Bab 2

Sekeluarnya Reza dari dalam kelas. Bagas kemudian mendekati Argana, "Sedang apa kamu Arga?".

"Kenapa?".

"Tidak, aku hanya ingin mengajak mu keluar. Ayo!".

"Mmmmm" gumam Argana menyambar tasnya.

Lalu Nita mendekati kedua orang itu, "Kalian mau kemana? bolehkah aku ikut bergabung mmm?".

Bagas lalu tertawa kecil, "Nita, kami ini laki-laki. Kenapa kamu tidak mencari teman mu wanita?" kemudian Bagas memanggil salah satu dikelas itu. "Septia.. Kamu mau kemana?".

"Ke perpustakaan. Ada apa Bagas?".

"Nita ingin ikut bersama dengan mu. Bisakah kamu membawanya pergi bersama mu?".

Septia lalu melihat kearah Nita, "Ayo!" ajaknya.

Namun bukannya mau, Nita malah menolaknya sambil berkata terimakasih atas tawarannya karena ia tidak ingin ke perpustakaan.

"Kalau gitu aku pergi dulu" ucap Septia pergi dari sana.

Sedangkan Argana yang ingin segera keluar dari dalam kelas itu, ia pun memilih langsung keluar dari dalam kelas mereka tampa perduli dengan Nita yang akan mengikuti mereka atau tidak.

"Yah.. Tunggu aku Argana" Bagas berlari mengejarnya sambil melirik kearah Nita yang sedang menatap mereka dengan tatapan kecewa. "Kasihan juga".

"Apa?".

"Nita" jawabnya.

.

Di dalam kantin belakang, Argana dan Bagas menikmati makan siang bersama dan seperti biasa mereka menikmati mie ayam.

"Oh iya Arga. Apa sampai sekarang Reysa belum pernah menghubungi mu?".

"Jangan membahasnya. Aku tidak ingin membicarakan dia".

"Kenapa? kamu benar-benar marah kepadanya? seharusnya kamu mengerti dia Argana dan alasan dia pergi meninggalkan kamu".

"Hentikan Bagas. Harus berapa kali lagi aku memberitahu mu kalau aku tidak ingin membicarakan dia?" Argana meletakkan sendok garpu ya. Ia menatap Bagas, "Aku tidak ingin lagi kamu menyebut nama itu dihadapan ku Bagas. Berhentilah mulai dari sekarang".

"Tidak usah membohongi ku Arga. Aku tahu kamu sangat kecewa kepadanya. Tapi cobalah untuk bertahan menunggu dia sampai pulang ke Indonesia. Setelah itu kamu bertanya alasan Reysa pergi meninggalkan kamu".

"Aku sudah selesai Bagas" Argana bangkit berdiri. Ia berjalan kearah si pemilik kantin, lalu meminta sebungkus rokok dan juga alat pemantik.

"Kamu mau kemana?".

Bukannya menjawab Bagas, Argana pergi begitu saja menuju taman belakang. Disana ia melihat sebuah kursi panjang, lalu mendudukkan diri diatas kursi tersebut sembari mengeluarkan sebatang rokoknya.

"Yah.. Kenapa kamu meninggalkan aku? Aku juga mau, tolong berikan untuk ku juga" pinta Bagas mengeluarkan tangannya dihadapan Argana. "Maaf. Aku bukan bermaksud menyinggung perasaan mu".

"Mmmmm" balas Argana.

Kemudian Reza yang berada di kejauhan melihat kedua orang itu. Ia berjalan mendekati mereka.

"Hhrrmmm.. Apa yang sedang kalian lakukan?" tanya Reza.

Seketika Argana dan Reza membuang puntung rokoknya.

"Iya pak. Ada apa?" Argana melirik kearah Bagas yang ikutan menunduk seperti dirinya. Lalu melihat bungkus rokoknya yang masih berada diatas kursi membuat Argana pada akhirnya mengangkat kepala. "Maaf pak".

Reza pun tersenyum, "Sejak kapan kamu merokok Argana? Jangan khawatir, aku tidak akan melarang mu merokok begitu juga dengan mu Bagas. Apa kalian berdua.. Tidak, seharusnya aku tidak ikut campur urusan pribadi kalian" Reza kemudian mendudukkan diri diatas kursi yang tadi mereka berdua tempati. "Ayo duduk!".

"Iya pak" hingga Reza diapit oleh Argana dan Bagas.

"Apa kabar ibu mu Bagas?" tanya Reza menyambar sebatang rokok Argana. "Sampai sekarang ibu masih betah tinggal di disana?".

Bagas tersenyum, "Apa pak Reza merindukan ibu ku? hahahaha".

"Hentikan. Aku hanya bertanya dia baik-baik saja atau tidak? kenapa kamu jadi tertawa?".

"Akh.. Maafkan aku pak" senyum Bagas kembali.

.

Sepulang kuliah Bagas meminta kepada Argana menemaninya kerumah sakit milik Jose. Disana kedua orang itu sempat bertemu dengan Raniya, namun Raniya yang sama sekali tidak menyukai Bagas begitu juga dengan Argana langsung pergi begitu saja dari hadapan mereka.

"Ibu tiri mu menakutkan sekali Gas" tawa Argana mengejek sahabatnya itu.

"Ais.. Dia pikir cuman dia saja yang tidak menyukai ku? Aku juga sama sekali tidak menyukainya" lalu Bagas mengetuk pintu ruangan Jose.

Tok... Tok...

"Pa, ini aku" ucap Bagas dari balik pintu.

"Masuk!" jawab Jose.

Bagas langsung mendorong pintu ruangannya, disana ia melihat Jose sedang disibukkan dengan beberapa berkas.

"Apa kami menganggu papa?" tanyanya menyuruh Argana duduk.

"Tidak, ada apa kamu kemari?" jawab Jose menutup berkasnya.

"Tidak ada apa-apa Pa. Aku hanya ingin memberikan ini. Kata mama selamat ulang tahun".

"Apa?" kaget Jose yang sama sekali tidak mengingat hari ulang tahunnya sendiri begitu juga dengan Raniya tidak mengucapkan kata-kata tersebut.

"Selamat ulang tahun om Jose" ucap Argana.

Jose langsung tersenyum melihat putranya itu dan juga Argana. "Terima kasih Argana dan juga Bagas yang sudah mengingat ulang tahun papa".

"Hehehehe.. Sebenarnya Bagas juga lupa kalau papa hari ini ulang tahun. Tapi karna mama Bagas jadi ingat".

"Mmmmm.. Terima kasih" kemudian Jose menyambar ponselnya. Ia menghubungi nomor Flora.

"Iya?".

"Terima kasih sudah mengingat ulang tahun ku" ucap Jose sambil membuka kotak yang berada di hadapannya itu.

"Ya. Kamu sudah membukanya? Kamu menyukainya?".

"Mmmm.. Aku sangat menyukainya".

"Syukurlah kalau kamu menyukainya. Maaf aku tidak bisa memberi mu barang mewah seperti yang kamu inginkan".

"Jangan berkata seperti itu. Hadiah dari mu jauh lebih berharga dari pada hadiah yang pernah aku dapatkan sampai aku tidak ingin berhenti mengucapkan terima kasih" balas Jose mendengar suara tawa Flora yang begitu amat ia rindukan.

Setelah Flora mematikan ponselnya, ia melihat kepada Bagas dan Argana kembali dengan senyum mengembang diwajahnya.

"Kalian mau makan apa?".

"Wah..!! Gas, kita dapat makan gratis" senang Argana bangkit berdiri menyandang tasnya. "Ayo om. Kita mau makan dimana?".

"Terserah kalian berdua saja" jawab Jose memakai jasanya. Setelah itu mereka bertiga keluar dari dalam ruangannya menuju sebuah restoran yang sangat populer dikalangan orang kaya.

"Om. Kenapa kita tidak mengajak tante Raniya?" tanya Argana di dalam mobil Jose.

"Dia sedang sibuk Arga. Dia tidak akan mungkin mau ikut. Oh iya, berapa lama orang tua kamu di luar negeri?".

"3 bulan om".

"Lama juga yah".

"Iya om".

Sambil menunggu mobil Jose tiba di restoran tersebut. Argana melihat ke jalanan kota yang begitu padat sehingga perjalanan mereka cukup memakan waktu hampir 30 menit lamanya.

DDDRRRTTTT... DDDRRRTTTT...

"Iya ma?" jawab Argana.

"Argana kamu lagi dimana? mama sama papa sudah tiba di L.A ya sayang".

"Iya ma. Argana sedang menuju restoran sama om Jose dan juga Bagas. Hari ini om Jose berulang tahun".

"Oh iya? Kalau gitu sampaikan ucapakan selamat ulang tahun mama sama papa yang sayang".

"Iya ma. Argana akan menyampaikan pesan itu".

"Iya sayang. Mama tutup yah. Baik-baik disana".

"Iya ma".

Terpopuler

Comments

Wenny Prakoso

Wenny Prakoso

lanjut thor

2022-11-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!