Melvin memeluk Teresa untuk menghiburnya. "Tidak apa apa! Aku sudah membalasnya. Apa tanganmu masih Sakit?"
"Sudah tidak sakit lagi. Mel benar-benar hebat" balas Teresa seraya memeluk Melvin.
Elaine masih marah," Wanita itu mengerikan!"
Telma ikut berkomentar," Ya, untungnya, Mel ada disana!"
"Mel! Mel! Kamu yang terbaik!"
Gadis-gadis kecil ini ikut bersorak bersama.
Tawa canda mereka kembali meriuhkan suasana.
Sejak turun dari lantai lima, para pejalan kaki di satu melihat mereka akan berhenti untuk menonton.
Seorang laki-laki keluar dengan banyak adik perempuannya. Dia tidak terlihat bosan melainkan terlihat sangan lembut!
Berikutnya, mereka pergi ke mal untuk berbelanja baju, mainan, serta makanan ringan.
Mal itu menawarkan layanan antar kerumah dengan jumlah minimum pembelian tertentu.
Saat ini layanan itu sangat membantu.
Mereka berkeliling mal dengan heboh dan menjadi pusat perhatian.
Tiga jam kemudian, mereka selesai berkeliling mal dan pergi untuk makan malam.
Setelah menyelesaikan semuanya, Melvin menepuk tangannya dan berkata, "Baiklah, cukup untuk hari ini! Waktunya kita pulang!"
"Pulang!"
Savana mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah pintu mal.
"Jangan terpisah! Jangan sampai tersesat!"
Melvin berjalan di depan untuk menuntun jalan, sementara Olivia di belakang, memastikan para gadis itu tetap ada di barisan.
Ketiga belas orang itu pergi, ditemani oleh sang manajer mal.
"Tuan Reed, terima kasih sudah mengunjungi mal kami!"
Manajer mal tersenyum senang karena pembelanjaan Melvin telah memberinya kenaikan signifikan pada kinerjanya.
Kali ini, peringkat mal itu bisa baik banyak di tingkat nasional.
Melvin berkata kepada sang manajer, "Sama-sama. Kamu bisa kembali bekerja."
Melvin mengajak adik-adiknya naik bus.
Manajer mal itu menunggu mereka naik ke bus dan meninggalkan mal, Kemudian berseru, "Orang kaya yang sesungguhnya memang sederhana dan bersahaja!"
Ketika mereka tiba kembali ke rumah, hari sudah gelap. Balai keluarga Reed serta rumah mereka berada di desa Reed, salah satu daerah pinggiran kota di kota Kasau.
"Baik, baik, pergilah mandi, satu persatu, Olivia, Tonia, urus merek. Jangan biarkan mereka bermain terlalu lama di kamar mandi!"
Melvin tidak bisa mandi bersama mereka, jadi dia menyerahkan hal-hal seperti ini pada Olivia.
Dia mandi dan kembali ke kamarnya, kemudian sistem PAM muncul dengan pemberitahuan bahwa tugasnya telah selesai.
[ Tugas telah selesai. Selamat karna telah mendapatkan Rumah Megah 1 Teluk Purnama! ]
Vila Teluk Purnama?
Melvin langsung mengeluarkan ponselnya untuk mencari tahu.
Ketika informasinya muncul, Melvin menggambarkan suasana hatinya sebagai "Wow".
Teluk Purnama, sebuah Teluk yang indah, hanya terdiri dari dua rumah megah disana.
Harga rumah megah 1 dan rumah megah 2 masing-masing senilai tiga triliun delapan ratus miliar rupiah dan dua triliun lima ratus lima puluh miliar rupiah.
Lagi pula, banyak orang yang bisa tinggal di kediaman seharga dua triliun rupiah, namun yang mau membelinya hanya segelintir orang saja.
Merek mau membeli kediaman seharga lebih dari dua triliun rupiah memiliki kekayaan setidaknya belasan triliun rupiah.
Orang tidak akan khawatir untuk menghabiskan tiga puluh ribu rupiah jika dia punya tiga juta rupiah. Namun, Tidak demikian dengan orang yang hanya punya tiga ratus ribu rupiah.
Melvin mengecek informasi pribadinya pada sistem.
[ Nama: Melvin Reed ]
[ Dana: Rp. 3.837.000.000.000 ]
[ Aset: Rumah Megah Teluk 1 Purnama. ]
[ Kemampuan: Tidak Ada ]
[ Gelar: Kakak Terbaik Di Seluruh Dunia. ]
Melihat gelar ini, Melvin tertawa. Dia pikir ini pasti ulah para anak kecil itu.
Melvin melihat jumlah uang yang dimilikinya, tersenyum tipis, dan menaruh kedua tangannya di belakang kepala dan bersandar.
"Aku akan tidur lebih cepat hari ini. Besok akan kulihat tanah kediaman yang dimaksud ini."
Sementara itu di luar, para pegawai dan mal mengantarkan barang-barang yang mereka beli tadi di depan rumah.
Para pegawai itu mengeluarkan satu per satu kotak dan gadis-gadis itu mulai mencari barang yang mereka beli.
Mereka membawa mainan dan pakaiannya ke kamar masing-masing, sementara makanan ringannya diletakan di ruang tamu.
Keluarga Reed masih tinggal di sebuah rumah tua yang memiliki halaman. Beberapa keluarga tinggal terpisah namun kediamannya dekat satu sama lain, seperti sebuah rumah megah besar.
Olivia kembali ke kamarnya setelah mengurus pada gadis sehabis mandi. Sementara itu, Tonia mengajak Flora bermain bersama.
Elaine dan Teresa tidak mau bermain dengan mereka dan mecari Melvin.
"Mel, apakah kami terlihat cantik?"
Mereka berganti pakaian baru, lalu berlari ke kamar Melvin tanpa mengetuk pintu. Mereka malah langsung membukanya dan masuk.
Untungnya, Melvin tidak mempunyai hobi tertantu. Jika tidak, pasti dia akan sangat malu.
"Ya, kalian terlihat cantik."
Melvin yang sedang lelah pun menjawab dengan setengah hati.
Yang diinginkannya hanya tidur lebih awal dan beristirahat.
"Bangun! Kamu bahkan tidak melihat kami!" Keduanya berlari ke sisi tempat tidur, mengangkat dan menarik tangan Melvin.
"Aku, sangat lelah. Elaine, boleh aku istirahat, ya?"
Melvin memohon.
Elaine berkata, "Tidak! Kami belum lelah. Mana mungkin kamu lelah! Pembohong!"
Melvin berpikir dengan pasrah, mana mungkin aku bisa menyamakn energi ku dengan mereka?
Sungguh sangat Sulit mengurus gadis gadis ini.
"Teresa, biarkan Mel beristirahat. Ayo, kita bermain dengan Olivia!"
Teresa menjawab dengan penuh pertimbangan.
"Olivia akan mengikuti UMPT, karena itu dia harus belajar. Kita tidak boleh mengganggunya!"
Kali ini, Elaine sangat pengertian. Dia tahu persis apa yang tidak boleh di lakukan.
Elaine hanya ingin mengganggu Melvin.
Melvin sedang sangat enggan sekarang.
[ Tugas baru: Bermain dengan Elaine dan Teresa. Selesaikan tugas untuk mendapatkan hadiah! ]
Kalau begitu, Melvin harus bangun.
Melvin berguling dari tempat tidur, menggandeng kedua anak itu turun.
"Kalian mau main apa?"
"Pesta teh!"
"Tidak, aku mau main petak umpet!"
"Bagus, kalau begitu panggil Sissy dan Savana."
Melvin pergi ke halaman, mengumpulkan adik-adiknya, dan mulai bermain petak umpet.
Olivia dan Thea sedang membaca buku di kamar. Olivia sedang belajar untuk menghadapi UN, sedangkan Thea akan menghadapi UMPT.
Namun, Olivia tidak bisa fokus pada buku-bukunya. Yang terjadi hari ini terlalu menggugah pikirannya.
Olivia berpikir, Mel mengajak kami makan malam dan mengeluarkan kartu kredit yang hanya bisa dimiliki orang dengan kekayaan minimal dua belas miliar rupiah.
Lalu, kami membeli banyak pakaian dan makanan ringan. Dari mana Mel punya uang sebanyak itu?
Sama halnya dengan Olivia, Thea juga tidak bisa berkonsentrasi karna sibuk berpikir.
Thea bertanya, "Olivia, dari mana Mel punya uang sebanyak itu? Apa dia melakukan sesuatu yang ... Ilegal?"
"Mungkin saja!" Jawab Olivia dengan cemas,
Thea buru-buru bertanya, "Apa dia akan di penjara? Atau di hukum mati? Jika dia tertangkap ... "
Olivia berkata dengan cemas, "Hukuman mati tergantung pada tindak kejahatannya, dan Mel tidak mungkin melakukan hal-hal seperti itu."
"Kalau begitu dari mana dia mendapatkan uangnya? Kita tidak bisa membiarkannya melakukan kesalahan yang sama terus menerus!"
Thea berkata dengan tegas, "Jika kita bisa segera menyelesaikannya, masih ada kesempatan untuk itu. Olivia panggil polisi!"
Olivia sedikit ragu. "Akan tetapi..."
"Kamu tidak ingin Mel melakukan hal-hal ilegal, Bukan? Kita sudah menyadarinya lebih awal, dan uang yang digunakan nya pun belum banyak. Hukuman paling berat pasti hanya beberapa tahun penjara, Jauh lebih baik dari pada hukuman mati!"
Thea berpikir lebih pelik dan cepat dari pada Olivia.
Setelah mempertimbangkannya, akhirnya Olivia hanya bisa mengangguk. 'Baiklah!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Abdul Muntholib Suwarto
lanjutkan, dan jgn putus ceritanya..
2022-07-29
1
jack
lanjutkan thor
2022-07-27
1