Episode 2

"Hallo, Aletha? Kenapa tidak dibalas?" Ia kembali mengirim pesan.

Bodohnya aku yang malah melamun, saat membaca pesan darinya pada pertanyaan yang sebelumnya.

"Biar aku tebak. Kau pasti sedang salah tingkah saat ini, atau mungkin kau tidak tahu cara mendeskripsikan keinginanmu sendiri?" Ia menambahkan pesannya.

'Hey, orang ini ajaib sekali.'

Aku merasa terkejut, saat ia dapat menebak dengan jelas bahwa aku sedang salah tingkah. Mungkin juga ia benar, aku tidak bisa mendeskripsikan apa yang kusukai.

Tak ingin membuatnya menunggu lama, aku memutuskan untuk asal menjawab pesannya.

"Ehem. Begini, aku tidak tahu apa yang kusukai. Aku hanya suka melakukan apa yang kusukai, untuk diriku sendiri." Balasku untuk pesannya.

"Sangat menarik. Aku juga menyukai hal itu. Tapi, yang sedang kutanyakan adalah jika seseorang ingin membahagiakanmu dengan sesuatu yang bisa dilakukan. Kau berharap dia melakukan hal apa dan memberikanmu apa?" Balasnya dengan sangat cepat.

'Payah, lagi-lagi aku dibuat salah tingkah dengan perkataannya.'

'Baiklah, aku akan meninggikan keinginanku agar ia berhenti membuatku salah tingkah.'

"Jika itu adalah kekasihku, aku hanya ingin ia tidak menyakitiku, tidak membuatku kecewa dan tidak berselingkuh. Jika itu adalah sahabatku, aku hanya ingin ia tidak mengkhianatiku apalagi berniat merebut kekasihku. Jika ia adalah temanku, aku hanya ingin dia menjadi teman yang baik untukku." Balasku.

"Baiklah aku mengerti sekarang. Kalau dari barang, apa yang kau inginkan?" Balasnya.

"Barang ya?" Tanyaku.

"Ya." Sahutnya.

"Kalau dari sebuah barang, aku tidak terlalu berharap diberikan apapun. Karena aku tidak menyukai sesuatu dengan tetap, terlebih lagi aku suka membelinya menggunakan uangku sendiri. Kau tahu? Karena aku tidak suka, hanya karena orang lain membelikanku sesuatu itu akan diungkit di kemudian hari. Hal itu akan sangat amat, membosankan sekali."

"Aneh, kukira saat kau memberitahuku tentang apa yang disukai wanita. Kau mendeskripsikan balasan sesuai dengan keinginan yang sejatinya terpendam dalam benakmu, ternyata sangat berbeda dari jawaban yang baru saja kau katakan." Balasnya yang terlihat jelas merasa sangat heran.

"Hahaha.. Aku melihat jawaban itu dari Google, karena sejujurnya aku tidak tahu apa yang disukai wanita." Jawabku dengan jujur kepadanya.

"Kampret, rupanya kau memanipulasi jawaban. Sangat sulit ditebak."

"Oh ya, dari jawaban tentang dirimu itu. Aku merasa jika kau tidak pernah diperlakukan seperti yang kau bicarakan itu oleh kekasih, sahabat atau temanmu. Apakah aku benar?" Balasnya yang kembali mengajukan pertanyaan, kepadaku.

Saat membaca pesan darinya itu, membuat hatiku merasa sedikit sesak. Aku tidak menyadari, jika ternyata aku memberitahu orang lain tentang apa yang kurasakan secara tidak langsung.

Rasanya sangat tidak pantas hal itu diketahui oleh orang lain, mungkin lebih baik kuakhiri saja percakapan ini. Daripada aku semakin jauh mengatakan hal-hal yang tidak semestinya kukatakan.

"Ini sudah cukup larut malam, aku akan tidur lebih awal." Balasku

"Ternyata kau lari dariku dirimu sendiri. Apa kau percaya, bahkan aku bisa merasakannya hanya dari kalimat yang kau tuliskan. Katakanlah, agar hatimu merasa sedikit lega. Kalau kau pendam sendiri, itu akan menjadi hal yang menyakitkan untukmu." Balasnya.

Ternyata ia sangat menyadari, jika aku benar-benar ingin lari darinya dan diriku sendiri.

Ah rasanya sangat sesak. Bahkan yang peduli denganku saat ini, adalah orang asing yang tidak kukenal sama sekali. Memang benar, aku sangat ingin menceritakan kekecewaan ini kepada orang lain. Namun kepada siapa? Sedangkan, dalang dari kekecewaanku ini adalah sahabat dan kekasihku yang sebelumnya itu.

Apa aku harus bercerita kepada anggota keluargaku? Itu tidak mungkin kulakukan, aku tidak ingin terlihat lemah di depan mereka. Kalau aku terlihat lemah hanya karena kekecewaan sepele seperti ini, bagaimana aku bisa menyemangati seluruh anggota keluargaku? Terutama, memberikan contoh sebagai seorang wanita yang kuat untuk adik-adik perempuanku.

"Aku tahu kau membaca pesanku, aku juga tahu kau merasa jika aku tidak pantas mengetahuinya. Aku mengerti itu, aku tidak akan memaksamu sampai kau siap menceritakannya." Ia kembali mengirimkan pesan kepadaku.

Aku merasa orang ini cukup asik untuk diajak berbincang, anehnya aku juga tidak merasa canggung untuk berbalas pesan dengannya. Biasanya, aku akan sangat amat berhati-hati saat membalas pesan dari orang yang tidak kukenal.

Namun kali ini berbeda, entah memang aku yang hanya sedang merasa kesepian atau Kray yang memiliki daya tarik tinggi untuk diriku.

"Ya, kau benar. Aku memang memiliki beberapa cerita, yang tidak ingin kuceritakan. Bisakah kita tidak membahas hal itu?" Balasku.

"Terima kasih karena kau sudah jujur, aku tidak akan bertanya lagi sampai kau siap menceritakannya. Baiklah kita bahas hal yang lain saja."

"Terima kasih." Balasku. Aku merasa lega, karena ia tidak memaksaku menceritakannya.

"Oh ya, ngomong-ngomong kau tinggal di mana?“ Tanyanya.

"Di rumah." Balasku.

"Sial, kau sangat lucu. Tapi aku bertanya dengan serius, Bambang." Balasnya.

Aku berpikir sejenak, apakah ada yang salah dari jawabanku itu? Di situasi ini, aku yang bodoh atau dia yang tidak mengerti? Dia malah tertawa membaca balasanku itu, bahkan mengubah namaku dengan panggilan nama orang lain. Yaitu, Bambang.

'Sial, Bambang adalah tukang bakso dekat rumahku.' Gumamku.

"Ya memang kenyataannya seperti itu, lho. Saat ini aku tinggal di rumah."

"Bukan itu maksudku. Maksudku adalah di daerah mana?"

"Oh, itu. Aku tinggal di kota A."

"Lumayan jauh ya. Kalau aku, tinggal di kota C." Balasnya.

Aku merasa heran, ia memberitahu tanpa aku bertanya. Bahkan, aku tidak pernah berpikir untuk menanyakannya.

"Tapi, aku tidak ingin tahu kau tinggal di daerah mana." Balasku.

"Sial, aku skakmat." Ujarnya.

"Saat ini apa aktivitasmu? Sekolah atau bekerja?" Kembali ia ingin tahu tentangku.

Ah aku sedikit bingung cara menjelaskannya, aku sudah tidak bersekolah umum ataupun bekerja. Aku hanya diam di rumah, melamun sebagai seorang yang berstatus tidak jelas saat ini.

Terkadang aku hanya mengambil tawaran pekerjaan sebagai pekerja lepas, dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Hanya itu saja yang kulakukan, untuk membantu pemasukanku sendiri.

Bukan anak sekolahan dan bukan seorang pekerja tetap. Aku tidak tahu mau jawab apa saat itu. Tapi, aku merasa itu tidak ada hubungan dengannya.

Lagi pula, aku sedang menunggu jadwal ujian sekolah paket C yang akan dilaksanakan beberapa bulan lagi. Dengan begitu, aku akan mendapatkan ijazah yang setara SMK/SMA setelah ujian selesai. Agar aku dapat lebih mudah mencari sebuah pekerjaan berstatus pekerja tetap.

"Aku tidak melakukan keduanya saat ini, aku menempuh sekolah instan dan saat ini aku belum memiliki ijazah untuk melamar sebuah pekerjaan yang berstatus tetap." Balasku.

"Oh begitu, jadi kau sedang menunggu ujian paket C untuk ijazah SMA ya? Tidak apa, sabarlah dulu. Kau bisa mencari pekerjaan setelah kau mendapatkan ijazah." Balasnya yang menyemangatiku.

"Ya begitulah. Bagaimana denganmu?" Balasku, aku mulai merasa penasaran kepada dirinya.

"Saat ini aku sedang bekerja di salah satu perusahaan transportasi umum milik negara." Jawabnya.

"Itu bagus, semangatlah."

"Ya, tapi apa kau tau? Beberapa rekan kerjaku sangat menakutkan dan sering menindasku."

"Tenanglah, mungkin mereka hanya iri. Kau tidak perlu menghiraukannya, fokus saja pada pekerjaanmu dan fokus saja dengan tujuanmu. Dengan begitu, kau tidak akan memikirkan hal yang tidak penting." Balasku yang menyemangatinya.

"Kau benar, kau berpikiran sangat dewasa. Aku merasa nyaman dan jauh lebih tenang, saat kau berkata begitu." Balasnya.

Aku dan Kray terus berbincang lewat pesan singkat, isi pembahasan itu semakin seru. Kami bercanda dan tertawa hanya dengan berbalas, ini cukup gila. Tapi ini sangat menyenangkan, ia benar-benar menghiburku hanya dalam waktu beberapa jam.

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul dua pagi, saat itu Ibuku tidak sengaja terbangun dan melihatku masih tertawa sendiri memandang layar ponselku.

"Aletha, ini sudah pukul dua pagi. Tidurlah, kau akan sakit jika setiap hari kau selalu bergadang." Ujar Ibuku.

...<-------------------------------->...

...*Pesan Author untuk pembaca setia*...

..."Hai Reader's. Mohon maaf apabila novel author ini banyak kesalahan dalam penulisan dan mungkin membosankan untuk dibaca, author masih dalam pembelajaran untuk penulisan novel. Terimakasih atas dukungannya. Dukungan dari kalian sangat berharga bagi author, author sangat membutuhkan kritik dan saran dari kalian. Agar author dapat mengembangkan sebuah karya novel menjadi lebih baik lagi"...

...Note : Plagiarisme melanggar Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta sudah mengaturnya secara jelas....

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

Gak salah aleta bales gini,, kraynya terlalu bloon

2022-08-04

11

NAYALINSA

NAYALINSA

hehe terimakasih

2022-07-27

11

maudy

maudy

thor kampret lucu bgt jawaban si Aletha 🤣

2022-07-27

11

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!