MARABELLA LIBURAN KE BORACAY IKUT RAINBOW PARTY. DI DUGA BELLA MEMILIKI ORIENTASI 'MENYIMPANG.'
Headline berita yang membuat mata Bella tercengang.
"Kemarin kau ikutan pesta di klub mana?" Bian tahu, berita itu tidak benar karena itulah Bian langsung bertanya serius tapi santai.
"Itu di --"
"Rainbow Bar?"
Bella mengangguk pelan. Tebakan itu benar dan Bian mengumbar senyum smirk terlihat sempurna di wajahnya.
"Itu klub untuk orang sepertiku, 'pemuja rainbow', Bella!"
Bian dengan jarinya yang menunjuk angka dua digerakkan seakan tanda kutip tadi, bicara.
"Jadi klub itu--"
Anggukan tegas Bian terlihat sebelum Bella menyelesaikan kalimatnya.
"Aduh gawat!" wajah Bella jadi pucat pasi. Bella tak sama sekali memikirkan latar belakang klub. Dia hanya memilih klub yang terdekat dari lokasi tempat tinggalnya saja. Bella tak tahu kalau ada kesalahpahaman begini. Dirinya hanya ingin hang out, itu saja tak lebih.
Lalu, sekarang apa yang harus dilakukannya?
"Bi-bian, tolong, ambilkan handphoneku! Aku harus menelepon manager-ku sekarang juga!"
"Tunggu sebentar aku akan ambilkan!"
Klek
'Aduh gawat nih! Pasti kejadian ini akan mempengaruhi keadaan karier dan hidupku. Bagaimana aku harus mempertanggungjawabkan? Aku gak seperti itu. Apa ada yang menjebakku? Orang yang memberikanku obat tadi malamkah yang memanfaatkan kelalaianku?'
Di saat Bian sudah berdiri dari duduknya dan melangkahkan kaki keluar mengambil tas milik Bella, informasi yang diterima wanita itu masih membuatnya kalut. Peristiwa yang tadi malam cepat sekali tersebar luas karena Bella memang sedang naik daun.
Berita apapun tentang dirinya pasti laku keras! Ini pasti akan menjadi momok tersendiri dan mengerikan bagi Bella yang sedang meniti karier di kancah internasional.
"Ini tasmu Bella!”
“Bisa kau keluar dulu sebentar? Dan tolong tutup pintunya!"
Tidak ada kata terima kasih yang diucapkan oleh Bella. Dia sedang buru-buru dan sekarang dia ingin bicara dengan orang penting di ujung telepon dan berusaha untuk mencari solusi bagi masalahnya. Tapi Bella tidak mau ada Bian yang mendengar pembicaraannya. Untung saja Bian mengerti.
Klek
sejurus kemudian setelah pintu ditutup Bian, Bella sesegera mungkin langsung mengambil handphone dan memencet nomor telepon yang sudah tak asing lagi baginya dan memang sudah menghubungi berkali-kali, termasuk mengirimkannya pesan yang tentu saja belum di baca Bella.
Leony: Kau tahu aku sudah hampir berangkat ke Pluto untuk mencari keberadaanmu.
(Agak sedikit lebay orang di line telepon Bella bicara. Tapi memang betul dia dari tadi gusar dan tidak pernah berhenti mencoba menelepon artisnya.)
Bella: Maafkan aku, Leony. Duh, penat kepalaku nih.
Leony: Kau pikir penat itu hanya untukmu sendiri, nona MaraBella? Kau pikir kami semua di sini tidak ada yang penat dengan ulahmu di sana? Aku sudah bilang padamu jangan pergi loh!
(Sentakan yang di dapat Bella bukan jawaban yang menenangkan hati)
Bella: Aku juga tidak menyangka seperti ini! Ya ampun gimana aku harus menyelesaikannya? Apa konfrensi pers cukup? Aku harus mengatakan pada mereka kalau tuduhannya semua salah. Menyimpang? Hyakks!
Leony: Seharusnya kau berpikir sebelum kau berangkat ke Boracay, Bel! Pikir matang-matang! Apa kau tidak pernah belajar dari setiap orang yang mengatakan kalau penyesalan itu datangnya terakhir, hmm?
Bella: Aku tidak butuh ceramahmu sekarang, Ony!
(Bella butuh solusi, bukan menelepon untuk disalahkan manajernya ini menambah cenat-cenut kepalanya.)
Bella: Jangan memperkeruh suasana lah!
Leony: Memperkeruh katamu? Aku sudah memberikan solusi kemarin untuk kau tinggal. Tapi kau tidak mau mendengarkanku dan lebih memilih melakukan semua semaumu. Sekarang lihat bagaimana kau membuat masalah dengan kariermu!
(Bella tak menjawab. Dia memang diperingatkan manajernya kemarin. Tapi Bella tak menurut.)
Leony: MaraBella, berita itu sudah masuk ke media dan sedang apa sih kau ada di tempat itu semalam? Rainbow Club? Kenapa kau tidak bisa mencari tempat yang lainnya? Kau tak baca namanya emang?
Bella: Ony, aku tiak memikirkan sejauh itu.
Leony: Kau baca namanya gak?
Bella: Baca, tapi aku sudah menyamar dan ga kepikiran ke sana. Pokoknya rame aku ikut. Kan aku mau party, cari yang rame.
Leony: Ga kepikiran katamu? Ya ampun Bel, namanya aja itu Rainbow!
(Manajer Bella makin gemas. Tapi memang dia tahu sih, kalau Bella ceroboh dan bukan orang yang berpikir berulang-ulang dulu baru bertindak. Ini yang lebih mengesalkan hatinya)
Bella: Leony, aku hanya berusaha untuk menghilangkan semua penatku, yang penting aku have fun aja tadi malam. Minum, aku bisa dance, bisa ngilangin semua yang membebani otakku! Lokasinya beberapa blok dari akomodasiku.
Leony: Hanya karena alasan dekat?
Bella: Ya dan ramai. Kau tahu kan beban yang harus aku tangung sekarang? Itu menyita pikiranku. Mana bisa aku pikirkan yang lainnya?
(Bella kalut, begitupun Leony yang memijat pangkal hidungnya sambil dia memejamkan mata sebelum bicara)
Leony: Dan sekarang masalah itu bertambah berat Bella! Kemarin keluargamu hanya menyuruhmu pulang dan mereka ingin kau menemui kakekmu yang sudah lama tak kau temui. Dan karena berita ini, mereka menghubungiku lagi.
Bella: Mau apa?
Leony: Ayahmu sudah mengatur acara pertunangan dan pernikahanmu, katanya. Dia marah besar!
Bella: Ah gila! Gak bisa, aku ga mau dan gak setuju!
(Bella memekik dan meninggikan suaranya)
Kemarin Bella memang pergi untuk menghindari keinginan keluarganya. Dia sengaja tak ingin pulang karena yakin akan dijodohkan. Bella masih ingin berkarya dan menjalankan hidupnya yang sekarang. Tapi keluarganya tidak bisa menerima itu.
Keluarga Bella termasuk keluarga terpandang. Ayahnya seorang pebisnis besar yang sukses di United States dan ibunya juga keturunan keluarga berpendidikan dari Indonesia. Ayahnya kurang suka dengan pekerjaan Bella sebagai artis sebetulnya. Menjadi model ini adalah momok tersendiri baginya.
Lagi pula ayah Bella membutuhkan pewaris yang bisa menjalankan bisnis keluarga. Namun Bella tidak tertarik dalam bisnis keluarga. Padahal dia satu-satunya keturunan ayahnya.
Bella tak mau mengerti dan ini sungguh menjengkelkan untuk orang tuanya, terutama ayahnya. Karena itu mereka berusaha untuk memanggil Bella kembali dan memintanya untuk membatalkan semua perjanjian kontrak yang sudah dibuat. Sayangnya, Bella menolak. Alih-alih dia datang untuk membicarakan masalah ini baik-baik, Bella yang sama kerasnya seperti ayahnya, justru kabur untuk menghilangkan marahnya. Hingga kasus ini terjadi.
Leony: Aku rasa dia tidak meminta pendapatmu! Apalagi setelah mendengar berita kalau kau ada di klub orang-orang penyuka sesama jenis. Ayahmu tidak peduli, Bel! Dia hanya ingin kau kembali
Bella: Aduuuh! Aku harus bagaimana? Kau tidak tahu sih di sini juga aku ada masalah! aku hampir terjebak oleh orang-orang yang memasukkan aku obat perangsang ke minumanku diam-diam! Tubuhku terbakar! Tadi malam aku tersiksa dan saat ini aku juga demam.
Leony: Huh? Kau serius?
(Manajer Bella tentu saja kaget mendengar penjelasan Bella. Kalau benar begitu, mereka pasti masih mengincar Bella)
Bella: Hmmm!
Leony: Kalau begitu, kau harus keluar dari sana, Bel! Cepat tinggalkan akomodasimu!
(Leony panik, dia khawatir karena Bella pergi sendirian.)
Bella: Sekarang aku ga di akomodasi. Aku aman!
Leony: Huh? Kau di mana?
Bella: Kau masih ingat Bian? Asisten CEO dari brand pakaian asli Indonesia yang kalau nggak salah, CEO-nya namanya Ricky, kan?
Leony: Oh iya! Brand yang menjadi titik balik dan membuat namamu melejit?
Bella: Hmm, benar! Dia menolongku menghilangkan panasnya!
Leony: Ups!
(Leony menutup mulutnya dan pikirannya sudah ngeres)
Leony: Jadi dia memuaskanmu, kau menyerahkan dirimu padanya?
Bella: Puas? Cih! aku sudah begitu hina menyodorkan diriku dan memohon padanya, tapi dia menolakku!
Leony: Huh? lalu bagaimana panas bisa hilang?
(Leony makin penasaran)
Bella: Hampir aja pake ketimun, tapi ujungnya air dingin
Leony: Hahaha!
(Dia geli sangat, ujungnya terkekeh terpingkal menengar pengakuan Bella)
Bella: Lucu? Cih!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments