"Mama..apa boleh Kaka Karanendra dan kak Tur Banu Weka ikut keJogja?" tanya Mira dengan lugunya.
"Oh maaf ga boleh sayang..coba mama yang ngomong sama mereka ya, biarin mereka disini jagain rumah kita sama Mbah Gung Acreng"
"Ya mama..kasian mereka ditinggal" ucap Amira dengan wajah cemberut.
"Sayang..kita mau jenguk mbah Uti yang sedang sakit..ga lama nanti juga balik lagi kesini ko.." ucap Dayu sambil mengusap kepala anaknya.
"Mah..mbah Uti kan mau meninggal..mamah tau ga?" kembali Amira dengan lugunya berkata.
"Loh ko gitu Mira ngomongnya? Mira ga boleh ngomong gitu ya"
"Mama..Mira sudah bertemu dengan simbah kakung kemarin..kata mbah kakung dia akan jemput mbah uti besok"
Dayu ga bisa bilang apa apa..dia tau kemampuan anaknya, memang kemampuan masuk kealam halusnya jauh dikuasai Amira melebihi kekuatan Dayu sendiri. Dan kekuatan ini harus bisa diarahkan dan dikendalikan agar mencapai kesempurnaan yang hakiki nanti bila dewasa. Ia menarik napas panjang.
"Dina! kamu sudah siap sayang?" teriak Dayu kepada Adina.
Dina yang lucu itu terlihat berlari kencang kearah mamanya.
"Oke kalian disini dulu ya..Mama ke mbah Gung Acreng sebentar..kalian disini dulu sama bu Ariti dan bu Rumi"
Dayu melangkah pelan kearah sosok singa yang tubuhnya super besar itu. Dipagi buta itu Gung Acreng baru saja bangun dari tidurnya. Ia menggeliat melihat Sedayu berjalan kearahnya.
"Nggeh mbok Dayu, selamat pagi"
"Rahajeng semeng Gung..baru bangun ya?"
"Sudah siap mau berangkat?"
"Iya Gung..tolong jagain rumah ya..mungkin ga lama kita diJogja"
Gung Acreng hanya termenung tanpa memberikan jawaban.
"Kenapa Gung? ko diem?"
"Aku punya perasaan kita semua akan pindah dari sini ketempat baru"
"Loh apa iya Gung?"
"Ya coba saja diliat dulu bagaimana disana..nanti kita bicarakan lagi kalau sudah kembali keBali"
"Nggeh..kita mau siap siap dulu Gung"
"Ati ati dijalan buk"
○○○○
Pagi itu suasana masih gelap gulita, udara agak sedikit dingin. Pak Agung penjaga rumah sudah menyiapkan mobil dihalaman depan.
"Sampai minggu depan kawan kawan!" teriak Amira sambil melambaikan kedua tangannya.
Adina, kembarannya hanya melongo melihat Amira melambaikan kedua tangannya kearah tembok rumah, disana Adina ga melihat ada siapa siapa, tapi ia sudah terbiasa dengan kelakuan Amira, ahirnya Adina juga ikut melambaikan tangannya.
Dayu melambaikan tangannya kearah Gung Acreng dan kedua sahabatnya yang berdiri melambaikan kedua tangannya.
"Pak Agung..kita disana mungkin sekitar 7 hari..tapi bisa lebih cepat bisa juga malah tambah harinya..tolong jagain rumah ya" ucap Sedayu.
"Baik buk..paling nanti sore saya nyalakan lampu depan saja, soalnya kalo saya nyalakan lampu dalem mbok Ariti suka ngambek hehe" jawab pak Agung.
"Kamu sudah bilang ketemen temenmu Mira, supaya jangan ganggu pak Agung?" tanya Dayu keputrinya.
"Sudah mama..mereka mau tidur dekat Gung Acreng katanya, mau ngobrol masa lalu katanya"
"Oh baguslah..kasian pak Agung kalo digangguin"
Tepat jam 6 pagi mereka sudah tiba dibandara Ngurah Rai hanya tinggal menunggu boarding saja.
○○○○
Pertama tama yang lari kepadaku adalah Amira, dengan senyuman yang khas ia berlari dan memelukku, diikuti oleh Adina dan terahir Dayu istriku tercinta. Keluargaku komplit terkumpul kembali.
"Hai semuanya! Alhamdulillah sudah sampai..yuk kita kekamar Uti!" kataku sambil menggandeng Amira dikanan dan Adina dikiri dan Dayu memegangi tanganku.
"Sayang..gimana kabar bude?" tanya Dayu mesra.
"Hmm 'ga bagus sayang, tadi malam drop banget kondisinya..tapi, bude sempet bicara sama aku sedikit. Insya Allah sebentar lagi bangun..pada laper ya?"
"Sedikit..tapi Mira dari tadi sudah ngomong terus bahwa mbah kakung sudah bersama kita mau jemput mbah putri katanya dan terus terusan bilang gitu"
"Ya Allah Mira tajem sekali perasaan dia, lucunya bude bilang kemaren Mira sudah kesini..aku kan jadi bingung, ko bisa?" ucapku.
Aku melirik kearah Mira yang kugandeng dan anak ini justru menoleh kearahku dan tersenyum.
"Pak Hamid mana?"
"Sebentar lagi kesini dia lagi parkir dulu"
"Bagaimana dirumah?"
"Itulah..Mira mau ajak temen temennya ikut tapi aku larang..tapi, Gung Acreng tadi pagi bilang bahwa perasaan dia kita semua akan pindah ketempat baru.."
"Kita liat perkembangannya sayang, tapi ga secepat itu..yang penting kita ketemu sama bude dulu..kasian, tidak ada satupun yang datang menjenguknya"
"Ayah.." tiba tiba Mira memanggilku.
"Iya sayang?"
"Dipintu sudah ada mbah akung, aku mau kesana!" Setelah bilang begitu,Amira melepaskan pegangannya dan berlari kearah pintu masuk rumah sakit.
"Mira! tunggu ayah" namun terlambat anak itu sudah lari.
"Ooh...pade ada disini" ucap istriku.
Memang semenjak anak anak lahir aku minta kepada pak Ustad agar mata bathinku ditutup saja, masalahnya hampir setiap menit aku melihat sosok sosok tidak bagus yang lewat atau berdiri disampingku. Supaya aku tidak merasakan keanehan dan keganjilan aku minta semuanya ditutup, makanya setelah itu aku sudah tidak bisa meraba ataupun melihat alam halus lagi.
"Lho pade disini?" kataku kaget, aku melihat Mira sudah sampe depan pintu dan tersenyum.
"Assalamualaikum pade" ucap Dayu sambil melemparkan senyuman. Aku dan Dina hanya diam karena tidak melihat siapa siapa disana.
"Ayuk kita semua masuk liat bude" aku mengajak semuanya masuk, dari arah belakang aku melihat pak Hamid lari tergopoh gopoh.
○○○○
Yang pertama tama masuk adalah Mira, ia berlari dan memeluk tangan bude.
"Uti..Mira dah disini" bisik Mira ditelinga bude.
Bude Dyah menggeliat sedikit dan menoleh lemah kearah Mira, mukanya berseri ketika melihat Amira berdiri disamping tempat tidur.
Tangan kanannya diangkat dan mengelus kepala Amira.
"Mana Dina?" tanya bude.
Adina langsung mendekat dan mencium tangan bude. "Mbah Uti Dina disini" Adina menarik tangan bude kewajahnya.
"Dina sayangku.." ucap bude sambil tersenyum.
"Kalian dengarkan baik baik..Mira kamu jaga Dina apapun yang terjadi kamu jaga dia dan Dina...kamu sayangi Mira ya..kalian berdua mnah uti doakan akan menjadi manusia yang sukses.."
"Aamiin.." aku dan Dayu serentak bersamaan mengucapkan itu.
"Uti..mbah kakung ada disini..tuh dipojok" ucap Amira sambil menunjuk kepojok ruangan dekat pintu masuk.
"Iya..uti sudah tau, sini mas deket aku..Randi dan Dayu aku minta kalian pindah keJogja dan urus tanah itu, didepan nantinya untuk Mira dan bagian belakang untuk Dina..Gus, usahakan tanah itu dibagi jadi 2 ya"
"Njjih bude..matur suwun sanget" ucapku pelan.
"Satu lagi sebelum aku berangkat, pa Hamid..mobil avanza putih itu untuk kamu..nanti Gus yang urus surat suratnya"
"Ya Allah buk!" pak Hamid kaget dan jongkok didekat tempat tidur bude sambil mencium tangan kanan bude.
"Maafkan aku kalo ada kesalahan apa apa..mas, aku sudah siap.." bude terbatuk batuk.
"Pak..panggil suster kesini cepat!" bisikku ditelinga pak Hamid.
Ia langsung bangkit dan bergegas keluar kamar.
Sekilas pikiran Randy melayang mundur kebelakang, ia masih ingat ketika pertama kali bude membelikan ia sebuah layangan. Bude selalu sayang kepadanya bahkan melebihi sayang yang diberikan ibunya sendiri.
Apakah mereka akan pindah keJogja atau tetap diBali dan masalah apa yang mereka hadapi diJogja..ikutin terus cerita ini sahabatku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments