2.) Dunia Asing

Saat sebuah cahaya bagaikan pilar muncul di suatu tempat yang sangat jauh dari bumi. Beberapa orang menyadari kalau itu bukanlah cahaya biasa. Dalam cahaya tersebut, terdapat sebuah gejolak ruang yang sangat jarang terjadi. Dan hal itu tidak hanya berdampak pada daerah di sekitarnya. Namun juga pada tempat lain di seluruh dunia.

Langit tiba - tiba menjadi mendung disertai guntur. Bahkan beberapa tempat ada yang mengalami badai. Di suatu kerajaan terdekat...

"Lapor komandan! sepertinya badai di tempat ini bukan hal yang wajar." Lapor seorang prajurit kepada atasannya.

"Sudah kuduga, apakah ini merupakan suatu pertanda buruk." Gumam komandan tersebut.

Di sebuah tempat ibadah, salah seorang pemimpin agama sedang memandang langit disertai beberapa pengikutnya.

"Wahai dewa... tolong berikan berkahmu..." Ucap pemimpin agama tersebut.

"Tuan Odigos, apa yang sebenarnya sedang terjadi?" Tanya salah seorang pengikutnya.

"Sepertinya, dunia akan mengalami gejolak besar yang akan menjadi bencana besar. Yang bisa kita lakukan, hanyalah berdoa. Maukah kalian melakukannya bersamaku?" Ajak Odigos tersebut.

""Baik"" Jawab semua pengikutnya.

"Oh, wahai dewa... berikanlah berkahmu demi keselamatan dunia ini."

Seorang ratu yang sedang berdiri di beranda istana, mengamati anomali cuaca di depannya. Ia memandang jauh sambil mengingat kenangan buruk yang sudah lama terjadi.

"Sudah waktunya, ya?"

Tanpa orang - orang sadari, pilar cahaya yang bersinar tinggi, serta anomali cuaca yang tak biasa tersebut merupakan sebuah pertanda yang akan menjadi takdir bagi dunia ini. Semua keanehan tersebut hanya terjadi dalam semalam. Dan di tengah kekacauan itu, seorang laki - laki berambut hitam muncul bersamaan dengan hilangnya cahaya tersebut.

...***...

Di kedalaman hutan yang cukup lebat, ada seorang pemuda yang tergeletak ta sadarkan diri di dekat kaki bukit. Sinar matahari yang menyusup melalui dedaunan serta bunyi kicauan burung berhasil mengusik kedamaian pemuda tersebut. Ia membuka matanya perlahan sembari mengumpulkan kesadarannya kembali.

Pemuda tersebut ialah Luan, seorang siswa sekolah tingkat atas tahun kedua yang dengan sialnya tersesat saat berkemah dan terjatuh dari atas tebing. Ia mengambil posisi duduk kemudian mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

“Dimana aku...??” Ucapnya yang merasa asing dengan tempat ia berada sekarang.

Kalau tidak salah, aku sedang dalam perjalanan berkemah... kemudian terjatuh... lalu ada gua.... Ia mengingat kembali kejadian sebelum ia tak sadarkan diri. Ketika ia menemukan sebuah ukiran di dalam gua kemudian terjatuh ke dalam sebuah cahaya yang berasal dari ukiran tersebut.

*Tapi kenapa aku ada di tengah hutan? Apa mungkin itu semua hanyalah mimpi*? Mengingat kejadian yang sangat tidak masuk akal tersebut, tidak heran Luan mengira hal itu adalah mimpi. Terlebih ia kini berada di sebuah kaki bukit, sehingga ia berspekulasi bahwa setelah jatuh dari tebing tersebut ia pingsan tak sadarkan diri.

Ia melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul delapan pagi. “Gawat!!! Aku sudah pingsan selama satu hari, aku harus segera kembali atau aku akan menyusahkan semua orang.” Luan segera berdiri dan langsung bergegas menuju lokasi perkemahannya. Namun, ia merasakan ada yang aneh pada tubuhnya ketika ia bangun.

“Tunggu dulu....” Luan mencoba menggerakkan tangan dan kakinya serta beberapa gerakan lainnya untuk memastikan sesuatu. “Kenapa tubuhku terasa sehat? Sangat sehat malah... bukannya waktu itu aku terluka cukup banyak? Bahkan jaketku saja sobek.”

Luan merasa aneh dengan hal itu semua. Tapi hal itu biar ia urus nanti, sekarang yang penting adalah mencapai lokasi perkemahan dengan cepat dan selamat. Ia dengan cepat mengambil sebuah baju dari ranselnya dan memakainya. Kemudian berlari dengan kekuatan penuh.

Ia terus berlari menaiki lereng bukit yang bisa terbilang cukup landai. Wajahnya menjadi cerah ketika melihat sebuah tempat yang mirip seperti jalan setapak. Ia dengan semangat menuju tempat tersebut.

“Akhirnya sampai... hah... hah... sekarang tinggal jalan lurus kemudian aku bisa sampai ke lokasi dengan aman.” Napasnya terengah-engah ketika mencapai tempat tersebut. Namun raut wajah senangnya memburuk ketika melihat sebuah pemandangan yang ada di depannya.

“Ini... bohong, kan?” Yang ada di depannya bukanlah daerah perkotaan yang seharusnya terlihat dari bukit ini. Melainkan sebuah hamparan hutan yang sangat luas. Bukan hanya itu, hal janggal lain yang ia lihat ialah adanya beberapa tanah yang mirip sebuah pulau melayang di udara.

“Dimana sebenarnya aku...?!!” Ucapnya yang merasa panik setelah melihat hal yang sangat tak masuk akal di depannya.

“Tidak... tenanglah dulu diriku, mari kita berpikir sejenak.”

Awalnya aku terjatuh dari tebing, seingatku aku terjatuh lagi dan menemukan gua, kemudian terjatuh lagi ke dalam sebuah ukiran lantai yang aneh. Tapi aku terbangun di tengah hutan, awalnya aku berpikir bahwa kejadian ketika aku memasuki gua adalah mimpi. Itu berarti ada dua kemungkinan, yang pertama adalah...

“Aku masih tertidur dan belum sadar, sehingga semua yang kulihat mulai dari aku memasuki gua hingga sekarang adalah mimpi. Tidak salah lagi, lagipula saat itu aku masih terluka dan tidak mungkin bisa sembuh secepat ini tanpa bekas.”

Tapi dalam hati Luan masih terdapat keraguan. Untuk membuktikan dugaannya, ia berpindah ke tempat lain. “Banyak orang yang sering bangun setelah mereka jatuh dalam mimpinya, aku juga pernah mengalaminya.”

Ia berjalan ke pinggiran tebing untuk mencoba teori tersebut. Untuk berjaga-jaga, ia memilih tempat agar bisa terjatuh dengan aman. “Baiklah, ini dia saatnya dirimu bangun Luan.” Setelah batinnya siap, ia langsung menjatuhkan diri tanpa ragu sedikit pun.

Ia terjatuh dengan posisi yang sama ketika ia jatuh dari bukit perkemahan dulu. Tubuhnya terus terjatuh berguling - guling dan terperosok hingga tiba di kaki bukit. Setelah berhenti dengan selamat, Luan membuka matanya berharap ia berada di tempat yang berbeda.

Tapi...

“Aku belum bangun? Apa mungkin kepalaku terbentur sesuatu yang cukup keras sehingga butuh waktu untuk sadar?” Luan menghela napas karena masih belum bisa memahami situasi yang kini ia alami. Padahal dari lubuk hatinya yang terdalam ia sudah tahu tentang kenyataan yang dialaminya.

“Sebaiknya aku menunggu saja sampai aku benar-benar bangun. Mau pergi juga aku kurang tahu tempat apa yang kuimpikan sekarang.”

Seraya menunggu ia duduk bersila sambil mengobati luka-lukanya dan memakan camilan yang ia bawa. Kalau bisa aku tidak ingin mempercayai kemungkinan kedua. Batinnya sambil memakan keripik kentang di tengah hutan.

Beberapa saat kemudian....

Luan masih diam di sana sambil mengisi buku teka-teki silang yang ia bawa. “Salah satu hewan langka sembilan kotak diawali huruf E....”

Beberapa saat lagi setelahnya....

“Hmm... bagus!! Akhirnya selesai, kau hari ini juga cantik sekali Rem-chan.” Ucapnya memuji hasil sketsa dari salah satu karakter animasi favoritnya yang ia lukis.

Dan setelah beberapa lama lagi kemudian....

Luan kini duduk bersila dengan muka yang tertekuk. Ia menyilangkan tangannya di dada dan menghela napas. “Huhh... bosan juga menunggu mimpi ini berakhir.” Setelah beberapa hal yang ia lakukan tadi, Luan mulai merasa bosan. “Memang terkadang mimpi itu bisa sangat lama dan sangat sebentar, jadi aku harus sabar menunggu.”

Srekk... srekk...

“?!!”

Sebuah bunyi semak-semak yang ia dengar membuatnya terjaga. Ia menoleh ke arah bunyi itu berasal. Sebisa mungkin ia tetap tenang dan fokus, karena ia tidak tahu apa yang akan ia temukan di tengah hutan belantara ini.

Ia mendekat secara perlahan untuk memastikan suara apa yang ia dengar tadi. ‘

Semoga saja bukan beruang. Kalaupun ini memang benar-benar dunia mimpi, Luan tetap tidak mau mengambil resiko.

Syuu... sleb!

“Aaarrggghh!!!”

Sebuah anak panah melesat dan menancap di lengan kiri Luan. Ia benar-benar merasa kesakitan, hal itu itu nyata dan bukanlah ilusi atau semacamnya. Sial, ini sakit sekali... Di dunia mimpi... rasa sakit seperti ini... tidak mungkin ada.

Ia melihat ke sekelilingnya, ada banyak sekali makhluk kerdil buruk rupa menjijikkan yang bentuknya mirip manusia. Yang ia herankan adalah kenyataan bahwa mereka membawa berbagai senjata tajam dan bisa menggunakannya.

“Makhluk apa-apaan mereka?!” Tubuh Luan gemetar ketakutan melihat makhluk itu. Terlebih setelah merasakan sakit yang luar biasa. Jika ini bukan mimpi, ia pasti akan mati sungguhan. Mereka tersenyum dengan menjijikkan seolah menertawakan Luan yang tak berdaya melawan mereka.

“!!!”

Tubuh Luan mendadak lemas dan kesakitan. Ia melirik bahunya yang masih tertancap anak panah. Disana mengalir sebuah cairan berwarna hijau pucat. Apa ini?? Racun?! Tubuhnya kehilangan keseimbangan untuk terus berdiri sehingga ia jatuh tersungkur. Rasa sakit semakin terasa di tubuhnya, matanya semakin sulit untuk mempertahankan kesadaran.

Salah satu dari mereka melompat hendak menebasnya, namun Luan hanya bisa pasrah membiarkannya. Perlahan ia menutup matanya, hingga sebuah teriakan terdengar.

“41r bl4d3....!!”

Secara megejutkan makhluk kerdil yang hendak menyerangnya tiba-tiba terpotong menjadi beberapa bagian. Seseorang muncul dan menolongnya dari makhluk itu. “Sia...pa?” tak kuasa menahan kesadarannya lebih lama, Luan pun akhirnya pingsan di tempat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!