Part Selanjutnya

Dua Hari Kemudian...

Dini terlihat gelisah. Wanita cantik ini mondar-mandir tak jelas di kamar. Membuat Robin mengerutkan kening heran.

"Ada apa, Sayang? Kenapa mondar mandir begitu? Kamu nyariin sesuatu?" tanya Robin. Karena takut sang suami marah, Dini pun terpaksa berbohong.

"Tidak ada, Bang. Dini cuma lupa naroh sesuatu. Tapi udah inget kok. Ya udah Abang lanjut tidur lagi aja, Dini udah selesai masak. Nanti kalo abang lapar, abang makan aja ya. Dini siap-siap ke kedai ya," jawab wanita itu gugup.

"Ohhh, kirain ada apa. Ya udah, abang ngantuk, Sayang. Abang tidur lagi ya. Kamu hati-hati perginya. Nanti kalo ada apa-apa telpon abang ya," ucap Robin santai, ia pun kembali menarik selimut untuk kembali ke alam mimpi.

Tak ingin menganggu sang suami, Dini pun segera keluar kamar. Tentu saja dengan perasaan takut tak karuan. Sebab barang yang ia cari itu sangat penting, sangat berharga bagi kehidupan pernikahan mereka. Tetapi tak jua ia temukan.

"Ya Tuhan, aku taroh di mana tu cincin ya. Perasaan aku taroh di meja rias. Tapi kok nggak ada ya. Ya Tuhan, tolong aku!" ucap Dini memohon.

Tak bisa berlama-lama tenggelam dalam kegelisahan, Dini pun memutuskan berangkat kerja. Karena hari ini ia banyak pesanan. Dini berharap setelah ia selesai bekerja, ia bisa kembali mengingat di mana cincin itu ia simpan.

***

Di sisi lain, Robin tertawa senang bersama Sella di telepon. Tentu saja mereka sedang menertawakan kebodohan-kebodohan Dini yang tak tahu jika Robin lah penyebab kegelisahanannya beberapa hari ini.

"Jahat lu, Mas. Masak istrinya dikerjain," ucap Sella, tertawa bahagia.

"Biarin, siapa suruh jadi istri bodoh. Harusnya lebih teliti. Ahhh, sudahlah... ngapain sih bahas dia, mending kita ketemuan yuk. Pengen yang kek semalam ni," rayu Robin, mesra.

"Ihh, Mas ahh... ntar malem aku ada tamu. Aku nggak boleh capek-capek, Sayang. Kita main di telpon aja," tolak Sella halus. Padahal ia alasan saja, menurutnya Robin akan bersemangat memberinya apa yang ia inginkan jika Robin merasa hidupnya ada yang menyaingi.

"Emangnya tamumu itu kasihnya berapa sih? Banyakan mana sama aku?" tanya Robin kesal.

Tu kan bener, dia bakalan lebih bersemangat memberiku lebih jika ku panasin.

Sella tertawa dalam hati.

"Ya, banyakan dia lah, Honey. Dia bayar aku perjam tau. Ga pa-pa lah, kamu main sama istrimu dulu. Nanti setelah kamu dapetin tempat tinggal buat aku, kan kita bakalan sering-sering ketemu. Ya kan," jawab Sella, santai.

"Apaan, nggak bisa puas aku sama dia. Dia nggak bisa kerja di ranjang. Ahhhh, nasib," jawab Robin kesal.

"Astaga! Ajarin dong Mas. Biar dia bisa hot. Cekokin obat kek, ajak nonton kek, atau apa gitu biar pintar," balas Sella, tanpa malu.

"Mana bisa, dia itu kelewat alim. Kelewat agamis. Malas aku. Padahal andai dia tau *** itu kan penting buat otak. Biar frees. Dasar wanita kempungan. Bener-bener bikin aku sakit kepala," jawab Robin kesal.

Sella hanya tertawa mendengarkan kekesalan kekasihnya.

"Ya udah sih, yang penting dia bisa kasih mas duit. itu kan yang kita mau. Eh, Mas... Mas di cariin no ama Jono. Doi ada tempat judi bagus loh. Mereka bisa kasih modal dulu. Mau nggak? Kalo mau Sella kenalin ama langganan Sella," ucap wanita seksi itu.

"Benarkah? Boleh juga tu. Kapan mau kenalin?" balas Robin.

(yes, masuk perangkap... akhirnya dapat satu lagi mangsa... Emmm, kamu memang hebat Sella.) puji Sella pada dirinya sendiri.

"Emmm, gimana kalo malam minggu. Tapi mas harus nyiapin jaminan dulu. Takutnya mereka nggak percaya. Kan mas orang baru," ucap Sella.

"Oke, gampang itu. Yang penting diutangin dulu. Oke!"

"Siap, Honey. Nanti Sella kabarin deh. Ya udah ya, Sella mandi dulu, mau luluran Sayang. Biar harum. Nanti kan enak di makannya kalo harum!" goda Sella semangat.

"Kamu jangan bikin adek kecilku bangun dong, Sayang. Nakal ih!"

"Hehehe, bye bye mamasku sayang. Love u, bye!"

Sella menutup telpon sepihak. Sayangnya adik kecil Robin telah bangun. Terpaksa pria itu main solo. Sambil mengumpat kesal tentunya.

***

Di lain pihak, Dini masih berusaha mengingat keberadaan cincin kawinnya. Karena takut terjadi masalah dengan pernikahannya. Tak ingin suaminya tahu dari orang lain, ia pun berniat meminta maaf pada sang suami ketika pulang nanti.

Di ruang makan rumah Dini...

Terlihat di sana Robin sedang menyantap hidangan yang tersedia di sana.

Pelan namun pasti, Dini pun mendekati sang suami.

"Abang... " panggil Dini mesra.

Robin berhenti mengunyah. Lalu ia pun tersenyum. "Udah pulang, kok nggak kabarin. Kan abang bisa jemput," ucap Robin, sok peduli.

"Makasih, Sayang. Emmm... Dini pengen ngomong sesuatu. Tapi abang jangan marah ya," ucap wanita cantik ini.

"Tentu saja, Sayang. Kamu mau ngomong apa?"

"Sebenarnya.... emmm.... cincin pernikahan kita."

Robin mengerutkan keningnya. Pura-pura tak tahu apa yang hendak Dini sampaikan perihal cincin itu.

"Kok diam? Ada apa, Sayang. Jangan takut gitu. Abang kan nggak gigit," ucap Robin, berusaha membuat suasana tak tegang.

"Dini... anu, cincin nikah kita hilang, Bang. Abang marah tak?" ucap Dini, takut.

"Loh... Kok bisa? Bukan hilang kali, Yang. Kamu lupa naroh aja kali."

"Mungkin, tapi udah Dini cari ke mana-mana. Tapi nggak ketemu."

"Ya udah, kamu tenang dulu. Sambil pelan-pelan diingat. Siapa tau nanti ingat, lalu ketemu. Hemmm... Sini, udah jangan sedih," ucap Robin sembari menarik tangan sang istri dan membawa wanita cantik itu ke dalam pangkuannya.

"Makasih atas pengertianmu, Bang. Maafkan Dini yang teledor ya."

"He em, nggak pa-pa."

Dini tersenyum. Lalu memeluk suami tercintanya ini. Sedangkan Robin. Pria ini terlihat kesal. Namun berusaha menahan rasa tak sukanya itu. Karena tanpa Dini tahu, pria ini sedang merencanakan sesuatu yang lain.

***

Di dalam kamar pribadi mereka...

Robin berniat melancarkan rencana yang telah ia susun bersama Sella.

"Sayang... Abang ingin bicara sesuatu denganmu. Bolehkah abang meminta waktumu sebentar saja," pinta Robin.

Dini yang saat itu sedang merapikan baju-baju mereka. Langsung menghentikan pekerjaanya dan melangkah mendekati sang suami yang sedang duduk bersandar di sisi ranjang.

"Ada apa? Abang mau ngomong apa?"

"Tadi tu kawan abang nawarin join investasi. Dia ngajakin abang beli perkebunan sawit di daerahnya. Murah, Yang. Abang jadi tertarik. Tapi Abang nggak ada uang buat beli," ucap Robin, lembut seperti biasa.

"Oh, emangnya berapa?" tanya Dini, tak kalah lembut.

Robin meraih tasnya. Lalu menyerahkan selembar kertas hasil hitung-hitunga dirinya dan katanya dengan temannya itu.

Dini mengambil kertas itu. Lalu mempelajarinya. Dini yang notabene adalah pengusaha. Tentu saja ia paham dengan coretan-coretan itu.

"Boleh ini, Bang. Tapi Dini juga nggak punya uang sebanyak itu," ucap Dini.

Robin tersenyum. Lalu mengambil kertas itu dari tangan sang istri. Tak ingin kehilangan kesempatan berharga ini, Robin pun memeluk perut sang istri dan berucap, "Gimana kalo kita gadaikan sertifikat rumah kita ini ke bank, Yang. Nanti kita bisa bayar cicilannya dari hasil dari perkebunan itu. Sambil menunggu hasil, abang bakalan lebih rajin ngojek. Gimana?"

Dini menatap sang suami ragu. Namun ia tak bisa mengabaikan permintaan itu. Dini diam sejenak. Lalu ia pun menyetujui penawaran itu tanpa merasa curiga sedikitpun, "Sebenarnya nggak masalah sih, Bang. Nanti Dini coba ngomong sama temen Dini yang kerja di bank. Bisa nggak kalo kita gadaikan sertifikat rumah kita."

Kembali Robin tersenyum senang. Sekali lagi, ia berhasil mengelabui Dini. Menipu wanita lugu itu.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

Robin kau terlalu jahat pada isterinya mu yang baik..ingat lah Robin suatu saat akan kau tuai juga apa yang kau tabur..

2023-06-28

0

Desi Hes

Desi Hes

terlalu bodoh muda percaya ma orang cinta telah bikin buta ...

2022-07-31

1

dheselsa

dheselsa

Wong edan

2022-07-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!