Dihadang Perampok

Amerta yang bingung bagaimana cara bangun agar tidak ketahuan dia tidak tidur, akhirnya Amerta berpura-pura bangun tidur dan mempraktikan layaknya orang yang bangun tidur pada umumnya, badan sudah pegal sedari tadi menahan untuk tidak bergerak saat mendengarkan semua kata-kata yang diucapkan oleh pangeran.

Maka dari itu saat dia sudah mulai pegal Amerta pun berusaha mencari cara yang aman agar kebohongannya, tidak ketahuan banyak hal yang Amerta rahasiakan dari pangeran demi bertahan hidup dan demi bisa sampai ke Seberang, untuk berlatih ilmu bela diri yang mana di Seberang sudah terkenal dengan latihannya dan sudah banyak yang pergi kesana untuk berlatih ilmu beladiri.

Amerta tahu jika dirinya sudah mengetahui tentang Seberang semenjak ayahnya masih hidup, apalagi sang ayah yang bekerja di kerjaan yang tentu saja beliau juga berlatih bela diri di sana maka dari itu impian Amerta bisa ke Seberang untuk berlatih.

Amerta mulai terbangun dan berpura-pura tidak mendengar apa-apa, selayaknya orang baru bangun tidur merasa linglung dan berpura-pura tidak tahu apa-apa, serta merasa kaget saat melihat pangeran ada di dekatnya kalau dari awal Amerta tau jika pangeran memang sudah ada di sana.

“Maaf Pangeran, Aku ketiduran,” kata Amerta sambil menggosok matanya seperti orang yang baru bangun tidur.

Amerta berusaha sebisa mungkin berakting agar dirinya tidak ketahuan jika ia mendengar semua perkataan pangeran yang jelas saja membuat Amerta sendiri mera takut jika pangeran akan marah atau merasa tidak enak pada Amerta karena ia mendengar semua yang Pangeran ucapkan saat Amerta tertidur.

“Tidak apa-apa aku tahu kau lelah, kalau begitu mari kita lanjutkan perjalanan,” kata Pangeran mengajak Amerta melanjutkan perjalan ke Seberang.

Pangeran memang tidak langsung membangunkan Amerta saat Amerta tertidur ia memilih menunggu Amerta terbangun dan siap melakukan perjalanan ke Seberang yang masih lumayan cukup jauh karena pangeran yang sengaja membawa Zea memiliki tanggung jawab penuh terhadap Amerta dan menjaganya sampai tempat tujuan

“Baik,” jawab Amerta dengan cepat bangkit dan mengambil barang bawaannya lalu bersiap.

“Kamu bersemangat sekali,” kata Pangeran yang melihat Amerta yang langsung bangkit dan bersiap setelah bangun tidur, tidak seperti kebanyakan orang setelah bangun tidur pasti merasa malas, tapi tidak dengan Zana yang terlihat bersemangat.

Amerta yang sebenarnya gugup setelah mendengar perkataan Pangeran tidak saat ia tidur membuatnya salah tingkah, sebisa mungkin ia mengatur tindakan nya agar tidak kelihatan sedang ketakutan setelah mendengar ucapan Pangeran tadi. Ia takut mendapat hukuman membohongi Pangeran jika pangeran tahu identitas sebenarnya Amerta yang merupakan seorang wanita.

“Aku bersemangat karena ingin cepat sampai ke Seberang untuk bisa berlatih beladiri bersama Pangeran,” kata Amerta sambil menutupi rasa gugupnya itu dan berusaha tenang kembali.

“Aku salut denganmu Amar, meski kau yatim piatu kau memiliki semangat untuk belajar, aku tidak salah memilihmu untuk menemaniku ke Seberang,” kata Pangeran melihat semangat yang ditunjukkan oleh Amerta.

Sambil menaiki kuda bersama Pangeran kembali melanjutkan perjalannya yang masih jauh, perjalanan ke Seberang memang membutuhkan waktu lama karena jaraknya yang jauh dan harus di tempuh dengan berkuda.

Amerta sudah merasa lebih tenang karena Pangeran tidak curiga dengan dirinya yang merupakan seorang wanita. “Semoga saja aku tidak ketahuan, selama aku masih bisa menutupi identitasku ini,” batin Amerta.

Kuda melaju dengan kencang Pangeran yang menunjukan arah jalan, jadi Amerta hanya mengikut pangeran saja, Amerta yang membonceng kuda dengan tubuh kecilnya tidak menjadi masalah dan pangeran sudah menganggap Amerta sebagai adik kecil sendiri.

Pangeran yang merasa iba dengan kondisi Amerta saat itu dan merasa kasihan akhirnya membawa Amerta untuk menemaninya ke Seberang apalagi karena pangeran menganggap Amerta seorang laki-laki dengan gaya penampilan Amerta yang memang menyamar menjadi laki-laki setelah insiden pembantaian keluarganya.

Sampai di tengah jalan mereka dihadang oleh segerombolan perampok yang memakai pakaian serba hitam.

“Turun berikan kuda kalian!” kata perampok sambil mengacungkan pedang ke arah pangeran.

“Kau tetap di sini biar aku yang menghadapi perampok itu,” kata pangeran menyuruh Amerta diam di atas kuda selama Pangeran melawan perampok.

Pangeran yang langsung mengeluarkan pedangnya dang melawan perampok yang menghadangnya, pertarungan terjadi diantara mereka, Pangeran melawan 5 orang perampok yang menghadangnya.

Pedang di tangan sudah siap melawan perampok tu pertarungan tidak bisa lag dihindari, seperti perintah dari pangeran Amerta pun tetap berada di atas kuda dan tidak berani turun dari sana menyaksikan Pangeran bertarung melawan Perampok.

Pangeran berhasil mengalahkan salah satu perampok dan membuatnya tidak berdaya di masih melawan empat perampok lagi yang masih saja menyerang pangeran. Amerta yang tidak tenang melihat pangeran menghadapi empat perampok yang masih mengepungnya tentu saja Amerta tidak tega melihat hal tersebut membuatnya ingin turun dan membantu Pangeran, tapi lagi-lagi Pangeran melarangnya saat mengetahui Amerta yang akan turun dari kuda.

“Aku bilang jangan turun dari kuda,” saat pangeran mengetahui Amerta akan turun dari kuda padahal ia sudah di serangannya.

Padahal Amerta tidak ingin melihat pangeran terluka melawan empat orang perampok yang masih menyerangnya, tapi pangeran tidak mau dibantu oleh Amerta yg masih kecil dan tidak bisa menggunakan ilmu beladiri. Maka dari itu di tidak mau Amerta turun dari kuda yang akan membahayakan nyawa Amerta.

Pangeran lebih memilih menghadapinya sendiri Amerta karena pangeran tahu jika Amerta tidak memiliki ilmu beladiri, maka dari itu pangeran masih berusaha mengalahkan mereka sendiri dn sekarang dari tempat perampok tersebut sudah kalah satu kini tinggal tiga orang lagi yang sedang melawan pangeran.

Pangeran tidak menyadari salah satu diantara mereka ada yang menangkap Amerta dari belakang dan mendekapnya. Amerta mencoba meronta melepaskan diri tapi tidak bisa perampok itu sudah terlanjur menangkapnya dan Amar tidak ia melakukan apa-apa.

“Hentikan serangan atau anak ini aku bunuh!” kata salah satu perampok yang berhasil menangkap Amerta yang saat itu pula pangeran pun menghentikan serangannya karena tidak ingin Amerta terluka.

Tapi dengan cepat Amerta menggigit tangan orang tersebut hingga membuat orang itu berteriak kesakitan dan melepaskan Amerta barulah Pangeran menyerang kembali perampok tersebut yang sudah berhasil dilumpuhkan.

Dengan keahlian yang Pangeran memiliki dia bisa dengan cepat mengalahkan para perampok dan Amerta bisa aman karan sudah barulah melepaskan diri sekarang Pangeran dengan cepat bisa mengalahkan para perampok tersebut. Setelah ke lima perampok itu tumbang Pangeran melanjutkan perjalannya.

“Kau tidak apa-apa?” tanya Pangeran pada Amerta yang tadi berhasil ditangkap oleh perampok tersebut.

Pangeran melihat tangan Amerta yang berlumuran darah, membuat dia khawatir akan keselamatan Amerta karena ia tadi sempat tertangkap.

Episodes
1 Kecelakaan Tragis
2 Perjalanan Yang Baru dimulai
3 Sikap Baik Pangeran
4 Dihadang Perampok
5 Luka Akibat Serangan
6 Senjata Untuk Melindungi Diri
7 Orang Asing Yang Menyebalkan
8 Bertemu Dengan Musuh
9 Kekhawatiran Pangeran Yang Berlebihan
10 Nasehat Pangeran
11 Perasaan Yang Tidak Asing
12 Bertemu Dengan Tahanan
13 Seorang Jenderal Yang Luar Biasa
14 Memberitahu Kabar Penting
15 Adik Kandung
16 Sudah Tewas
17 Cara Licik
18 Nama Baik Sang Ayah
19 Menyakinkan Sang Raja
20 Membujuk Raja
21 Rasa Penasaran
22 Kerjasama Yang Mustahil
23 Sampai Tujuan
24 Rahasia Amerta
25 Dewi Teratai
26 Murid Sang Dewi
27 Rasa Khawatir
28 Pertama Berlatih
29 Membela Diri
30 Saling Membalas
31 Mengakui Kesalahan
32 Mendapat Hukuman
33 Mencari Adik Yang Hilang
34 Paviliun Teratai
35 Melawan Musuh
36 Bertemu Dengan Sang Kakak
37 Turnamen Beladiri
38 Ingkar Janji
39 Bebas Dari Hukuman
40 Sakit Hati
41 Tidak Ikut Bertanding
42 Menyaksikan Turnamen
43 Menyaksikan Pertandingan
44 Rencan Kembali ke Kerajaan
45 Bertanding
46 Menyaksikan Pertandingan
47 Giliran Bertanding
48 Mengulur Waktu
49 Menang Pertandingan
50 Teman Lama
51 Pertemuan
52 Berlatih Pedagang
53 Jurus Pedang Bayangan
54 Jurus Pedang
55 Bertemu Teman Lama
56 Ingkar Janji
57 Kemenangan
58 Pertandingan Penentuan
59 Kepergian
60 Membuktikan Kebenaran
61 Rencana Sang Raja
62 Kerajaan Musuh
63 Masuk Istana Kerajaan
64 Keterlibatan Kerajaan
65 Kerjasama
66 Pembangunan Yang Diawasi
67 Rencana Pembangunan
68 Pengawalan Ketat
69 Rasa Kagum
70 Rencana Dibalik Pembangunan
71 Pemyelamatan
72 Negosiasi
73 Bertemu Sang Raja
74 Bantuan Dari Raja
75 Penolakan
76 Rencana Arya
77 Sebatas Kakak Beradik
78 Rasa Cemburu Yang Masih Ada
79 Tidak Pernah Akur
80 Pembalasan Secara Diam-diam
81 Pertarungan Yang Tidak Diinginkan
82 Kejadian Di Pasar Malam
83 Dihentikan Oleh Pengawal
84 Akhirnya Selesai
85 Penyerangan Secara Diam-diam
86 Sudah Tak Lagi Memiliki Perasaan
87 Kemarahan Ameta
88 Ajakan Untuk Kembali
89 Bersama Amerta
90 Kembali Pulang
91 Penginapan
92 Melanjutkan Perjalanan
93 Keputusan Untuk Tinggal
94 Hati Yang Membahagiakan
95 Kebahagiaan
Episodes

Updated 95 Episodes

1
Kecelakaan Tragis
2
Perjalanan Yang Baru dimulai
3
Sikap Baik Pangeran
4
Dihadang Perampok
5
Luka Akibat Serangan
6
Senjata Untuk Melindungi Diri
7
Orang Asing Yang Menyebalkan
8
Bertemu Dengan Musuh
9
Kekhawatiran Pangeran Yang Berlebihan
10
Nasehat Pangeran
11
Perasaan Yang Tidak Asing
12
Bertemu Dengan Tahanan
13
Seorang Jenderal Yang Luar Biasa
14
Memberitahu Kabar Penting
15
Adik Kandung
16
Sudah Tewas
17
Cara Licik
18
Nama Baik Sang Ayah
19
Menyakinkan Sang Raja
20
Membujuk Raja
21
Rasa Penasaran
22
Kerjasama Yang Mustahil
23
Sampai Tujuan
24
Rahasia Amerta
25
Dewi Teratai
26
Murid Sang Dewi
27
Rasa Khawatir
28
Pertama Berlatih
29
Membela Diri
30
Saling Membalas
31
Mengakui Kesalahan
32
Mendapat Hukuman
33
Mencari Adik Yang Hilang
34
Paviliun Teratai
35
Melawan Musuh
36
Bertemu Dengan Sang Kakak
37
Turnamen Beladiri
38
Ingkar Janji
39
Bebas Dari Hukuman
40
Sakit Hati
41
Tidak Ikut Bertanding
42
Menyaksikan Turnamen
43
Menyaksikan Pertandingan
44
Rencan Kembali ke Kerajaan
45
Bertanding
46
Menyaksikan Pertandingan
47
Giliran Bertanding
48
Mengulur Waktu
49
Menang Pertandingan
50
Teman Lama
51
Pertemuan
52
Berlatih Pedagang
53
Jurus Pedang Bayangan
54
Jurus Pedang
55
Bertemu Teman Lama
56
Ingkar Janji
57
Kemenangan
58
Pertandingan Penentuan
59
Kepergian
60
Membuktikan Kebenaran
61
Rencana Sang Raja
62
Kerajaan Musuh
63
Masuk Istana Kerajaan
64
Keterlibatan Kerajaan
65
Kerjasama
66
Pembangunan Yang Diawasi
67
Rencana Pembangunan
68
Pengawalan Ketat
69
Rasa Kagum
70
Rencana Dibalik Pembangunan
71
Pemyelamatan
72
Negosiasi
73
Bertemu Sang Raja
74
Bantuan Dari Raja
75
Penolakan
76
Rencana Arya
77
Sebatas Kakak Beradik
78
Rasa Cemburu Yang Masih Ada
79
Tidak Pernah Akur
80
Pembalasan Secara Diam-diam
81
Pertarungan Yang Tidak Diinginkan
82
Kejadian Di Pasar Malam
83
Dihentikan Oleh Pengawal
84
Akhirnya Selesai
85
Penyerangan Secara Diam-diam
86
Sudah Tak Lagi Memiliki Perasaan
87
Kemarahan Ameta
88
Ajakan Untuk Kembali
89
Bersama Amerta
90
Kembali Pulang
91
Penginapan
92
Melanjutkan Perjalanan
93
Keputusan Untuk Tinggal
94
Hati Yang Membahagiakan
95
Kebahagiaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!