2 ular penunggu

Kamipun masuk kedalam rumah yang teduh dan asri itu. Dayu ketika sudah berada didalam rumah bude langsung membuka semua jendela lebar lebar dan menyalakan sebuah kipas angin besar agar udara segar bisa masuk kedalam.

Aku bawa Mira dan Dina keliling seisi rumah, aku kagum dengan kebersihan rumah ini, semua perabotan ditata dengan rapih dan apik. Foto foto dipajang sesuai ukuran.

"Buk, saya taro koper dikamar tamu yang dibelakang ya" ucap pak Hamid.

"Terima kasih pak"

Saya mengajak Dayu dan anak anak kekamar mandi untuk mencuci tangan dan kaki.

"Kamu mandi dulu ya sama anak anak biar bersih kan abis dari makam" kataku.

"Oke..ayo kita mandi semua, Mira,Dina..ayok kita bersihkan badan"

Sambil menunggu mereka mandi aku duduk didepan ngobrol bersama pak Hamid. Kita berbicara ngalor ngidul, pak Hamid ternyata terkesan dengan Dayu. Ia takjub bahwa Dayu dan Amira sanggup melihat alam halus disekitar kita.

Namun, karena adanya insiden disiang hari bolong tadi aku jadi ingin tau lebih dalam kepada pak Hamid apakah ada rahasia yang pak Hamid ketahui tentang kehidupan bude sebelumnya hingga satu sosok pocong mendatangi rumah ini.

○○○○

"Jadi gimana ya pak, saya jadi ga enak ngomongin ibuk yang sudah ga ada..tapi baiklah, dikeluarga ibuk itu ada 3 saudara dari pihak bapak yang pak Randi sudah kenal. Yaitu, ibu Sri Handayani yang tinggal diPleret terus pak Hari yang di Klaten dan yang paling tidak pernah muncul adalah ibu Narti yang tinggal diSleman"

"Oh ya saya kenal semua mereka meskipun hampir ga pernah ketemuan tapi aku tau mereka" ucapku.

"Nah..diantara ke 3 saudara itu yang paling ga bagus kalo menurut saya ya, maf lho pak Randi..ya ibu Sri itu. Dulu waktu bapak meninggal ke 3 saudara itu pernah kesini dan mau ambil alih tanah yang diutara itu. Tapi kan surat wasiat ada ditangan ibu Dyah yang mengatakan bahwa itu tanah milik pak Randi apabila bapak dan ibu sudah tidak ada"

"Lha iya pak..saya masih inget pertengkaran itu, soalnya bude ngomong kesaya tentang itu"

"Nah semenjak itu mereka bertiga seakan memusuhi ibu Dyah..bahkan pernah ada preman 2 orang datang kesini"

"Heh? Preman ngapain kesini?" Kaget aku mendengar apa kata pak Hamid.

"Hehe..preman kampung sih bukan preman beneran, mereka dateng marah marah ke ibuk..kata mereka Heh nenek tua ga tau diri udah serahkan tanah itu awas kalo tidak, wah gayanya kaya koboi"

"Wah kalo ada aku, abis mereka" games banget dengernya.

"Saya tanya, kalian dari mana? mereka bilang dari Pleret, ya siapa lagi kalo bukan suruhan bu Sri!"

"Berarti pocong tadi kiriman dari sana"

"Yah..kalo emang bu Dayu bisa masalah gituan mending dipantau terus gerakan mereka, apalagi sekarang mungkin tau bahwa bu Dyah sudah ga ada"

"Sebaiknya, surat tanah kita ajukan kenotaris besok saja biar beres..saya juga mau liat bagaimana bentuk tanahnya, nanti sore kita liat kesana yuk"

"Boleh pak..saya siap"

○○○○

Pada waktu kita sampai dilokasi tanah didaerah Srigading, Sanden sore itu suatu kejadian aneh terulang lagi. Waktu ketika itu menunjukan pukul 5 sore, anginnya disekitar situ sepoi sepoi menyejukkan.

Kali ini bukan Dayu tapi Amira yang lebih dulu mendeteksi. Kami semua sudah turun dari mobil tapi Mira masih berada didalam kendaraan.

"Mama, ada yang bersembunyi dibawah tanah jangan masuk kedalam!" teriak Mira dari mobil.

Teriakan Mira menghentikan langkah kami, Akupun ikut menarik tangan pak Hamid yang sudah melangkah masuk kebagian depan lokasi tanah.

"Ada apa Mira? mamah ga bisa liat siapa siapa?" tanya istriku bingung.

Mira cepat turun dari kendaraan dan ia langsung mengambil posisi berdiri tegak paling depan. Tangan kanannya ia naikkan dan menunjuk kesebuah gundukan kecil.

"Keluar kamu yang ngumpet disana!" teriak Mira lantang. Kami semua tegang karena belum pernah Mira mengeluarkan kara kata seperti itu apalagi seperti sedang mengancam sesuatu.

Tiba tiba Dayu memerintahkan kita untuk tetap ditempat. Dayu maju dan berdiri disamping Amira.

Ternyata dari bawah gundukan tanah muncul 2 ular berukuran besar berwarna hitam.

Kami semua bisa melihat karena mereka mewujud. Pak Hamid kaget dan langsung menggendong Dina yang masih bengong.

Ke 2 ular itu menggeliat ditanah, bentuknya mirip ular pithon tapi matanya sangat tajam, menatap kearah Mira.

"Ati ati Mira!" kata istriku.

"Iya mama..Hei kamu diam disana!" Mira mengangkat lagi tangannya. Ular ular itu seperti kaku, mereka membentuk huruf S.

Dayu kaget akan kekuatan magis Mira, ini pertama kali kita diperlihatkan kemampuan Mira.

"Monggopunaturi..sinten niki ?!" Ucap Mira dalam bahasa Jawa halus.

"Simbah simbah niki badhe tindak pundi ?!" Mira melanjutkan.

Aku kaget sekali mendengar Mira berbicara bahasa Jawa halus, padahal setiap hari bahasanya adalah Indonesia dan sedikit sedikit bahasa Bali. Kini Mira berdialog dengan bahasa Jawa!

"Kami dari utara..mohon maaf mengganggu. Sudah lama kami ada disini, dulu mbah buyut kalian yang suruh kami disini" ucap salah satu ular itu.

"Jangan bohong ya..kalian tau siapa saya?" tanya Mira.

"Tadi tidak tau, sekarang sudah jelas. Mohon maaf sekali lagi. Kalau disuruh pulang kami akan pulang" ucap ular satunya.

"Mama..ini adalah pasangan ular kembar yang ditaro mbah buyut disini..mereka tidak jahat ko, terserah Mama dan ayah"

Dayu menoleh kearahku seakan memunta pertimbangan.

"Mira, kalau mereka tidak mengganggu tidak apa apa mereka bisa tinggal disini menjaga tanah tapi bilang tidak usah terlihat, kasian Dina pasti takut"

Mira menoleh kearah 2 ular itu, sekali lagi ia menjulurkan tangan kanannya kearah mereka.

Seketika itupun ke 2 ular kembali bisa bergerak.

"Mbah, kalian boleh disini menjaga tanah, tapi jangan terlihat wujudnya"

"Njjih..diaturaken sembah sujud, matur suwun sanget, kami akan masuk ketanah saja"

Ke 2 ular itu menggeliat dan seakan mereka sedang menggali tanah, dengan kepalanya mereka masuk kedalam tanah dan menghilang kebawah.

"Bentar Mira..mamah mau periksa seberapa jauh mereka masuk kedalam" ucap Dayu sembari menutup kedua matanya.

"Ya sudah..ayuk kita masuk kearea ini, semua sudah aman..Mira ko bisa bahasa Jawa?"

"Masa Mama? Mira ga inget bisa bahasa Jawa hihihi"

Berarti kalau begitu yang berbicara tadi adalah sosok yang mendiami tubuh Amira, dan ternyata memang benar..Mira mempunyai kekuatan magis yang lebih kuat daripada ibunya.

Aku melihat sekeliling area tanah yang luas ini, bentuknya datar, pantesan saudara saudaranya pade menginginkan tanah ini, selain datar juga pemandangannya bagus, sebelah kiri nun jauh disana kita bisa melihat pegunungan dan sisi kiri dan kanan persawahan.

Aah Amira kamu memang hebat...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!