"wihhh, senang banget Lo kembali lagi ke Indonesia.." ucap Bastian dengan memeluk gibran.
Laki - laki dengan setelan jas biru tua dan seragam sekolah yang melekat ditubuhnya. Ia adalah idola disekolah itu yang tak lain sahabat dari Gibran yaitu Bastian, Oliver dan varrel. salah satu dari mereka Bastian orang tuanya seorang direktur perusahaan ternama kedua, Oliver orang tuanya seorang perdangangan terkenal di kota nya, sedangkan Varrel kedua orang tua nya memiliki perusahaan dimana - mana dan beberapa mall yang telah dibangun oleh kedua orang tuanya malahan melebihi kekayaan Gibran, tetapi ia memilih untuk menyembunyikan identitas kedua orang tuanya.
Tiba - tiba saja mereka melihat kedatangan Gibran membuat nya bahagia sahabat nya yang telah lama pergi kembali lagi ke Indonesia.
Mereka saling berpelukan menghilangkan rasa rindu mereka.
"bagaimana kabar Lo? lama tidak ada kabar??" tanya Oliver dengan menepuk punggung Gibran.
"gue?" tanya gibran dengan melihat sekeliling nya.
Oliver memutar bola matanya malas, "kanibal yang disemak - semak, siapa lagi kalau bukan Lo?! datang - datang Lo sama aja kayak ketemu beberapa tahun yang lalu" ucap Oliver kesal.
"gue sibuk dengan sekolah gue di Inggris, kan Lo tahukan disana itu sangat ketat" ucapnya berbohong padahal ia menghabiskan waktunya bersama kekasih nya saja.
"urusan sekolah atau pacar nih?" canda Bastian.
gibran memalingkan wajahnya dan tertawa, "apaan sih," ucap gibran.
"kalau kalian bagaimana kabarnya?" tanya balik Gibran kepada ketiga sahabatnya.
"Lo lihat??" jawab Bastian balik sambil memperlihatkan dirinya begitu bergayanya dirinya.
"Lo, kira kita ini sudah is that? hah?" canda varrel sambil tertawa.
"ya, kali" ucap gibran dengan tertawa.
varrel membulatkan matanya, "sialan, Lo doain kita mati?" tanya varrel kesal.
"sudahlah, mending kita cabut..." ucap Oliver berjalan pergi.
Disisi lain, kedua sahabat Abbey sudah kembali sambil berjalan dan mengibaskan rambut nya kesana - kemari lalu duduk kembali sambil tersenyum bahagia benar - benar sebuah mimpi bertemu dengan pangeran tampan saja.
"widih, ada yang baru selesai ketemu sama pangeran nya nih," celetuk alya kepada kedua sahabatnya, Abbey hanya mengumpet tertawa.
"gimana udah dapat fotonya belum?" bisik Abe kepada kedua sahabatnya itu Indri dan citra.
"sudah dong, kamu mau lihat?." ucapnya sambil tersenyum bahagia dan memperlihatkan hasil tangkapan foto di ponselnya.
"tampan kan? tampan kan?" ucap indri sedikit menoleh ke alya
"sudah jangan dilihat terus, nanti kamu ambil lagi pangeran aku" ucap citra mematikan ponsel nya.
"ihhh Geer banget jadi orang, mana mau aku sama cowok yang tampangnya kayak gitu... menyebalkan" ucap Abbey dengan memalingkan wajahnya cemberut.
"memang nya setampan itukah dia? wajah nya biasa - biasa aja," ucap Alya.
"tampan dong, masa engak... cowok yang kayak gibran ngak boleh disia - siain, ya kan dri?" ucap citra melirik ke arah Indri.
"oke, terserah kalian deh" ucap Alya cemberut.
"kalau cemberut gitu kamu sangat mengemaskan pingin cubit pipinya " ucap mereka bersamaan dengan mencubit pipi Alya.
"aw, Indri citra sakit tahu!" ucap Alya dengan menjauhkan wajahnya dari tangan kedua temannya itu.
Tiba - tiba lagi Gibran lewat dengan ketiga sahabatnya dengan tatapan begitu memukau. Kedua sahabat Abe yang melihat keberadaan gibran dengan ketiga sahabatnya itu hanya berteriak histeris didalam hatinya.
"sumpah dia ada disini?" ucap Citra dalam hati.
"oh my good, dia sungguh tampan... ini yang dinamakan ciptaan tuhan" ucap indri dalam hati.
Emang ciptaaan tuhan bagaimana sih!
Tetapi saat ketiga sahabat Gibran yang mengetahui kedua gadis - gadis itu melihat mereka sambil senyum - senyum begitu ingin tertawa dalam hatinya sedangkan Gibran hanya cuek. Bagaimana mau senyum - senyum mereka aja kegantengan nya kelewatan.
Abbey dengan alya tidak peduli ia tampan, kaya, populer, itu ngak membuat mereka tertarik karena mereka belum waktunya tertarik dengan laki - laki yang terpenting bagi mereka sekolah dulu sampai sukses.
Tidak sengaja gibran menyenggol meja tempat mereka duduk dan menumpahkan minuman yang ada diatas meja tepat nya dekat dengan tempat Abe duduk dan mengenai rok Abbey.
"Abbey," umpat Alya.
abbey terkejut dan terbangun langsung mengebrak meja ingin marah kepada nya membuat yang berada di sekitarnya ikut terkejut. Tetapi ia harus tetap menjaga etika nya menjadi seorang murid yang baik. Tetapi ia melihat sekeliling nya baru menyadari buku - bukumya juga ikut basah tetapi hanya sedikit membuat nya emosi, amarahnya sudah diubun - ubun ia tidak bisa mengelak lagi.
Gibran tidak meminta maaf sekalipun ia berlalu pergi meninggalkan Abbey dan tidak merasa bersalah anggap saja dirinya sedang menumpahkan air kedalam air kolam.
"Apa -apaan ini?"
abbey bangun dari tempat duduknya, "tunggu! kamu ngak mau meminta maaf sedikit pun ke aku? ha!" ucapnya penuh emosi lalu berbalik menghadap Gibran yang membelakanginya.
gibran yang mendengar perkataan Abbey menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya, "oh ya, gue ngak tahu ada Lo disana" ucapnya dengan pura - pura tidak lihat.
"eh, mata kamu buta ya?!" teriaknya kembali.
gibran menghela nafas nya dan mengusap dadanya agar dirinya harus sabar, "ya, udah kalau gitu gue minta maaf, puas!" teriak nya berjalan pergi diikuti oleh ketiga sahabatnya.
"eh manusia jelmaan iblis!" teriak nya, membuat gibran menghentikan langkahnya lagi dan membalikkan badannya tidak terima dengan perkataan abbey.
abbey mendekat padanya dan menamparnya dengan keras untungnya disana tidak ada siapa - siapa hanya ketiga sahabatnya dan sahabat gibran
Gibran kesakitan dan memengang pipinya , mulanya Gibran ingin balik menampar wajah Abbey tapi dengan sigap dihalangi oleh Alya
"Lo jangan pernah menampar sahabat gue!!" teriaknya.
"cepat Abbey kita pergi dari sini nanti masalah nya tambah besar," ucapnya sambil menarik lengan Abbey untuk pergi dari sana. citra dan Indri hanya begong melihat Abbey yang marah besar.
•
•
•
•
•
Jangan lupa like jempolnya dan dukung terus karya aku sekian terima kasih banyak 🤍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 237 Episodes
Comments