berapa, maksimal 50 juta untuk modal usaha," ucap Dini sembari menyerahkan sertifikat itu.

Robin menerima sertifikat itu dengan senyum senang. "Makasih, Yang. Kamu udah percaya sama abang. Oiya, kapan kita bisa ketemu sama temen kamu itu. Soalnya kawan abang udah telpon terus, jadi nggak kita inves di kebun mereka."

"Siang ini bisa, Bang. Nanti dia survei tempat usaha Dini. Mungkin dia atau tiga hari dananya udah bisa cair. Gitu katanya," jawab Dini sesuai dengan apa yang di sampaikan oleh Lita. Sahabat terbaik Dini.

"Makasih banyak ya, Yang. Abang janji akan jaga baik-baik amanahmu ini. Semoga usaha kita dilancarkan. Rezeki kita dipermudah. Biar kita bisa cepet bayar utang kita di bank," ucap Robin dengan nada lembutnya. Sehingga membuat Dini semakin terlena.

***

Hari beranjak siang, Dini sengaja tidak berangkat ke kedai. Karena ia sudah membuat janji dengan Lita, perihal pinjaman yang ia lakukan di bank tempat ia bekerja.

Dan sekarang, gadis itu sudah duduk di ruang tamu sahabatnya ini. Tentu saja dengan dua pegawai lainnya.

"Jadi ini sertifikatnya ya, Din?" tanya Lita.

"He em, Ta... titip ya, nanti kalo udah ada rezeki, aku pasti ambil lagi," jawab Dini dengan senyum manisnya.

"Iya, santai aja lagi. Pokoknya kalian tetap jaga angsuran nya. Semua pasti aman kok," jawab Kita sembari menerima sertifikat itu.

Lalu setelah melewati beberapa perbincangan dan mendapatkan kesempatan, Dini dan Robin pun diminta untuk menandatangani surat perjalanan dengan bank yang bersangkutan.

"Makasih banyak atas bantuannya ya, Ta. Doain aku cepet bisa nglunasin," ucap Dini.

"Tentu saja, Din. Kalian pasti bisa kok," jawab Lita.

"Em, Bu... Kira-kira kapan dananya bisa cair ya?" tanya Robin.

"Nggak lama kok, Pak! besok sudah bisa bapak dan ibu terima kok. Nanti jam berapa nya saya kabarin," jawab Lita.

Senang, bahagia, berbunga-bunga, seperti itulah perasaan Robin saat ini. Bagaimanapun tidak? Semalam ia sudah berjanji pada Sella bahwa ia akan datang di acara judi akbar itu. Awalnya Robin bingung, dari mana ia bisa mendapatkan modal untuk menuruti ajakan kekasihnya itu. Dan lihatlah sekarang, tanpa bersusah payah ia telah mendapatkan apa yang ia inginkan. Bukankah ini sangat menyenangkan.

"Abang! kenapa kok nglamun?" tanya Dini, mengejutkan.

"Eh, sorry, Yang. Abang hanya berdoa,semoga usaha kita dilancarkan. Yaa... dilancarkan. Supaya kita bisa cepat melunasinya," jawab Robin, berbohong.

"Ohhh, kirain. Ini loh, mereka mau pamit. Masak abang diajak ngomong malah diam," ucap Dini.

"Eh, maaf Pak, maaf Bu. Saya jadi tegang," jawab Robin, lagi-lagi berbohong.

"Tak apa, Pak. Nggak usah tegang gitu. Tapi kami ngerti sih perasaan Bapak. Semoga semua dipermudahkan ya, Bang. Dilancarkan seperti doa bapak," jawab Lita, dengan senyum ramahnya.

Tak ada perbincangan lagi. Lita dan kedua teman kerjanya pun berpamitan. Sedangkan Robin dan Dini, mereka saling melempar senyum senang. Seperti orang baru dapat arisan.

***

Tiga hari kemudian...

Seperti yang sudah dijanjikan oleh pihak Bank, dana pinjaman itu pun akhirnya cair juga.

Sesuai kesepakatan, maka dana tersebut langsung masuk ke dalam rekening milik Robin. Kebahagiaan pria penipu ini tak bisa dipungkiri. Robin berkali-kali memeluk dan mencium sang istri. Seakan ingin mengungkapkan bahwa dia sangat bahagia.

"Makasih ya, Yang. Makasih banyak kamu dan percaya sama Abang," ucapnya, senang.

"Iya, Bang. Namanya rumah tangga kan harus saling suport. Saling percaya. Iya kan?" Dini pun membalas senyuman itu.

"Iya, Sayang. Abang janji, abang akan lakukan apapun untuk rumah tangga kita, hemm!" jawab Robin, lagi.

Kebahagiaan akan cinta yang hadir di antara keduanya, nyatanya membawa seorang Dini tidak menyadari bahwa sikap manis itu hanyalah penipuan belaka.

Nyatanya saat ini, selepas mengantarkan dirinya ke kedai, Robin malah menemui kekasih gelapnya itu.

"Sayaang..... " sambut Sella bahagia.

"Hay, Cinta... Mas bahagia, Sayang!" ucap Robin seraya menyambut pelukan kekasih hatinya itu.

"Emmm, kamu memang hebat, Sayangku. Jadi nggak sabar mau ngenalin kamu ke temen-temen," rayu Sella, dengan nada manja tentunya.

"Tenang, Sayang. Aku pasti datang. Dan mas pastikan, Mas nggak akan bikin kamu malu. Tapi sebelum itu, Mas ingin Sayang. Ingin makan kamu," balas Robin, sembari melahap habis bibir manis kekasihnya.

"Eemmmpppp... nakal. Jangan sekarang lah, Sayang. Aku capek. Kita minum aja yuk."

"Kok gitu? Kok capek. Mas kan udah bilang, jaga diri. Jaga kesehatan. Jangan capek-capek, hemm!"

"Maafkan aku, Sayangku. Semalam banyak tamu luar negeri datang. Terpaksa aku layanin mereka sampai pagi. Lumayan lah, uangnya bisa kita simpan buat tabungan masa depan kita. Ya kan?" tipu Sella.

Mendengar ia begitu diistimewakan, Robin pun mencoba memahami pekerjaan kekasihnya. Toh, kata dang kekasih, uang yang ia dapatkan juga untuk kelangsungan hubungan mereka. Bagaimana Robin tidak bahagia, iya kan?

"Ya udah deh, untuk malam ini kita minum and ciuman saja. Tapi besok, kalo ketemu lagi, Abang mau yang itu ya," pinta Robin.

"Tentu saja, Sayang. Kenapa tidak? Apa sih, Yang, yang nggak buat kamu?"

"Bener loh, ya!"

"He em, Honey. Percayalah!"

Tak ingin menyia-nyiakan pertemuan mereka kali ini. Robin dan Sella pun pergi ke club untuk bersenang-senang.

"Nanti Mas jangan lupa bilang sama temen-temen Sella ya, kalo kita cuma temenan. Soalnya kalo mereka tahu Sella dah ada calon suami, nggak ada yang mau order Sella lagi," ucap Wanita seksi itu, mewanti-wanti.

"Iya, Sayang. Mas tau kok kerjaa kamu. Yang penting, setelah kita kaya, punya rumah, punya tempat usaha, terus kita nikah, kamu berhenti dari kerjaan kamu ini lo ya. Janji!" jawab Robin semangat.

"Tentu saja, Sayang. Kan kita berdua lagi usaha," balas Sella, sembari membusungkan dadanya, sengaja menggoda kekasihnya ini.

"Mas sayang sama kamu, Sella."

"Sella juga sayang sama Mas. Kalo nggak sayang, mana mungkin Sella mau nglayani masnya cuma-cuma. Ya kan?"

"Mas percaya itu, Honey. Itu sebabnya mas nggak sayang merjuangin kamu. kita sama-sama berjuang ya, supaya cinta kita bisa sampai ke pelaminan. Mas udah nggak sabar, pengen meminang kamu sayang."

"Sella juga, Mas. Sella juga udah lelah kerja begini. Pengen jadi pelayan kamu aja. Nglayanin kamu aja. Nggak mau sama yang lain," ucap Sella, sembari memeluk erat tubuh Robin.

Robin tersenyum bahagia mendapatkan pelukkan hangat itu. Sebab ia mengira, pelukkan itu adalah pelukkan cinta. Robin tidak paham, jika pelukkan itu hanyalah sandiwara Sella untuknya.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

nih ceritaya penipu ketipu.......

2022-09-26

1

Heny Hennay🌻

Heny Hennay🌻

robin nya bohongin istria nya trus pacarnya boongin robin...wess jan kapok kabeh....
ksian sma istrinya

2022-08-21

0

Desi Hes

Desi Hes

ada berlian di sia" kan sampah bekas malah di cintai..tapi cocok sich sama" penipu

2022-07-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!