KEMBALI DEMAM

Klek!

"Selamat pagi, tadi kau memanggilku ada apa? kebetulan makananmu juga sudah siap nih!"

Bak gayung bersambut, Bella bahkan membuka bibirnya sedikit saat sosok itu masuk. Tentu saja sambil tangannya menarik selimut, karena saat ini Bella hanya memakai kemeja Bian. Bahkan dia tak memakai dalaman saat Bian membuka pintu. Dirinya masih menyibak selimut setelah memperhatikan kakinya. Tanpa diragukan lagi, Bella yakin Bian pasti melihat intinya.

'Tapi dia datar aja tak bergeming? Dia pikir milikku jelek apa ya? Tapi udah mulus, putih loh pinggirannya juga!' Bella terbakar dalam relung sanubarinya.

Sehingga

"Tak perlu basa basi, lihat apa yang sudah kau lakukan padaku, tubuhku demam!" sentak Bella saat melihat Bian sudah menutup pintu kamar.

'Bukankah cowok akan selalu tergoda dengan wanita yang memakai pakaiannya seperti di drama korea?' gumam hati Bella yang memikirkan bagaimana cara Bian melihat Bella datar saja. Padahal bukankah wanita terlihat lebih menarik dengan pakaian pria yang kebesaran?

"Maaf deh, habis cuma itu yang kepikiran, sih."

Ini mengesalkan apalagi ekspresi Bian cuma seperti itu. Bella rasanya tak bisa terima.

"Ha-hatciiiiim!" Bella kembali bersin, untung saja dia refleks mengambil tissue.

"Lihat akibat ulahmu! Aku hampir hipotermia, sampai demam begini dong!"

Bella berteriak yang masih ingin memaki Bian, hatinya masih menggerutu, mengingat kejadian tadi malam. Lebih kesal lagi saat Bella melihat pria itu kini sudah tersenyum tanpa rasa bersalah memasuki kamar, seakan dia hero penyelamat.

"Sorry, deh sorry, Bel!" Bian menimpali sambil menyodorkan nampannya.

"Ini aku buatkan bubur dan aku juga bawa infuse water, khusus untuk demam. Bangunlah, minum dan makan dulu supaya cepet sehat. Aku ga bawain obat, soalnya demam ga butuh obat kimia, yang kaya gini lebih sehat, malah lebih cepet tanpa efek samping!"

Panjang lebar Bian bicara tak menggubris kekesalan Bella. Dia justru menarik kursi dan duduk di samping nakas, memangku baki makanan yang tadi dibawanya.

"Makan dulu ya, bisa duduk gak, Bel? Mau makan sendiri atau mau aku suapi?"

'Sial, wangi buburnya harum sekali!' Bella sebenarnya ingin menolak. Tapi setelah hidungnya menerima aroma yang menggetarkan perutnya, dirinya memilih berdehem dan mengubah posisinya duduk tapi masih terlihat cool.

"Aku punya tangan!"

Bella juga tak menampik tangan Bian yang memberikan mangkuk itu untuknya, tapi dia memilih makan sendiri sambil menahan perasaan sebal karena pria itu masih cengar cengir tanpa beban.

"Makan ati-ati, masih panas tuh, tar melepuh!"

"Hemm, gosah banyak bacot!" seru Bella ketus, dengan tangannya sudah menciduk bubur dalam mangkuk yang luarnya terasa hangat di telapak tangannya.

Sikap Bella tak masalah sih untuk Bian. Di dunia entertainment memang begitu, tak perlu terlalu sopan. Bian pun paham meski Bella menunjukkan kejudesannya. Namun sesaat kemudian, ekspresi wajah Bella berubah.

'Huh, darimana dia bisa mendapatkan bubur seenak ini? Gila sih, juara rasanya.' Bella tadinya mau jaim, mau icip-icip sesuap dua suap.

"Ehm, beli di mana?" tanya Bella dengan sok jaim.

"Bikinlah," celetuk Bian masih menyisakan senyum di bibirnya. "Enak ga?"

"Mayan!"

Yah, Bella masih gengsi. Tapi setelah dia merasakan bubur yang hangat masuk ke dalam kerongkongannya, lumer dengan segala rasa memanjakan lambungnya yang kelaparan, sangat membangkitkan selera dan merangsang keinginannya untuk menyuap lebih banyak, Bella seakan terhipnotis dan lupa.

'Bagaimana aku bisa menghabiskan ini semua? Cih, memalukan!' saat netranya menyapu mangkuk kosong itu, Bella akhirnya merutuki dirinya sendiri yang menghabiskan semangkuk bubur tanpa sisa.

"Kalau masih kurang, aku masih ada. Mau lagi ga?" Bian menawarkan, tapi Bella memilih menggelengkan kepalanya menolak. Meski hatinya mau menangis karena belum puas.

Bella masih lapar! Buburnya juga enak banget!

"Makasih. Udah cukup," tapi Bella tahu diri. Dia menyerahkan mangkuk yang langsung ditampani oleh Bian.

"Nah, sekarang minum dulu. Nih infuse water-nya. Bagus untuk demam," ucap Bian lagi yang langsung menyodorkan gelas.

'Menyegarkan! Enak banget masuk ke tenggorokanku.' Bella tak menampik. rasanya memang enak, ingin sekali Bella minum lebih banyak.

"Seger?" ditanya begitu, Bella terpaksa mengangguk. Karena memang begitu kenyataannya.

"Apa ini?" tanya Bella, sudah tak lagi berintonasi tinggi, saat dia sudah menghabiskan minuman di gelasnya. Tangannya masih memegang wadah minumannya juga saat netra Bella menjurus pada wajah tampan itu.

"Oh, itu, perasan air ketimun yang di parut. Di campur madu dan garam sedikit untuk menghilangkan rasa ketimunnya. Aku tambahin spring water ju--"

"Ketimun?" sontak saja wajah Bella memerah memotong ucapan Bian yang juga mengangguk, menjawabnya.

"Kau, memberikan aku air ketimun, apa dari ketimun yang semalam?"

"Oh, iya. Yang dingin itu."

Dengan wajah tampak tak bersalah, Bian mengangguk, tersenyum juga.

"KAU!"

Tapi Bella sebaliknya. Jelas saja itu membuat Bella meradang dan dia tak lagi bisa menahan emosinya

BUG!

"Hey, hati-hati dong, gelasnya bisa membuatku benjol! Untung ketangkep, nih," seru Bian kaget dengan lemparan Bella.

"Bodo amat!" tapi Bella sudah nafsu dengan amarahnya.

Sehingga

"Kau tahu tadi malam kau ingin memasukkan itu ke mana, hmm? Dan sekarang kau membiarkan itu masuk ke dalam mulutku, aku minum?" jari tangan Bella menunjuk tepat ke bibirnya saat bicara.

"Ga punya perasaan banget sih!"

Mau nangis rasanya Bella, ketimun itu seperti malapetaka baginya. Mual rasanya. Tapi tidak mungkin juga Bella menumpahkan semua makanan yang sudah masuk ke dalam mulutnya. Itu lebih menjijikkan dan akan membuat perutnya sakit.

"Eeeh, tapi kan itu belum masuk!" Bian berpikir dengan logikanya, mengelak.

"Aku melihat dan merasakannya. Kau sudah menyodokkan ujungnya ke sana!" Bella masih tak terima.

"Ya itu dikit, kan cuma ujung, yang lainnya belum sempet masuk,"

'Ya ampun! Orang ini, ngotot banget padahal dia salah! Jelas geli dan menjijikkan itu kan, hyaaks!'

Bella tak tahan sehingga tadi menimpali sambil mengomel dalam relung sanubarinya.

"Kau, apa kau tau itu jorok?"

"Oh, aman. Udah dicuci bersih ketimunnya!"

"Biaaaaaan!"

BUG!

Bella tak mengerti terbuat dari apa kepala pria itu. Bian tidak juga merasakan getirnya hati Bella, lempeng saja seperti jalan tol bebas hambatan cara berpikirnya.

"ati-ati Bel!" lemparan ini membuat Bian refleks bicara.

"Duh, untung aku tangkep nih bantal, kalau ga mangkuknya pecah!"

BUG!

PRAAANG!

Dasar Bian, sudah tahu Bella sedang marah-marah, dia masih datar saja dengan satu ucapannya barusan. Gadis itu refleks melemparkan lagi bantal yang ada di belakangnya sampai terkena mangkuk di baki dan jatuh, mematahkan harapan Bian.

"Yaaah, pecah beneran! Punya cottage tuh, pasti kena charge!"

"Bomat!" Bella membuang wajahnya sambil bersungut. Dia sedang mengomel untuk harga dirinya, tapi pria itu lebih mementingkan mangkuk ketimbang perasaan Bella. Sungguh Bella tak mengerti bagaimana cara berpikir Bian.

'Sosok pria yang dulu aku pikir macho dan ganteng, memang iya dia ganteng sih dan badannya tegap, berotot, perfect! Tapi kayak gini dong memperlakukan wanita? Ya ampun! Nyebelin ga sih?' Bella gemas.

"Aku mau kembali ke tempatku! Carikan aku baju yang layak, nanti aku ganti uangnya!" perintah Bella saat Bian baru mau memungut pecahan mangkuk.

"Oh iya Bel, ada yang lupa aku tunjukin!" Bian menaruh nampannya.

Selain mengantar makanan, Bian juga ingin menyampaikan itu tadi, tapi terdistraksi gara-gara ketimun. Dia pun merogoh saku celananya mengambil gawainya dan memberikan pada Bella.

"Itu berita yang tadi pagi aku dapet!" ucap Bian, setelah Bella mengambil benda pipih segi empat yang terkoneksi internet dari tangan Bian.

"A-apa ini maksudnya? Seenaknya mereka bilang aku menyimpang!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!