Pertemuan Pertama

"Bang, are you ok?" tanya Andra ketika melihat Lam yang menatap kosong tidak tentu arah.

"Eumh," jawab Lam sekenanya.

"Enggak, maksudku, ini Kota C, apa enggak apa-apa buat hatimu itu loh?" tanya Andra sekali lagi.

Dia benar-benar tahu, apa yang membuatnya berhenti mencari Hana kala itu.

"Sudah, enggak usah bahas yang gak penting dulu, omong-omong di mana posisi kita stay?" Lam terkesiap dan mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Cih, di perkampungan Bang, David sengaja milih itu, nih rutenya!" Seraya mengemudi Andra mengeluarkan sebuah GPS yang sudah disetel.

"Dia menghubungimu langsung?" selidik Lam.

"Enggak, seperti biasa, dia nyuruh anak buahnya, ngirim uang tunai dan semua peralatan yang diperlukan, dikirim ke basecamp kita," sahut Andra.

"Ah, si Br*ngsek itu memang cemen," umpat Lam.

Andra tergelak, baru pertama kali dia mendengar Lam mengumpat tentang David, "Setidaknya dia menghidupi kita, Bang."

"Kadang aku lelah," ungkap Lam.

"Sama Bang, rasanya hidup normal seperti orang lain tanpa dikendalikan seseorang, hanya menjadi mimpi untuk kita," sahut Andra.

"Jika ada kesempatan untuk lari, larilah, jangan sampai kau terjebak di dunia seperti ini selamanya, kau harus menikah dan punya anak, tapi wanita tidak menyukai seorang suami brandal seperti kita. Meskipun mereka menyukainya di dalam drama," seloroh Lam.

Sontak kata-kata bijak Lam membuat Andra terkekeh merasa geli, bagaimana tidak. Seorang dengan pribadi dingin kini memberi petuah dengan hangat dan penuh perhatian.

"Inikah sisi lembutmu?" goda Andra, "setidaknya aku memilikimu, Bang," lanjutnya.

"Aku masih menyukai wanita, dasar pria gil*!" jawab Lam seraya membuang muka.

Andra semakin terbahak melihat Lam seperti itu, "Tentu saja, memang kau pikir aku tidak, ini seperti kiasan, aku mempercayaimu sebagai kolega, gitu Bang!" ujar Andra menjelaskan.

"Aku tidak percaya pada siapa pun," sahut Lam.

"Berarti aku tidak akan pernah mengkhianatimu," sahut Andra.

Lam menoleh dengan tatapan tajam, tatapan itu membuat Andra tidak nyaman. Hingga fokusnya teralihkan dan ketika merasa jalanan aman Andra menoleh sebentar ke arah Lam, lantas membuang muka.

"Karena pengkhianatan hanya terjadi jika kita mempercayai seseorang, kau tidak mempercayaiku, berarti aku tidak akan mengkhianatimu," ujar Andra.

"Aish," desis Lam kembali membuang muka dan memindai jalanan.

Andra tersenyum simpul, Lam tidak menjawab lagi pernyataannya menandakan dia setuju tentang ungkapan tersebut. Andra mengetahui jelas hati Lam tidak baik-baik saja menapaki Kota C ini. Namun, Andra harus tetap tenang dan mengamati Lam diam-diam agar sesuatu yang buruk atau semacam tindakan bodoh tidak terjadi di sana.

Andra hanya tidak ingin seseorang yang begitu dia percaya harus kehilangan nyawa karena sebuah kecerobohan. Lagi pula Lam harus mendapatkan namanya kembali. Agar dia pantas di mata hukum dan di mata masyarakat. Dunia menjemukan ini memang terkadang membuat keduanya tidak tahu harus melakukan apa. Terasa hampa.

Memang uang akan dengan mudah didapat jika berani mengambil resiko, tetapi sayang itu tidak membuat seseorang menjadi berharga. Bahkan, koruptor terlihat lebih mulia dibandingkan posisi mereka saat ini, yang dianggapnya sampah oleh sebagian orang. Andra pun menyadari pekerjaan mereka itu kotor, dan semua orang tahu itu kotor.

Laju mobil tetap stabil, Andra begitu hati-hati dan piawai mengemudikan van itu. Keduanya kini terlarut dalam pikiran masing-masing. Sesekali terdengar Andra dan Lam mengembuskan napas berat secara bergantian. Mungkin keduanya tidak menyadari hal tersebut, hingga hal itu terjadi beberapa kali.

Lamunan keduanya dibuyarkan oleh suara GPS yang memberikan notifikasi jika mereka telah sampai di tujuan. Andra terkesiap dan mengurangi kecepatan. Sementara Lam, dia merogoh saku dan mengeluarkan rokok untuk diisapnya.

"Aish sial!" umpat Lam.

"Kenapa Bang?" Andra menoleh seraya bertanya.

"Berhenti di mini market, rokokku habis, sekalian kita cari makanan," titah Lam.

"Baik Bos!" Andra menepikan mobil dan parkir di mini market terdekat.

Hujan masih mengguyur deras, Lam membuka jas yang dikenakan untuk melindungi kepala dari hujaman air langit tersebut. Tapak kaki dengan sepatu kulit mengkilat itu bertumpu di atas genangan air hujan, yang menimbulkan percikan-percikan kecil. Dia berlari menuju teras mini market, disusul oleh Andra di belakangnya.

Didapati di teras supermarket itu Eunsu yang sedang duduk dan makan dan minum susu. Gadis kecil berponi itu menyita perhatian Lam dan membuat hati Lam tergerak untuk mendekatinya.

"Kamu beli yang diperlukan ke dalam, aku nunggu di sini," pinta Lam tatapannya masih fokus pada Eunsu.

"Baik Bang," Andra menuruti apa yang Lam perintahkan.

Setelah Andra masuk, Lam menghampiri Eunsu yang masih asyik mengunyah roti cokelat itu. Eunsu tidak merasa terganggu sedikit pun, dia masih duduk dengan nyaman dan makan dengan lahap.

Lam memandanginya dengan saksama, entah kenapa Lam merasa tidak ingin berpaling dari gadis berpipi chuby itu. Hingga Eunsu pun kembali menatap Lam.

"Paman mau?" sapa Eunsu seraya menyodorkan roti lain yang ada di meja.

"Ah, anu, itu, eu ...," Lam kikuk karena ketahuan sedang memperhatikan Eunsu dalam-dalam.

"Enggak usah malu, makan saja, tadinya buat nenek, tapi nanti aku bisa minta lagi," celoteh Eunsu.

"Minta?" tanya Lam keheranan, "kamu minta dari siapa?" lanjut Lam.

"Di sana, nanti pemiliknya akan ngasih kok," ujar Eunsu dengan polosnya, "tiap hari setiap jam segini," lanjutnya lagi kemudian tersenyum.

Seketika perasaan Lam menjadi tidak enak, kemudian dia meraih roti yang disodorkan Eunsu padanya tadi. Benar saja, seperti dugaannya roti itu sudah kadaluarsa. Sementara susu yang Eunsu minum tinggal beberapa hari saja. Entah apa yang merasuki pikiran Lam dia begitu emosi melihat Eunsu diperlakukan seperti itu. Padahal dia belum mengetahui bahwa Eunsu itu putrinya.

Lam meremas roti yang ada di tangannya, kemudian melemparkannya ke tong sampah. Sontak hal itu membuat Eunsu kaget dan tafakur. Tanpa berkata Lam masuk menuju mini market itu meninggalkan Eunsu begitu saja. Dengan raut wajah penuh amarah dia menerobos kerumunan orang yang sedang mengantri.

Andra yang ada di antara antrian, menyadari ada sesuatu yang tidak beres dengan seniornya itu.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!