Pintu kamar bude dibuka dan masuklah 2 suster, langsung saja mereka adakan pemeriksaan. Salah satu suster memeriksa denyut jantung, dan memegang telapak kaki, ia meminta rekannya untuk memegang telapak tangan bude Dyah. seketika ia mengeluarkan ponsel dari saku seragamnya.
Bude Dyah sudah beberapa kali terbatuk, napasnya menjadi cepat naik turun dan berhenti beberapa detik kemudian napas kembali namun terputus putus.
"Dok, ini suster Ana..mohon datang kekamar 1A, pasien sudah masuk kondisi Hanging Crepe"
Aku sendiri sudah bisa melihat kulit tubuh bude berangsur angsur berubah, nampak sekali kulit bude yang tadinya berwarna sawo matang menjadi agak kusam dan gelap.
Mira tiba tiba mendekat kemamanya dan memeluknya erat.
"Mama..Mira takut"
"Tidak apa apa..sini mama gendong ya"
Dayu mengangkat tubuh Mira dan menggendongnya, diumur 8 tahun Mira sebetulnya sudah cukup tinggi oleh sebab itu Dayu agak berat ketika mengangkat tubuh Mira. Aku langsung mendekap tubuh Dina, akupun menggendong Dina agar ia tidak trauma melihat kejadian sedih ini.
Sebetulnya Dayu juga sudah tidak kuat, ia melihat dengan jelas sosok putih turun dan mendekati bude. Aura sosok itu sangat berbeda dengan aura mahluk halus yang biasa ia liat dan rasakan. Sosok ini mempunyai kekuatan yang maha dahsyat.
Dayu minta izin untuk keluar kamar dan menunggu diluar, sambil memggendong Mira ia cepat keluar dari kamar.
Selang beberapa menit seorang dokter masuk kekamar dan melakukan pemeriksaan ulang. Sambil menengok kearah jam tangan ia memerintahkan para suster mencatat semua kejadian detik per detik.
Tiba tiba pinggang bude naik keatas sedikit, napasnya tersengal sengal. Aku segera memberikan Dina ke pak Hamid dan memintanya untuk tunggu diluar.
Kudekatkan wajahku dan kubisikan ditelinga, kubimbing bude dengan 2 kalimat shahadat terus menerus. Aku melihat sebuah senyuman kecil tersungging dibibirnya..pada saat itulah napasnya berhenti.
Dokter melihat kearah alat monitor jantung dan darah, angka digital berhenti dan menunjukkan 00 dimana berarti sudah tidak ada respon dari detak jantung pasien.
"Sus..tolong catat waktu terahir napas berhenti ya..maaf pak, boleh saya periksa sebentar"
Aku mundur beberapa langkah dan mengirimkan doa doa agar bude dilancarkan perjalanannya.
Setelah pemeriksaan selesai, dokter melipatkan kedua tangan bude didekat dadanya.
"Mohon maaf sedalamnya, kami beritahukan bahwa setelah kami adakan 2 kali pemeriksaan dan melihat respon alat pemacu jantung juga hembusan napas maka kami nyatakan bahwa ibu Dyahastuti sudah meninggal dunia..semoga yang ditinggalkan tabah dan sabar adanya" ucap pak dokter.
"Terima kasih dokter atas semua perawatannya"
Aku melangkah lemas keluar kamar dan memberitahukan kejadian tadi kepada keluargaku. Dina kuambil dari pak Hamid dan sekaligus mengusap kepala Mira.
"Mbah Uti sudah pergi barusan dibawa sama yang bercahaya terang tadi" ucap Mira sambil melihat keatas eternit.
○○○○
Siang itu bude kami tempatkan dipemakaman Bongoskenti, Sanden. Tidak ada satupun orang yang hadir kecuali aku, keluargaku dan pak Hamid dan 2 bapak bapak tukang kubur.
"Ayah..ada 2 yang datang ikut mendoakan mbah Uti" ucap Mira diahir acara penguburan.
"Oh iya..monggo mbah..monggo silahkan" tiba tiba istriku juga berucap.
"Sayang..ada siapa yang hadir?"
"Yang bersila dekat pohon itu kepala para penunggu disini dan yang berdiri disampingnya tadi katanya sebagai wakilnya. Mereka ikut mendoakan karena adanya kehadiran aku dan Amira kayanya..mereka menganggap Mira sebagai sesepuh mereka"
"Tidak apa apa ayah, mereka baik baik meskipun wajah mereka seram..tapi Mira ga takut seperti sosok putih tadi yang datang dirumah sakit itu" ucap Mira.
"Siapakah sosok putih itu?" aku bertanya.
"Aku rasa..malaikat maut sayang, soalnya dadaku terasa berat, napasku seperti tersedot dan seluruh tubuhku lemas, memang auranya sangat sangat kuat sekali"
"Kita memang harus banyak berdoa dan berbuat baik..sebab, kalau waktunya sudah tiba..tidak ada yang mampu menolaknya ketika sosok itu datang dan menjemput..tapi aku rasa bude orangnya baik..meskipun aku dan Mira takut tapi perasaanku damai, kamar itu juga auranya tenang.
"Insya Allah semua aman dan lancar" ucapku mengahiri.
Setelah setengah jam kami disana tiba waktunya kita pulang, Dayu dan Mira sempat berhenti sebentar didekat pohon.
"Kamu ucapkan selamat tinggal?"
"Iya..aku juga menaruh seplastik bunga dibawah pohon, sebagai rasa terima kasih saja atas kiriman doa mereka"
"Mereka Muslim?"
"Kepalanya, Jin Muslim tapi wakilnya aku rasa Jin Hindu"
"Oo menarik..ayuk kita pulang, istirahat dirumah bude sekalian bersihkan rumahnya"
○○○○
Aneh juga, biasanya kota Jogja jam 3 siang sedang panas panasnya namun siang itu seakan teduh dan banyak angin bertiup diudara.
Rumah bude terlihat bersih dan apik, ukurannya tidak besar tapi berdiri dihalaman yang sangat luas. Aku melihat sebuah mobil Avanza putih parkir digarasi.
Ketika kita semua turun dari kendaraan, Dayu berhenti tidak bergerak. Aku sempat melihat kelainan dari sikap Dayu.
"Mira..sini sayang" ucap Dayu memanggil Mira kedekatnya.
Aku dan pak Hamid bingung melihat istriku terpaku ditempat, ia menatap kearah depan jendela diujung rumah.
"Coba kita dekati..ayok Mira ikut mama"
"Pak..ibu bisa melihat yang ghaib ya?" tanya pak Hamid kebingungan.
Untung masih siang, kalau suasana malam mungkin pak Hamid akan ketakutan..biasanya apabila Dayu melihat sosok berbahaya kedua matanya berubah menjadi putih semua. Untung sekali ia memakai kaca mata hitam jadi tidak nampak keanehannya.
Aku hanya menganggukan kepala tanpa berucap apa apa..
Dina cepat cepat aku pegang dan kita menunggu didekat mobil Fortuner milik bude ini.
"Siapakah anda dan maksud apa ada disini?" terdengar suara Dayu mendekat kejendela, aku melihat Dayu melepaskan kaca matanya.
Ternyata, menurut cerita Dayu..tadi didekat jendela berdiri sosok pocong yang bertubuh tinggi dan penuh bercak darah dikain penutup tubuhnya, wajahnya hancur dan hitam gosong.
Dalam dialog antara istriku dan sosok pocong itu terlihat sosok ini sebetulnya kiriman seseorang dan bukan atas kemauannya datang kerumah ini.
"Kalian siapa?!" Pocong itu balik bertanya.
"Saya Amani Sedayu Ingmurthi kami dari keluarga Ratu Bagus Damar Rangga, penguasa kerajaan Ratu Bagus dan ini putriku yang juga titisan dari pengawal khusus permaisuri Gunapriyadharmaptani istri raja pertama Bali..kamu mau apa disini?" jawab Dayu dengan tenang, ia tau sosok semacam gini adalah sosok Jin murahan. Sekali ia kebaskan tangannya Jin ini hancur.
"Saya diutus seorang dukun sakti diJawa Timur untuk membunuh wanita pemilik rumah ini!" kata sosok pocong mencoba memberi gertakan.
"Rumah ini punya saya! kamu berani macam macam disini, aku kirim kau ke neraka jahanam! Liat batu besar disana!" Dayu menunjuk kepada seonggok batu hiasan kolam berwarna hitam yang ukurannya cukup besar.
Pocong itu menoleh kearah batu. Baru saja ia menoleh Dayu sudah mengangkat dengan kekuatan bathin keatas tanah dengan mudahnya.
"Batu ini akan aku lemparkan kearahmu! kalau kau tidak pergi dari sini!" teriak Dayu.
Pocong itu kaget melihat kekuatan Dayu yang dengan entengnya hanya dengan menunjuk kebatu dan benda itu terangkat tinggi diatas tanah.
Setelah batu diangkat dan Dayu taro kembali, kini ia membaca ayat Kursi dengan keras.
Belum selesai ayat itu dibaca, pocong itu sudah terbang keatas sambil berteriak keras.
"Dia belum tau siapa kita ini Mira..hehe Jin murahan ya sayang" ucap Dayu kepada putrinya yang tersenyum melihat ibunya yang sangat sakti.
Ada apa sebenarnya dengan bude Dyah? Simak selanjutnya ya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments