Mulai Bertingkah

Satu bulan menjadi istri Robin, Dini sangat dmanja dan diperlakukan bak Ratu. Apapun yang Dini inginkan, selalu dipenuhi oleh pria itu.

Namun, siapa sangka sikap manisnya itu ternyata hanya untuk menutupi kelicikannya.

Malam itu, ketika Dini tertidur. Diam-diam Robin mencari dompet milik sang istri. Tentu saja, ia bermaksud mengelapkan apa yang ada di sana.

Robin tersenyum senang ketika ia membuka tas sang istri. Ternyata, di dalam tas itu, bukan hanya satu atau dua lembar tetapi ada beberapa gepok uang berwarna merah merona. Membuat Robin bersemangat.

"Ya Tuhan, ternyata istriku pandai sekali mencari cuan. Ku kira muka culun begitu, bodoh. Eh ternyata, cupu-cupu suhu. Ahhh, rezeki emang nggak ke mana." Robin tekekeh sembari mengunus beberapa lembar uang milik Dini.

Bukan hanya itu, ketika tak sengaja mata Robin melihat meja rias, ia melihat cincin Dini tergeletak di sana. Ya mungkin dia lupa, dengan cepat Robin pun mengamankan barang itu dan segera memasukkannya di kantong jaket. Lumayan, cincin itu bisa ia berikan pada sang kekasih sebagai hadiah atau ia jual untuk modal judi, iya kan?

"Maafkan aku, Honey. Tapi aku butuh ini, Sayang. Aku bosen di rumah. Makan kamu lagi, kamu lagi. Mana pasrah doang bisanya, hufff... belajar dong nglayanin suami lebih hot, biar aku nggak kek gini. Maafkan aku ya, malam ini aku mau cari yang bisa meliuk di ranjang. Duh, bahagianya, nggak sabar banget pengen cepetan ketemu si dia," ucap Robin seraya memakai jaket dan wewangian.

Kemudian selesai bersiap, Robin pun membuka pintu kamar pelan, agar Dini tidak terbangun. Kalau sampai terbangun, pasti akan ada banyak pertanyaan dan itu bisa membuatnya terpaksa mengarang cerita. Robin malas dengan itu. Maka lebih baik pelan-pelan saja.

Robin tertawa senang, setelah bisa meloloskan diri dari rumah sang istri. Tak menunggu waktu lagi, ia pun langsung menjemput kekasihnya di tempat mereka biasa membuat janji.

Kini dua insan penghianat itu telah masuk ke dalam sebuah kamar hotel yang telah Robin sewa dari uang yang ia curi dari sang istri.

"Sayang, aku kangen," ucap wanita cantik seraya memeluk dan memakan bibir seksi Robin.

"Aku juga sayang, bagaimana kabarmu heemm?" tanya Robin.

"Aku baik, Honey. Kamu yang apa kabar. Mentang-mentang udah punya nyonya, lupa sama aku," jawab wanita yang biasa dipanggil dengan nama Sella itu.

"Maafkan aku, Sayang. Aku harus dapetin kepercayaan dia dulu. Baru deh bisa kita manfaatin dia. Sebenarnya aku juga kangen sama kamu, Sayang. Emm, yuk ah... " ajak Robin seraya mengajak kekasih hatinya itu ke ranjang dan memulai percintaan panas mereka.

Sella begitu pandai memainkan peran. Pantas saja Robin tergila-gila padanya. Robin tersenyum puas saat pelepasan terakhir.

Sella ingin sekali mengulangnya, maklum ini adalah pertemuan pertama mereka setelah sekian lama. Namun, baru beberapa kali main, Robin sudah harus pulang.

"Kenapa sih, Mas? Nginep napa?" pinta Sella manja.

"Sayang, kamu tau kan alasannya. Kita nggak boleh bikin dia curiga. Dia kan pabrik uang kita. Kalo dia curiga, tamat lah riwayat kita hemm.. sabar ya, sabar sampai kita bisa menguasai seluruh hartanya. Baru kita bisa happy tanpa halangan lagi," jawab Robin, membujuk sang kekasih.

"Heemmm, selalu.. dah lah!" Sella merajuk. Namun Robin tau Sella pasti akan segera mengerti. Sebab ia sudah memberikan apa yang wanita itu inginkan. Beberapa lembar uang yang ia curi dari sang istri. Lalu tak lupa, ia juga memberikan ciuman panas untuk wanita yang telah memberinya kepuasan di atas ranjang itu.

"Oiya, besok aku mau kamu jual ini. Dah lama aku nggak main judi, getel juga tangan ini, Sayang," ucap Robin seraya menyerahkan cincin pernikahannya pada Sella.

"Ck... Menyebalkan sekali sih. Harusnya yang pakek cincin ini itu aku," jawab Sella, menggerutu sebel.

"Sabar dong sayangku. Kamu pasti bakalan pakai beginian, aku janji, kamu bakal pakai yang lebih baik dari ini. Heeemmm!" jawab Robin sembari memeberikan kecupan di kening wanita yang ia cintai ini.

"Janji ga, Mas. Aku nggak mau kamu ingkar!" rayu Sella.

"Iya, Sayangku... Percayalah!" Robin tersenyum bahagia. Lalu ia pun segera beranjak dari pembaringan dan memakai pakaiannya kembali.

Malam semakin larut, namun Robin harus tetap pulang. Ia tak mau istri buruk rupanya itu mengetahui aksi bejatnya.

Dalam perjalanan pulang, Robin melihat penjual martabak Bangka. Tak berpikir panjang, Robin langsung membelikan satu porsi martabak manis, untuk berjaga-jaga jika nanti Dini terjaga dan melihat dia baru pulang. Maka ia punya alasan untuk mengelabui wanita itu.

Benar saja, ketika memarkirkan motornya, Robin melihat bayangan seseorang mendekati pintu. Ia yakin, jika yang membukakan pintu untuknya adalah dia.

Wanita itu, wanita yang tidak diinginkan oleh hatinya. Tetapi ia butuhkan untuk kebutuhan finansialnya.

"Assalamu'alaikum, Sayang! Kok bangun!" sapa Robin dengan lemah lembut seperti biasa.

"Waalaikumsalam, Abang dari mana malam-malam begini?" tanya Dini seraya menjambut suami tercintanya.

"Abang nggak bisa tidur, Sayang. Jadi narik. Lumayan tadi dapet tiga penumpang. Ini abang bawain martabak. Kamu sukak kan?" jawab Robin sembari menyerahkan tas kresek yang ia pegang. Tak lupa ia juga mengambut pelukan Dini, mengecup kening wanita itu sekilas.

"Emmm, makasih... " ucap Dini senang. Lalu mereka pun saling bergandengan masuk ke dalam rumah.

Robin duduk di meja makan. Lalu Dini menyiapkan segelas air untuknya.

"Makasih, Sayang," ucap Robin sembari tersenyum, Pura-pura senang dengan pelayanan itu. Padahal, dalam hati dia mengumpat kesal.

"Sama-sama, Abang. Abang laper nggak?" tanya Dini.

"Nggak, Yang. Abang ngantuk, pengen langsung tidur," jawab pria penipu ini, sembari beranjak dari tempat duduknya setelah meminum air yang di sediakan oleh sang istri.

"Oke, baiklah," jawab Dini. Kemudian ia pun mengikuti langkah sang suami sambil membawakan jaket pria itu, tanpa merasa curiga sedikitpun.

***

Keesokan harinya...

Selepas sang istri berangkat kerja, Robin kembali menemui Sella. Tentu saja untuk mengambil uang dari hasil penjualan cincin pernikahannya dengan Dini.

Dalam pertemuan itu, tak lupa, mereka juga menyempatkan diri untuk bercinta.

"Makasih, Sayang! Kamu memang selalu bisa memberiku amunisi terbaik. Nggak seperti mayat hidup yang ada di rumah itu," ucap Robin senang.

"Selalu, Sayang. Aku bakalan selalu kasih servis terbaikku untukmu. Emmm, bolehkah aku minta sedikit uang untuk beli make up. Make up Sella udah mulai habis, Sayang," jawab Sella, dengan rayuan mautnya tentunya.

"Tentu saja boleh, Sayang. Apa yang nggak sih buat kamu, Honey. Ni... Beli saja, oiya... Aku punya penawaran buat kamu?"

"Makasih. Penawaran apa itu?"

"Jujur aku nggak bisa jauh-jauh dari kamu, Sayang. Gimana kalo kamu ngelamar kerja di tempat istriku. Biar kita sering ketemu, heeemm!" usul Robin.

Sella terlihat berpikir. Lalu ia pun menjawab, "Boleh deh, tapi mas mau kan nyariin tempat tinggal untukku?"

"Tentu saja, Sayang. Apa sih ya nggak buat kamu? Ya udah kamu siap-siap ya. Nanti kalo tempat tinggal buatmu sudah ready, kamu pinda. Biar kita nggak jauhan kek gini, Sayang!" ucap Robin lagi.

Robin mengecup kembali bibir kekasihnya. Setelah itu, ia pun berangkat pergi berjudi. Tentu saja dengan uang hasil dia mencuri cincin pernikahannya dengan Dini.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Elsa Pasalli

Elsa Pasalli

Penjahat kelamin, suami gak tau terimakasih.

2022-10-21

1

Siti Komariah

Siti Komariah

dasar oenjahat kelm******n

2022-09-22

0

𝕾𝖆𝖒𝖟𝖆𝖍𝖎𝖗

𝕾𝖆𝖒𝖟𝖆𝖍𝖎𝖗

Udah lah laki-laki kayak gitu buang aja. masukin ke god

2022-07-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!