Seperti hari biasanya, saat akan berangkat pergi bekerja. Nisha akan berjalan kaki menuju halte bus terdekat dengan rumahnya, namun saat berjalan ia merasakan ada sesuatu yang sedang mengawasinya. Akan tetapi semuanya pikirannya itu ditepiskan, agar bisa fokus untuk bekerja saja. Setibanya ditempat bekerja, ia segera saja bersiap untuk melaksanakan pekerjaannya seperti biasa.
"Nisha, kamu dipanggil oleh pak Erwin tuh." Devi menepuk pundak Nisha, sehingga membuatnya terkagetkan.
"Aku? Ada apa?" Ucap Nisha dengan nada suara yang penuh penasaran.
"Nggak tahu Nis, udah kamu lebih baik cepetan kesana deh. Nanti berubah jadi toa (penggeras suara) tu pak Erwin." Devi mendorong tubuh Nisha yang masih kaget dengan perlahan.
Tok tok tok...
"Masuk saja." Jawaban yang diberikan dari dalam.
Dengan perlahan, Nisha membuka pintu tersebut. Berjalan mendekati seorang pria yang tak lain adalah manajer ditempat ia bekerja.
"Ehm, maaf. Bapak panggil saya?" Ujar Nisha yang penuh kegugupan menyertai dirinya.
"Oh iya Nisha, mulai hari ini. Kamu ada tugas tambahan, menghantarkan makan siang untuk CEO dari perusahaan Win'R. Nanti kamu bisa menggunakan motor yang sudah saya persiapkan, dan satu lagi pesan saya. Jangan sampai kamu membuat kecewa CEO itu dan Cafe kita ya, karena mereka sudah membayar tinggi untuk semuanya ini. Kamu paham kan, Nisha." Erwin memastikan jika Nisa tidak membuat kesalahan.
"Kenapa saya pak yang menghantarkan pesanan itu? Biasanya tugas itu dikerjakan oleh bang Satria pak."
"Satria tidak akan sanggup menjalankan tugas delevery untuk dua tempat dalam waktu yang bersamaan, Nis. Jalankan saja tugasmu ini ya, nanti gaji untuk akan ditambahkan dengan biaya jasa hantar delevery ini. Siang ini tugas itu sudah bisa kamu kerjakan, selamat bekerja." Erwin tersenyum kepada Nisha, entah rencana apa yang sedang ia lakukan.
Melangkah keluar dari ruangan tersebut, membuat Nisha berpikir lagi. Senang atau harus mengeluh, itulah yang kini Nisha rasakan. Namun penuh dengan keanehan dan kejanggalan untuk tugasnya kali ini, mendadak dan terkesan memaksa.
Flashback on...
Mata Ray menatap layar datar dari ponsel yang berada ditangannya, sebuah email yang baru saja masuk dari Felix.
"Nisha Mirza, Mirza..." Ray tampak sedang berpikir dan mengingat sesuatu, namun ia melanjutkan kembali membaca informasi tersebut.
Langsung saja ia menghubungi sang asisten kepercayaannya, tanpa melihat lagi waktu yang ada.
"Buat wanita itu terikat dengan perusahaan kita, kalau bisa selamanya."
Tut...tut...
Orang yang dihubungi Ray saat itu mengumpat kesal dalam hatinya, bagaimana tidak. Waktu menunjukkan pukul tiga dini hari, dengan kesadaran yang belum terkumpul sempurna. Felix berdengus mengeluarkan nafas beratnya.
Jika bukan bos, sudah kutendang dipake negeri tak berpenghuni.
Flashback off...
Mengendarai sepeda motor matic dari tempatnya bekerja, kini Nisha telah tiba pada alamat yang diberikan. Melihat sebuah gedung besar dihadapannya, membuat Nisha melebarkan kedua bola matanya. Begitu takjub dengan hal yang baru saja ia saksikan, sungguh ia sangat terpesona.
"Ini gedung apa bukan ya? Besar sekali." Celotehnya dengan menggelengkan kepalanya.
Dalam keadaan yang masih takjub, Nisha melangkahkan kakinya memasuki gedung tersebut.
"Maaf, permisi mbak. Saya mau menghantarkan pesanan untuk bapak Ray Tamoez." Nisha menghampiri dan bertanya pada seseorang yang ada papan nama resepsionis disana.
" Ya mba, bisa tunggu sebentar. Saya akan menghubungi dahulu asistennya, Nda bisa tunggu sebentar." Dengan penuh keramahan, wanita itu menanggapi Nisha.
Menganggukkan kepalanya dan tersenyum, Nisha pun menunggu wanita tersebut untuk menghubungi seseorang. Tak berapa lama kemudian, wanita itu mempersilahkan Nish untuk menghantarkan langsung pesanan tersebut kepada sang pemesan. Lalu ia dibekali dengan beberapa arahan untuk sampai ke ruangan seorang Ray.
Lantai empat puluh? Kurang banyak ruangannya, kenapa nggak sekalian lantai seratus saja. Keluh Nisha saat menaiki menggunakan lif tersebut.
Ting!
Pintu lif terbuka, ditingkatkan tersebut memperlihatkan hanya ada dua ruangan. Kembali lagi Nisha dibuat kagum namun menggerutu, gelengan kepalanya menampakkan kalau ia kurang berkenan.
Mubazir nggak ya, hanya ada dua ruangan disini. Sayang sekali, padahal bisa dimanfaatkan untuk ruangan lainnya.
"Yak!!" Secara tiba-tiba Nisha berteriak dengan sangat keras.
"Eh, maaf. Kamu kaget ya, hahaha lucunya." Wanita tersebut membuat kaget Nisha dan mencubit dengan gemas kedua pipinya.
"Emm, mbak." Nisha mencoba melepaskan diri.
"Ah maaf, kamu mau menghantarkan pesanan pak Ray ya? Ayo." Caca, sekretaris sang CEO menarik tangan Nisha untuk mengikuti langkahnya.
"Eh, mbak." Merasa kaget dengan perlakuan wanita tersebut, lagi-lagi Nisha dibuat geleng-geleng kepala.
"Pak Ray sudah menunggu kamu dari tadi, bisa ngamuk dia kalau kamu berlama-lama. Kamu tahu, dia ngamuk seperti hewan buas yang menerima mangsa. Ayo cepat."
Tok tok tok...
Pintu ruangan besar tersebut terbuka, tubuh Nisha mendadak kaku. Caca meninggalkan begitu saja dirinya disana.
"Maaf tuan, pesanan anda sudah datang. Ayo kesana, semangat." Caca Memberikan dukungan kepada Nisha.
Begitu pun bagi Nisha, ia tidak ingin berlama-lama disana. Bisa-bisa ia akan mendadak terkena serangan jantung, apalagi suasana ruangan tersebut begitu menakutkan bagi dirinya. Mata Nisha melirik isi dari ruangan tersebut, tidak ada orang menurutnya. Melihat ada sebuah meja disana, Nisha berinisiatif untuk meletakkan pesanan itu disana. Walaupun tidak bertemu dengan yang memesan, namun pesanannya sudah berada disana.
"Hallo, apakah ada orang disini." Nisha berceloteh untuk mengurangi rasa ketakutannya.
"Pesananya Surabaya hantarkan tuan ya, saya pamit." Bergegas untuk meninggalkan ruangan tersebut, namun saat akan menjauh dari sana. Terdengarlah suara yang begitu sangat menyeramkan.
"Kau terlambat tiga puluh menit."
"Hah!"
Tubuh Nisha menegang dan kaku, merinding. Apalagi terdengar suara langkah kaki mendekatinya, begitu santainya Ray berjalan dihadapan Nisha dan duduk. Matanya mengawasi makanan yang diletakkan Nisha sebelumnya di atas meja.
Ya ampun ni orang, nggak ada kerjaan banget. Ngagetin orang saja, seperti datang tak dijemput dan pulang juga tidak dihantar.
"Beraninya kau mengumpatku, akan kuruntuhkan tempat kau bekerja. Siapkan makanan ini, jangan coba-coba kabur sebelum aku selesai makan." Ray menyelingkan kakinya dan bersandar, sambil menikmati pemandangan dimana Nisha tersenyum kecut.
Sungguh menarik, kau tak akan ku lepaskan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Mika Susanti
ohooo ternyata ray tertarik dgn nisha
2022-11-08
0