4.

Suara kicauan burung-burung sudah menghiasi suasana di pagi hari, sinar matahari pun juga ikut berpartisipasi memberikan keindahan alam.

"Nis, Nisha. Ayo sarapan, nanti kamu terlambat bekerja." Suara lembut Soraya, sang nenek tercinta.

"Iya nek sebentar, ini lagi siap-siap." Jawab Nisha dari dalam kamarnya.

Selesai dengan persiapannya, kini Nisha menghampiri Soraya yang sudah menunggunya di meja makan. Lauk sederhana yang selalu menggugah selera, membuat mereka lebih banyak bersyukur.

"Ayo sarapan nak, jangan dilihatin saja. Tidak akan kenyang rasanya, kalau hanya kamu tetapi. Lagian nanti kamu bisa terlambat bekerja." Soraya menuangkan olahan nasi goreng kampung kesukaan Nisha ke dalam piring.

"Iya nek, nek. Maaf ya, Nisha nanti akan pulang telat. Ada kerja lembur, soalnya Cafenya sedang dipakai untuk acara perusahaan besar." Berbicara sambil menyuapkan sendok yang sudah berisikan nasi goreng ke dalam mulutnya.

"Baiklah. Jika kamu telat pulang ataupun sudah benar-benar malam. Lebih baik mengenai saja bersama temanmu disana, keesokan paginya baru pulang. Nenek takut kalau kamu pulang sendirian, nanti ada apa-apanya."

"Siap nek, Nisha nanti akan kabarin nenek. Nanti juga ada Devi, biar Nisha bisa ngehubungi nenek. Nisha berangkat ya nek, mau belanja barang-barang yang habis sama bang Satria. Nenek juga hati-hati dirumah ya, tokonya tutup saja dulu." Nisha mencium punggung tangan Soraya dan berjalan melangkah keluar rumah.

"Iya nak, hati-hati dijalan dan bekerjanya."

Menatap bayangan Nisha yang semakin hilang dari pandangannya, membuat Soraya menitikkan air mata. Membayangkan kehidupan dari cucunya yang begitu membuatnya sedih, seharusnya ia bisa hidup dengan baik saat ini.

Maafkan nenek, Nis. Nenek belum belum hisa membahagiakan kamu, kedua orangtuamu pasti sangat bangga kepada kamu.

Berjalan dengan semangat menuju tempat kerjanya, lagi-lagi Nisha merasa ada sesuatu yang sedang mengikutinya.

Tin..

Suara kelakuan mobil terdengar sangat keras, membuat Nisha yang sedang berjalan itu menjadi kaget.

"Yak!" Mengelus dadanya yang merasa berdebar-debar.

Matanya melihat ada sebuah mobil mewah berhenti disampingnya, membuat diri Nisha bertanya-tanya. Pintu bagian mengemudi terbuka, turunanlah seorang pria yang memiliki tubuh tinggi dan wajahnya seperti tidak asing bagi Nisha.

"Hai, apa kabar?" Sapa pria tersebut yang tak lain adalah Vansh.

Masih tampak kebingungan, Nisha menatap pria itu dengan menyipitkan salah satu boleh matanya. Kepala yang sedikit miring ke kanan, hingga berakhir dengan sentuhan pada dahinya.

Tak!

"Aish, sakit." Mengusap dahinya yang nampak memerah, membuat Nisha melotot.

"Hahaha, maaf maaf. Vansh, kita sudah lama tidak bertemu. Tapi kamu masih seperti dulu Nis, membuat orang lain selalu merindukan kamu." Vansh sudah tidak bisa menahan kerinduannya kepada wanita yang ia sukai.

"Ketawa lagi, ini sakit beneran. Kenapa kak Vansh ada disini?" Selidik Nisha dengan kehadiran Vansh disana.

"Kebetulan hanya lewat saja, lagian ini jalan umum kan. Siapa saja boleh melewatinya. Kamu mau berangkat bekerja?" Vansh menghentikan tawanya.

Dalam pikiran Nisha, ia masih tidak percaya begitu saja jika Vansh hanya kebetulan lewat disana. Dimana jalan yang Nisha lalui itu jalanan penduduk kecil, sangat jarang sekali kendaraan yang melaluinya.

"Hei, malah begong dia. Ayo, kakak anterin. Kita satu tujuan."

Tanpa menunggu respon dari Nisha, Vansh langsung meraih tangan Nisha dan membawanya untuk masuk ke dalam mobil. Benar-benar bingung dan kaget, lalu Vansh segera masuk juga ke dalam mobilnya. Tubuh Vansh mendadak mendekat kepada Nisha, sontak saja membuat Nisha menghalaunya menggunakan tangannya.

"Eits, mau pasangan ini (Nisha menunjuk safety belt)? Tidak perlu kak, terima kasih sudah menawarkan tumpangannya. Permisi." Nisha segera membuka pintu mobil dengan cepat dan berlari menjauh.

Mendapati Nisha yang keluar dari mobilnya, membuat Vansh kaget dan sangat tidak menduganya. Nisha yang dulu ia kenal dengan wanita yang sangat polos dan penurut, tapi tidak untuk kali ini.

"Nis, Nisha!" Memanggil dan mencoba untuk mengejarnya, namun pada akhirnya Vansh berhenti.

Keberadaan Nisha yang sudah menghilang dari pandangannya, membuat sedikit perasaan kecewa dan marah pada diri Vansh. Mengatur kembali nafas dan juga pikirannya, Vansh kembali masuk ke dalam mobil dan menjalankannya. Ia sudah tahu akan kemana arah tujuannya.

......................

Suasana Cafe tampak begitu sibuk, setiap karyawan sudah mulai mengerjakan tugasnya maisng-masing.

"Wah, sepertinya perusahaan kali ini sangat kaya raya ya. Lihat saja pesanan untuk menu makanannya, dokorasinya juga begitu mewah. Siapa ya orangnya?" Devi bertanya-tanya siapa yang akan mengadakan jamuan disana.

Duar!

"Aakh!" Teriak Devi yang mendapatkan kejutan dari seseorang.

"Hahaha, kamu lucu sekali Vi. Hahaha." Terdengar suara wanita dan juga pria yang sedang tertawa.

Saat Devi melihat siapa pelakunya, membuat emosinya langsung meninggi.

"Kalian berdua! Kurang kerjaan apa, hah! Jantungan ni!" Teriakan Devi membuat semua mata tertuju padanya.

Sstthh...

Jari telunjuk Nisha dan Satria menempel didepan bibir mereka masing-masing, mengisyaratkan agar Devi tidak berteriak.

"Kamu ini, suaramu itu sudah kayak toa (pengeras suara)." Nisha dengan merangkul pundak Devi dan membawanya mengikuti dirinya.

"Bener tuh, lagian ngelamunin apa sih. Serius bener lu, Dev." Satria meletakkan belanjaannya di atas meja dapur.

Memutar bola mata dengan sangat malas, Devi mengerucutkan bibirnya kepada kedua sahabatnya tersebut.

"Bawel amat si lu bang, udah ah. Kita lanjut kerja aja, nanti juga ngegosip sendiri ni bibir. Nis, kamu tahu nggak..." Belum saja perkataan itu selesai, Nisha sudah terlebih dahulu menjawabnya.

"Nggak tahu tuh." Jawab Nisha dengan cepat.

"Huh, kamu kebiasaan deh selalu memotong perkataan. Padahal gue mau bilang, kalau tamu kita hari ini cakep-cakep. Tapi lu asal serobot saja perkataan gue. Aha, gue akhirnya kepikiran, gue akan doain lu berjodoh dengan salah satu tamu kita malam ini, dan dianya akan bucin sebucinnya sama lu. Hahaha, kabur ah." Benar saja, Devi segera berlalu dari sisi Nisha dan Satria.

"Hei!" Balas Nisha yang baru menyadari perkataan dari sahabatnya itu.

"Sudah-sudah, lebih baik fokus kerja. Jangan sampai membuat kecewa hari ini, semangat. Nis, tapi ada benarnya perkataan Devi. Siapa tahu jodoh lu pria kaya raya dan juga tampan, hitung-hitung perbaikan keturunan. Hahaha, tapi kamu memang cantik Nis, makanya kita doain yang baik." Satria ikut membuat Nisha jadi cemberut.

Memainkan matanya kepada Nisha dengan maksud menggodanya, Satria malah mendapatkan tatapan yang begitu tajam dari Nisha. Mendapatkan hal tersebut, dengan perlahan tubuh Satri bergeser dan kakinya mempersiapkan langkah untuk kuat.

"Bang Sat!!!" Suara Nisha meninggi.

"Auw, ratu dakocan mulai mengamuk. Devi, tunggu!" Satri pun mengikuti jejak langkah Devi sebelumnya, nyaitu kabur.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!