(POV 3)
Perempuan berbakat, pintar, cantik, dan seksi. Dia berjalan bak seorang Miss Universe, tapi yang ini sudah jelas dibuat-buat. Stefani, biasa dipanggil Fani. Ya, dia adalah idola SMA Karuma. Profesinya sebagai model membuatnya percaya diri. Apalagi dia juga dianugerahi otak yang patut diacungi jempol. Karena profesinya dan kepintarannya, dia dengan mudahnya lolos masuk ke SMA Karuma yang terkenal sangat selektif dalam menerima murid. Pasti orang menyangka, Fani adalah wanita paling sempurna di dunia ini.
"Hai, gals! Gimana kabar kalian?" tanya Fani pada teman sekelasnya yang sudah menanti kehadirannya.
"Kami selalu baik-baik saja. Gimana aktivitasmu di Paris? Pasti seru."
"Biasa aja. Aku lebih suka disini. Makanya aku percepat kepulanganku ke Indonesia. Gimana? Ada kabar apa aja di sekolah?"
"Ada kabar yang pastinya kamu nggak akan melewatkannya," kata Sonia menggebu.
"Apaan tuh? Jangan-jangan tentang cewek aneh itu lagi," Fani bergidik jijik mengingat cewek aneh yang dimaksud itu. Ya, dia adalah Tania.
"Bukaaaann! Ada murid pindahan. Cowok. Keren banget, Fan. Jago basket pula. Sempurna deh tuh cowok," jelas Sonia sambil membayangkannya.
"MANA? Dari kelas kita? Siapa namanya? Ayo tunjukkin ke aku!" Fani tidak bersabar bertemu dengannya.
"Dari kelas 12 IPS 1. Namanya Rei. Nanti aja kita ke kantinnya bu Ida."
"Bu ida? Bukannya itu dari kantin kelas 11!? Ngapain kesana?" Fani bingung.
"Leo and the gank, termasuk Rei, suka banget nongkrong di sana," jawab Sonia.
"Sonia, kantin itu haram untuk kita! Kamu ingat kan!? Jangan-jangan kalian semua sering ke tempat itu ya selama aku nggak ada," tuduh Fani pada teman-temannya.
"Kita nggak pernah kesana, Fan. Tapi untuk kali ini, kita harus kesana. Kamu mau nggak kenalan sama Rei? Sumpah deh kalau kamu nggak kenalan sama tuh cowok, hmm... bakalan nyesel tujuh turunan," Sonia bersemangat.
Fani berfikir cukup lama.
Lalu... "oke, aku ikutin saranmu. Awas aja kalau sampai ngecewain aku. Kalian tahu akibatnya, kan!?"
...***...
(POV 1)
Sudah hampir tiga minggu ini, kantin kelas 11 terlihat sangat padat oleh murid perempuan. Ya, siapa lagi kalau bukan karena Kak Rei. Semenjak tragedi yang diceritakan Kak Leo tempo hari, membuat mereka betah untuk beristirahat di kantin Bu Ida. Meskipun penguntit Kak Rei terus mengikuti, tapi Kak Rei sama sekali tidak mau jika tidak makan di kantin Bu Ida.
Aku, Sofie, kak Leo and the gank termasuk Kak Rei, sering sekali sebangku jika sudah berada di kantin Bu Ida. Tidak ketinggalan Arka. Arka ini dekat sekali dengan kak Leo, makanya tiap Kak Leo ada di kantin Bu Ida, dia juga pasti ada di sana. Padahal dia jarang sekali ke kantin.
"Tania, aku ke kantor kepala sekolah dulu ya!? Nganter berkas nih. Tau deh apaan ini. Kamu baik-baik aja ya di sini," kata Sofie.
Kak Leo tertawa. "Tenang aja, Sof. Dia nggak akan kenapa-kenapa, kan ada kami di sini," jawab Kak Leo.
"Justru ada kalian aku jadi khawatir," kata Sofie sambil cemberut.
"Aku nggak apa-apa, Sofie. Kayak apa aja sih pake dikhawatirin segala," kataku.
Lalu Sofie berjalan meninggalkan kami, sampai aku benar-benar tidak melihatnya lagi. Sekarang tinggal aku bersama dengan Kak Leo dkk di bangku ini.
Beberapa menit kemudian, pesanan kami datang. Namun tiba-tiba suara siulan yang sangat nyaring terdengar dari luar kantin Bu Ida. Aku menoleh, dan...
"Hai, boys!" sapa kak Fani pada Kak Leo dkk.
Kak Fani tiba-tiba duduk di sebelahku, menggeserku sampai hampir terjatuh. Padahal tempat duduk masih lengang. Ya, sepertinya dia ingin bertemu dengan Kak Rei, secara hanya dia yang belum tahu tentang Kak Rei.
"Hai... namaku Fani. Kamu Rei, kan? Anak pindahan itu," kata Kak Fani genit.
Sedangkan Kak Rei hanya mengangguk sekali dan tersenyum aneh.
"Fani? Kapan kamu balik dari Paris?" tanya Kak Leo.
Namun sepertinya pertanyaan Kak Leo tidak digubris oleh Kak Fani.
"Oh iya, aku ketua cheers SMA Karuma lho... Jadi, aku akan setia dukung kamu dan... tentunya SMA Karuma kalau lagi tanding basket," kata Kak Fani pada Kak Rei.
Tiba-tiba...
"Ouch! HEH!! KAMU APA-APAN SIH???" bentak Kak Fani.
Kulihat Arka sudah berada di sampingku sambil membawa makanan pesanananya.
"HEH!!! INI TEMPAT DUDUKKU. BERANINYA KAMU MAIN DUDUK AJA!!! SANA CARI TEMPAT LAIN!!!" Kak Fani berteriak tepat di samping Arka.
Arka menghentikan makannya. Lalu dia menoleh pada kak Fani yang terlihat sudah siap 'memakan' Arka.
"Ngapain kamu ngelihatin Fani kayak gitu?" tanya Kak Sonia pada Arka, yang sedari tadi berdiri di belakang kak Fani, seperti asisten.
"Bukannya ini daerah terlarang untuk siapa aja kecuali kelas 11 IPA 3!? Kenapa kalian ada di sini? Bukannya kalian sendiri yang buat peraturan itu!? Kenapa masih di sini?" tanya Arka dengan ekspresi datarnya.
Kak Fani sedikit gelagapan.
"Kalian juga bilang kan, kalau yang masuk ke kantin ini, mereka semuanya haram. Berarti kalian juga haram dong. Huh... cewek haram!"
"Arka!", aku menepuk bahunya lumayan keras.
Kata-kata Arka sudah kelewatan. Meskipun aku tidak menyukai Kak Fani, tapi aku tidak suka jika ada yang mengatakan perkataan seperti itu pada orang lain.
"Heh!!! Aku ini seniormu! Berani banget kamu kayak gitu sama aku. Aku ini murid terpandang di sekolah ini. Jaga ya perkataanmu itu!" kata Kak Fani.
"Aku nggak peduli ya, karena ini wilayah kami, jadi... aku harap kalian pergi dari sini sekarang juga. Silahkan!" Arka masih dengan ekspresi datarnya.
Kak Fani dan kawan-kawan tetap bergeming.
Arka berdiri, dan... "PERGI DARI SINI!!!"
PRANG!
Aku sangat terkejut melihat perlakuan Arka. Dia membentak seniornya, dan menggulingkan mangkuk makanannya yang kuahnya hampir mengenai tubuh Kak Fani.
Kak Fani dkk akhirnya pergi dari kantin Bu Ida. Sudah dipastikan, kejadian itu ditonton banyak murid, dan pasti menjadi berita besar sebentar lagi.
"Arka, kenapa kamu bisa sekalap itu?" tanya Kak Rei yang ikut terkejut.
Arka tertawa kecil. Kak Leo, Kak Sami, dan Kak Barry ikut tertawa, malahan mereka bertiga sampai terbahak-bahak. Hanya aku dan Kak Rei yang terlihat seperti orang bodoh melihat empat cowok itu tertawa.
...***...
Di kelas 11 IPA 3 semua membicarakan Arka yang marah pada Kak Fani, itu membuat Sofie bingung.
"Emang ada apa sih?" tanya Sofie padaku.
"Tuh!" aku menunjuk Arka yang terlihat serius membaca komik.
"Kenapa?"
"Ngamuk ke Kak Fani gara-gara dia masuk ke kantin kelas 11," jawabku.
"Dia ngapain ke kantin kita?" tanya Sofie penasaran.
"Pengen lihat Kak Rei kayaknya," jawabku.
Sofie memutar bola matanya.
"Yaaaa secara cuma dia yang belum tahu siapa Kak Rei, jagoan barunya Karuma," kata Sofie.
Aku menyenggol lengan Sofie, takut Arka dengar dan tersinggung, secara Arka masih menjadi pemain terbaiknya Karuma.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments