Bab 3

Di dalam restoran begitu Jose memesan makanan mereka. Ia izin kepada Bagas dan Argana ke dalam kamar mandi, namun saat berjalan, ia tidak sengaja menabrak seseorang membuat wanita itu hampir saja terjungkal kebelakang kalau saja tangan kanan Jose tidak segera menahan tubuhnya.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Jose membantunya berdiri tegak.

"Akhh.. Aku baik-baik saja. Terima kasih, tadi itu aku lagi buru-buru sampai tidak melihat kamu berjalan di hadapan ku. Maaf".

"Ah tidak apa-apa" senyum Jose membuat wanita itu seketika pangling dengan senyuman Jose yang begitu menggodanya. "Saya permisi dulu".

"A-ahh.. Iya" angguknya tampa ia sadari dari kejauhan sana Bagas tengah menatapnya dengan tatapan tidak suka.

"Ais.. Dasar wanita jaman sekarang. Apa dia tidak melihat kalau saja papa sudah tua, pastinya dia sudah menikah" kesal Bagas menatap tajam kearah wanita tersebut.

Lalu Argana melihat Bagas menghampiri wanita itu, "Kamu mau kemana?".

"Permisi!" ucap Bagas kepadanya.

Ia kemudian menatap Bagas dari atas sampai bawah dengan kening mengerut, "Kamu siapa? kamu mengenal saya?" tanyanya.

"Tidak, saya tidak mengenal anda. Saya hanya tidak suka kalau anda menganggu papa saya".

Wanita tersebut pun semakin kebingungan mendengar Jawaban Bagas.

"Maaf ya dek. Sepertinya kamu salah orang deh. Permisi" ia langsung pergi dari hadapan Bagas membuat Bagas semakin kesal kepada wanita itu.

Tidak lama kemudian Jose keluar dari dalam kamar mandi, ia melihat Bagas berdiri ditempat yang tadi. "Kenapa kamu disini Bagas?".

"Tidak pa" geleng Bagas melangkah ke tempat duduknya kembali. Lalu Argana tersenyum, "Aku tidak suka melihat wanita lain mendekatinya".

"Aku tau itu" balas Argana.

Setelah itu pesanan mereka tiba, dengan senyum mengembang diwajah Argana dan Bagas. Mereka segera menikmati makanan tersebut.

_

_

Sepulang dari restoran, Argana menyempatkan diri singgah di rumah keluarga besar Davison. Disana ia melihat Kirana bersama dengan Dilan dan juga putra adiknya Reysa tengah menikmati secangkir kopi hangat di taman depan.

"Pa.. Itu bukankah bang Argana?" tunjuk Brian adiknya Reysa.

"Dimana?" tanya Kirana.

"Disana pa" Jawabnya melihat Argana berjalan kearah mereka. "Oo.. Hallo bang Argana" ia melambaikan tangan.

"Hallo!" balas Argana.

Kemudian Dilan melihatnya dari atas sampai bawah, "Apa yang membawa mu datang kemari?" tanyanya.

"Tidak, grandma yang menyuruh ku datang kemari paman" jawab Argana. "Kalau gitu aku masuk dulu" namun Kirana langsung menahannya, ia lalu menyuruh Argana menyeruput segelas teh hangatnya sebelum ia masuk menemui Isabella.

"Kamu mau cemilan ini?".

"Tidak bibi. Terima kasih".

"Argana!" Dilan meletakkan gelas kopinya. "Apa kamu masih memiliki hubungan dengan Reysa?".

"Kenapa paman bertanya seperti itu?" Argana terlihat bingung. "Sejak Reysa pergi meninggalkan Indonesia aku tidak pernah memiliki hubungan lagi dengan dia".

"Benarkah?".

"Iya paman".

"Bagus kalau gitu. Kamu boleh pergi".

Argana pun segera pergi meninggalkan mereka dengan tangan mengepal. Di dalam dapur, ia melihat Isabella tengah menyiapkan sebuah hidangan mewah di atas meja.

"Grandma" panggilnya.

"Kamu sudah datang?" Isabella tersenyum. "Ayo duduk, grandma sudah menyediakan menu spesial untuk mu. Kamu pasti sudah sangat lapar".

Argana lalu mendudukkan diri, ia tersenyum melihat menu yang berada dihadapannya itu begitu sangat enak.

"Terima kasih grandma sudah mau repot-repot membuatkan makanan ini untuk ku".

"Mmmm.. Ayo dimakan".

"Iya grandma" dengan cukup lahap Argana segera menikmati makanan tersebut meskipun ia sudah merasa sangat kenyang dikarenakan ia sudah makan bersama dengan Jose dan Bagas.

"Bagaimana? apa rasanya enak?".

"Masakan grandma tidak pernah gagal. Aku menyukainya" Argana menunjuk jempolnya.

"Syukurlah kalau kamu suka. Argana harus menghabiskannya".

"Siap grandma".

_

_

_

Diatas balkon seorang wanita cantik dengan rambut tergerai menatap ke arah perkotaan yang begitu padat dengan raut wajah termenung seorang diri sembari tatapan kosong.

Angin pun berhembus sampai menusuk pori-pori kulitnya membuat wanita tersebut merasa kedinginan disertai rambut panjangnya yang mengenai wajahnya.

"Argana, aku merindukan mu! Tidak kah kamu merindukan ku?" Reysa menarik nafas panjang. Ia menatap keatas langit, "Apa yang sedang kamu lakukan disana Argana? aku benar-benar sangat merindukan mu".

Kemudian Reysa melirik layar ponselnya, ia menatap wallpaper miliknya dengan senyum tipis. "Aku tau kamu pasti kecewa Arga. Maafkan aku karena harus pergi begitu saja tanpa memberitahu mu".

DDDRRRTTTT... DDDRRRTTTT...

"Iya Brian!".

"Hallo kak Reysa!" senyum Brian diseberang sana.

"Mmmm.. Kenapa Brian?" balas Reysa seperti biasa meskipun kelakuan kedua orang tuanya itu terhadap ia dan Brian sangat jauh berbeda bagaikan langit dan bumi. Reysa yang tetap kakak kandung Brian, ia selalu memperlakukan sang adik dengan sangat baik.

"Aku merindukan kak Reysa. Apa kak Reysa tidak merindukan ku?".

"Kakak juga merindukan Brian. Kamu baik-baik saja disana?".

"Mmmm.. Brian baik-baik saja kak".

"Lalu bagaimana dengan papa dan mama? apa mereka baik-baik saja? kakak sangat merindukan kalian Brian. Kakak titip salam ya sama grandma Isabella".

"Iya kk. Nanti Brian akan menyampaikan pesan kakak. Oh iya kak, tadi bang Argana kemari".

"Apa?".

"Bang Argana kemari. Papa sempat mengajukan pertanyaan dengannya, tapi aku tidak usah memberi tahu kak Reysa".

"Papa bilang apa Brian?" meskipun Reysa sudah tau apa yang telah Dilan ucapkan kepada Argana. Reysa tetap penasaran dan ingin langsung mendengar dari sang adik.

"Papa bilang kalau bang Argana tidak boleh menghubungi kakak lagi, kalau itu sampai terjadi papa akan marah besar dan kak Reysa selamanya tidak boleh balik ke Indonesia lagi".

"Apa? papa bilang kaya gitu?".

"Iya kak. Tapi bang Argana hanya bisa pasrah tampa berkata apa-apa lagi. Kakak baik-baik saja? Sepertinya kak Reysa harus benar-benar melupakan bang Argana. Papa sama mama sangat menentang hubungan kalian berdua dan paman Lucas juga tidak menyetujui hubungan ini".

Reysa kemudian menghela nafas berat, ia lalu mematikan ponselnya menatap kearah perkotaan padat itu kembali.

"Kenapa harus seperti itu? Apa salah ku harus mencintai Argana? Dan apa salah Argana mencintai ku? Aku tidak habis pikir dengan cara pikir kedua orang tua ku. Mereka benar-benar egois dan hanya mementingkan ego mereka sendiri" dengan air mata mengalir, Reysa langsung menyekanya.

Setelah itu ia masuk kedalam kamar. Menjatuhkan tubuhnya diatas tempat tidur, sambil menatap keatas langit-langit kamarnya. Seraya mencoba secara perlahan-lahan menutup kedua bola matanya, namun bukannya berhasil tertidur. Pikirannya masih tertuju kepada Argana dan kedua orang tuanya.

"Hhhmmsss.. Ayolah. Besok ada pekerjaan yang harus kamu selesaikan Reysa, kamu harus tertidur".

Dan lagi-lagi kedua bola mata itu tak kunjung-kunjung tertutup.

"Lalu aku harus bagaimana? Apa yang harus aku lakukan hiks..hiks..." hingga pada akhirnya Reysa menangis di bawah selimut tebalnya.

Terpopuler

Comments

Wenny Prakoso

Wenny Prakoso

semangat thor

2022-11-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!