5.

Acara pun dimulai, waktu berjalan dengan sangat cepat. Hingga tiba saatnya, semua tamu untuk menikmati jamuan makanan yang telah tersedia.

"Dev, tolong tambahkan menu penutupnya. Aku mau bawa ini dulu ke belakang." Satria menunjukkan jika dia sedang membawa beberapa gelas dan piring yang sudah terpakai.

Dari kejauhan, Devi memberikan kode menggunakan tangannya. Ia pun segera menyiapkannya dan membawanya ke meja para tamu, begitu juga dengan Nisha. Mendapatkan bagian untuk memberikan pelayanan kepada tamu VVIP mereka, ditemani dengan sang manager disana.

"Nis, tolong kamu berikan ini kepada pak Vansh. Dia adalah tamu istimewa kita hari ini, jangan membuatnya kecewa." Erwin menyerahkan beberapa potongan snack yang beralaskan piring cantik kepada Nisha.

Sebagai karyawan, Nisha tidak bisa menolaknya. Jika ia menolak, sudah jelas dirinya akan bermasalah.

"Silahkan tuan." Nisha meletakkan piring tersebut di atas meja.

"Terima kasih." Ucap beberapa tamu disana.

Disaat Nisha akan keluar dari ruangan tersebut, tiba-tiba saja tangannya tertahankan. Sehingga ia mengurungkan niat ya untuk keluar darisana.

"Tunggu Nis, aku ingin bicara sama kamu." Vansh telah menahan Nisha, dengan sangat agresifnya ia membawa Nisha menuju sudut ruangan.

Mendapatkan perlakuan seperti itu, membuat Nisha menjadi ketakutan.

"Tenang saja Nis, aku tidak akan berbuat yang tidak seronok padamu. Aku hanya ingin berteman kembali seperti dulu, jangan terus menghindar seperti ini."

" Ti tidak tuan, saya hanya seorang pelayanan. Reputasi anda akan tercoreng jika berteman dengan saya, maafkan saya. Saya harus bekerja, agar bisa tetap bertahan hidup."

Kali ini Nisha sungguh berhasil apes, ia terus memberontak agar bisa lari lari hadapan Vansh namun tidak bisa. Sejak dirinya dikatakan tidak pantas untuk berteman dengan Vansh, Nisha memilih menjauhkan dirinya dan fokus untuk belajar saja.

"Cukup Nis! Kamu selalu menghindar dariku, apa yang sudah membuatmu seperti ini? Jawab!" Vansh semakin menekan Nisha dengan berbagai ucapannya.

"Le lepas tuan, saya mau bekerja." Memberontak untuk melepaskan diri, Nisha berakhir dengan tangisan.

Melihat air mata dan suara sesegukan dari diri Nisha, membuat Vansh semakin mengerahkan tangannya yang sedang menggengam tangan Nisha.

"Argh, sa sakit. Tu tuan, lepaskan. Ini sangat sakit." Rintihan Nisha merasakan rasa sakit yang begitu pada tangannya.

Seringai terlihat pada wajah Vansh yang seakan-akan ingin menerkam dirinya, lalu hal itu semakin membuat Nisha ketakutan dan merasakan sesuatu yang aneh pada diri Vansh.

Akan tetapi, disaat rasa ketakutan Nisha semakin besar. Sebuah lengan kekar tiba-tiba saja melingkar pada pinggang Nisha, seketika tubuhnya yang kecil berpindah ke dalam dekapan orang tersebut.

Dugh!

Vansh pun sangat kaget dengan hal itu, saat melihat tubuh Nisha yang kini sudah berada dalam pelukan seseorang.

"Lepaskan dia, dia adalah pacarku. Kami sedang ada sesuatu yang harus dibicarakan." Ucap Vansh untuk menyakinkan orang tersebut.

Orang tersebut bukannya melepaskan dekapannya, melainkan semakin mengeratkan tangannya dan kini ia berani membelai puncak kepala Nisha serta memberikan kecupan kecil disana. Mendapatkan perlakuan itu, sontak saja membuat Nisha memberanikan diri untuk menatap orang yang tersebut. Kedua pandangan mereka pun bertemu, senyuman manis kemudian Nisha dapatkan.

"Tu ..." Ada jemari telunjuk yang menempel pada bibir Nisha.

"Hei, lepaskan dia."Suara Vansh kembali terdengar dan ia nekat menarik Nisha dari dekapan orang tersebut dengan cukup kasar.

Bugh!

Dugh!

Sebuah tendangan mendarat tepat pada dada Vansh, sehingga membuat dirinya terpenting mundur dan menabrak dinding.

"Kau! Lepaskan dia, jangan pernah kau menyentuhnya Ray!" Teriakan Vansh akan perbuatan Ray padanya.

Ray, dia adalah orang yang membawa Nisha kedalaman dekapannya.

"Kau benar pacarnya dia?" Tanya Ray dengan senyuman manis kepada Nisha, namun senyuman itu nampak menakutkan bagi Nisha.

Wajah yang begitu ketakutan tampak begitu menggemaskan bagi Ray, mulut Nisha seakan terkunci karena ketakutannya itu. Dengan menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, sebagai jawaban jika dirinya bukan pacar dari seorang Vansh.

Bagaikan seorang pria yang sedang emosi dan cemburu kepada wanitanya, Vansh menyerang Ray agar bisa membawa Nisha. Dengan cepat Ray melepaskan tangannya dari pinggang Nisha dan menyembunyikannya dibalik tubuhnya disaat ia melihat Vansh sudah bergerak.

"Bre***ek kau Ray, menyingkirkan dari wanitaku!"Pukulan Vansh layangkan kepada Ray dengan cepat.

Tap!

Begitu mudahnya Ray menangkap pukulan yang ditujukan padanya, hanya dengan satu tangan saja. Tidak ada tanda jika ia marah ataupun tidak suka dengan sikap Vansh, justru seringaian penuh arti ia berikan.

"Jangan pernah menyentuhnya, jika itu terjadi lagi. Akan aku pastikan kau akan berurusan denganku, Vansh."

Melepaskan tangannya dari tangkapan pukulan, yang kemudian Ray memberikan bonus berupa tendangan kembali untuk Vansh.

Dugh!

Brakh!

Tubuh Vansh membentuk meja yang berada pada sudut ruangan tersebut, peristiwa itu menjadi perhatian dari semua anggota pertemuan. Bahkan mereka semua tidak menyangka jika kedua pimpinan perusahaan besar sedang terlibat baku hantam, hanya karena seorang perempuan pelayan Cafe.

"Argh!" Erang Vansh dengan rasa sakit yang menyerang tubuhnya.

"Ayo, kau akan semakin bergetar jika berada disini." Mengulurkan tangannya untuk menyambut tangan Nisha.

Membawa Nisha yang masih ketakutan dari ruangan tersebut keluar, dan menyerahkan semua hal yang terjadi kepada Felix untuk diselesaikan. Devi dan Satria juga begitu kaget, apalagi mereka melihat sahabatnya dibawa pergi. Pandangan mata keduanya saling bertemu dan seakan sedang berdialog satu sama lainnya, saat itu mereka tidak bisa berbuat banyak. Karena sang manager sudah memberikan kode untuk segera membereskan kekacauan, pada akhirnya rasa penasaran mereka itu disimpan kembali.

Keadaan Vansh saat itu cukup membuat khawatir, karena orang besar dan mempunyai kekuasaan itu sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Salah sedikit, maka hukum kekuasaanlah yang bertindak. Erwin segera membantu Vansh untuk mendapatkan pengobatan bersama asistennya, akan tetapi Vansh memberontak dan berjalan sendiri meninggalkan Cafe tersebut.

"Huh, sepertinya ada aroma-aroma percintaan deh. Bener nggak bang?" Bisik Devi pada Satria yang sedang membereskan pecahan gelas dan lainnya di lantai.

"Hush, hati-hati tu bibir. Mau dipecat apa lu, sudah cepetan beresin." Tolak Satria yang mau diajak bergosip oleh rekannya.

......................

Sebuah mobil mewah kini berhenti pada sebuah taman yang cukup ramai dipenuhi oleh berbagai bunga bermekaran, sangat cocok untuk dijadikan tempat orang-orang bersantai.

Ray keluar dari mobil dan berjalan mendekati pintu disamping kemudi, lalu ia membukanya dan mengulurkan tangannya.

"Ayo, kamu membutuhkan suasana ini."

Tanpa diduga, Nisha membalasnya dengan memberikan tangannya untuk Ray. Berjalan perlahan membawa Nisha untuk berdiri dihadapan bunga-bunga yang bermekaran, mengarahkan Nisha untuk berada didepan ya.

"Menikahlah denganku." Melingkarkan kedua tangannya dan memeluk tubuh mungil itu.

"Hah!" Begitu kaget dan tubuh Nisha seketika kaku.

Terpopuler

Comments

Anjelli

Anjelli

to the poin yh guys

2022-12-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!