5.) Sihir

Pagi hari telah tiba, membawa cahaya terang menyinari hari ini. Vina yang sudah bangun kini tengah menyiapkan sarapan untuk para penghuni rumah. Saat tengah berkutat dengan kompor, ia dikejutkan dengan suara yang memanggilnya dari belakang.

“Nyonya Vina, apa aku boleh membantumu?” Panggil Luan dari belakang. Ia berniat membantu Vina yang terlihat sibuk terhadap masakannya.

“Oh Luan ya, pagi juga bangunmu... kau tidak perlu sesopan itu, panggil saja aku Bibi.” Ujarnya meminta Luan untuk bersikap lebih akrab padanya.

“Baiklah Bibi, biarkan aku membantumu memasak.” Pinta Luan seperti tadi.

“Sudahlah tidak usah, kau bisa menunggu di meja makan.” Vina menolak bantuan Luan secara halus.

“Tapi aku merasa tidak enak, kalian terus menolongku. Jadi setidaknya biarkan aku sedikit membantu kalian.” Luan bersikeras agar bisa membantu Vina.

“Kalau begitu, tolong bantu aku membuat ini.”

Beberapa saat kemudian Ben keluar dari kamarnya sambil menguap. Saat penciumannya menangkan aroma yang sangat menggoda, ia pun berjalan ke dapur. Di sana ia melihat berbagai hidangan yang tampak seperti berkilauan. “Woah, ini semua terlihat enak. Apa kau yang membuat semua ini Vina?” Tanya Ben memandang Vina yang menggunakan celemek.

“Tidak mungkin, aku dibantu oleh Luan. Bahkan kalau dihitung, malah aku yang terlihat membantunya.” Ujar Vina memuji kemampuan memasak Luan.

“Tidak kok, kalau tidak ada Bibi mungkin aku tidak akan tahu nama bumbu-bumbu dapur tadi.” Syukurlah, dari bentuk dan baunya bumbu dapur yang ada di dunia ini tidak jauh berbeda dengan yang ada di bumi. Luan berencana untuk pergi dari rumah ini saat waktunya sudah tiba. Oleh karena itulah ia ingin belajar pengetahuan umum secepatnya.

Salah satunya ialah memasak. Luan tidak megetahui hewan atau tumbuhan apa yang bisa dimakan. Serta bumbu dapur yang ia dapatkan di dapur tadi tidak berbeda jauh dengan yang ada di bumi. Berkat mengikuti kursus masak selama beberapa tahun, penciuman Luan menjadi lebih tajam. Sehingga sedikit banyak ia bisa tahu bisa tahu komposisi yang tepat dalam sebuah masakan hanya dengan menciumnya.

Acara sarapan berlangsung sangat meriah. Sebagian berkat rasa masakan Luan yang terbilang luar biasa bagi lidah Ben dan Vina. Bahkan Ben sampai terharu dibuatnya. Selesai makan, Vina membereskan piring-piring di meja makan tanpa batuan mereka berdua.

“Move!” Ia mengucapkan sebuah kata dan seketika semua peralatan makan melayang dan berpindah ke tempat pencucian piring, menyisakan meja yang bersih. Pemandangan janggal tersebut jelas membuat Luan terkejut hingga matanya kesulitan untuk berkedip.

“Bi-bibi, ba-barusan... apa yang kau lakukan?” Tanyanya sambil menunjuk gelas yang baru saja tergeletak.

“Hmm? Apa baru kali ini kau melihat mantra penggerak benda?” Kini giliran Vina yang menatapnya heran.

“Mantra penggerak benda?”

“Ini adalah mantra sederhana yang mampu menggerakkan dan memindahkan benda-benda ringan dengan jarak yang terbatas. Meski tidak terlalu penting, tapi ini cukup berguna dalam kehidupan sehari-hari.” Jelas Vina menerangkan mantra yang baru saja ia lakukan.

Luan yang mendengarkan hanya bisa melongo menyaksikan hal tersebut. Ia berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi. setelah ia pikir-pikir juga, salah satu dari goblin itu mati tercabik-cabik dengan cara yang tak lazim. Mungkin saja itu disebabkan oleh hal yang sama.

“Apa jangan-jangan kau juga lupa dengan yang namanya sihir?” Tebak Ben melihat ekspresi Luan.

“Eh? Ya, begitulah.” Luan kembali teringat kalau ia saat ini masih dalam status hilang ingatan.

Ben dan Vina saling pandang sesaat sebelum tersenyum. “Kalau begitu, apa kau mau mencobanya setelah ini?” Ajak Vina.

...***...

Mereka bertiga kini tengah berkumpul di halaman belakang, di sana sudah terdapat bangku dan kursi untuk bersantai. Demi menjawab rasa penasaran Luan, Ben dan Vina akan memberitahunya terkait sihir. Mereka meletakkan dua buah bola kristal seukuran bola tenis di atas meja.

Luan bertanya-tanya dalam hati, untuk apa bola-bola kristal itu. “Pada dasarnya, sihir merupakan hasil konversi dari mana atau energi sihir yang diwujudkan kedalam bentuk lain.” Vina kemudian mencoba mempraktikkan dengan membuat sebuah api.

Mata Luan takjub melihat pemandangan luar biasa di hadapannya. Vina kembali menjelaskan kalau setiap orang memiliki atribut khusus masing-masing. Namun kita tetap bisa menggunakan semua mantra sihir seperti sihir api yang ditunjukkan oleh Vina. Hanya saja sihir yang dihasilkan lebih lemah daripada atribut milik kita sendiri.

“Dua bola kristal ini akan kita gunakan untuk mengukur kapasitas mana dan menunjukkan atribut sihir yang kau miliki.” Jelasnya menunjukkan dua bola kristal di hadapan mereka. Semakin dijelaskan rasa penasaran Luan semakin besar. Ia merasa agak berdebar menanti atribut dan jumlah mana yang ia miliki.

Vina meminta Luan untuk menaruh tangannya di salah satu kristal yang berfungsi untuk mengetahui kapasitas mana. Ia pun menurut dan meletakkan tangannya di situ. Terlihat kristal itu bersinar redup dengan warna biru cerah sebelum memunculkan sebuah bilangan.

“Sepuluh....”

Ben dan Vina menampilkan ekspresi yang sulit untuk dijelaskan. Luan sendiri bingung bagaimana mengartikannya, apakah ini dikarenakan jumlah mananya yang terlalu tak biasa? “Ada apa? Apa jumlah manaku terlalu sedikit?”

“Sejujurnya Luan bagaimana mengatakannya ya, jumlah manamu ini hampir sama seperti bayi yang baru lahir.” Ungkap Vina terhadap kapasitas mana Luan saat ini.

Dalam hati tentu saja Luan merasa kecewa, tapi ia masih bisa menerima semua itu. Menurutnya, itu adalah jumlah yang wajar bagi dirinya yang bahkan baru pertama kali mendengar kata sihir.

“Yah, itu semua masih bisa ditingkatkan dengan rajin berlatih. Bagaimana kalau sekarang kita coba melihat atribut sihirmu.” Ajak Ben mencoba mencairkan suasana.

Luan pun meletakkan tangannya ke kristal yang satu lagi. Sebelumnya Vina sudah memberitahukan kalau kristal yang satu ini akan menunjukkan atributnya dalam bentuk warna. Warna-warna yang ditampilkan merupakan wujud dari atribut sihir yang dimiliki.

Kemudian bola kristal akan berubah bentuk sesuai tipe sihir si pengguna. Misalnya saja warna yang ditampilkan adalah oranye membara dan diikuti dengan duri yang keluar dari kristal tersebut. Artinya orang itu spesialis sihir api tipe menyerang.

Bola kristal kembali mengeluarkan warna. Kali ini warna yang ditamilkan adalah hitam seperti langit malam. Dan muncul secerah cahaya di tengah kegelapan tersebut. Dahi Ben dan Vina mengkerut hebat menyaksikan hal itu.

“Ini....”

“Tidak mungkin....”

Luan merasa ada yang tidak beres dengan ekspresi mereka. Saat ia hendak menarik kembali tangannya, kristal yang ada di hadapannya seketika menghilang.

“A-apa aku melakukan kesalahan?” Tanya Luan gelagapan terhadap situasi saat ini.

Pertanyaan Luan membuat kesadaran mereka berdua kembali. Jari Vina menyentil tempat dimana kristal tadi berada dan seketika kristal tersebut kembali ada seperti semula. “Tidak, kau tidak melakukan kesalahan. Itu adalah bentuk proyeksi dari atribut sihirmu.”

Sayangnya Luan masih belum bisa tenang karenanya. Dilihat dari reaksi mereka berdua tadi, ia merasa kalau ada sesuatu yang buruk dari atribut sihirnya. “Jadi, apa atribut milikku?” Ia memutuskan tuk bertanya.

“Luan, dari warnanya sepertinya kau memiliki atribut sihir kegelapan. Dan dari reaksi bola kristal tadi, sepertinya kau adalah spesialis sihir ilusi.” Ucap Vina menjelaskan atribut sihir milik Luan. Tapi, cahaya kecil tadi apa? Batin Vina merasa ada yang aneh.

Luan sendiri masih bertanya-tanya, apakah ada yang salah dari pemilik sihir ilusi? Apakah itu hal yang tabu? Kenapa saat diperiksa mereka tadi sangat terkejut?

“Dari ekspresimu sepertinya kau belum mengerti, ya.” Kini giliran Ben yang angkat suara. “Dengar ya, permasalahannya bukanlah pada sihir ilusi milikmu, melainkan atribut kegelapan yang ada padamu.”

“Kau ingat apa yang kujelaskan kemarin malam tentang Benua Aftarika? Di sana merupakan tempat di mana para iblis disegel. Dan atribut kegelapan sangat identik dengan para iblis.” Vina melanjutkan.

Perasaan Luan semakin tidak enak. Ia menelan ludah gugup saat mengikuti arah pembicaraan ini. “Luan, kau sebenarnya siapa?” Tanya Ben menginterogasi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!