Nairadove
Aku kembali bermimpi. Bermimpi tentang dia. Entah siapa dia yang selalu hadir dalam mimpiku. Aku gelisah sangat gelisah. Aku ingin tahu siapa dia.
Dalam mimpiku, seseorang memelukku erat. Dia mengatakan padaku, "Selamat kamu safety, I Will be ok!"
Lalu mimpi itu memudar dalam pikiranku.
"Happy birthday to you!" Teriakkan itu membangunkan ku dari tidurku yang lelap. Tak terasa hari ini aku tidur hampir 10 jam, tidak biasanya seperti ini. Mungkin aku hanya lelah sehingga tidurku lebih lama.
"Terima kasih mama, papa." Aku berlari memeluk kedua orang tuaku. Bersyukurnya aku memiliki mereka. Mereka selalu ada untukku. Disaat tersulit dalam hidupku. Betul kata orang hanya orang tua kita yang akan menemani disaat susah maupun sulit.
"Naira, mama berharap di ulang tahunmu yang ke 17 ini kamu semakin dewasa. Kamu gak perlu minder karena kamu harus mengulang lagi kelas. Mama dan papa selalu bangga sama kamu." Peluk Minarti pada Naira.
"Naira, papa punya kado khusus untuk kamu. Tunggu dulu kadonya akan papa berikan jika waktunya sudah tepat. Sekarang kamu siap-siap kita ke rumah sakit untuk terapi terakhir kamu." Ucap Bimo pada putri tunggalnya itu.
"Pa, aku masih gak ingat apa-apa tentang kejadian sebelum kecelakaan itu." Celetuk Naira membuat Minarti tertegun melihat putrinya.
"Tidak masalah sayang, yang berlalu biarkan berlalu. We trying the best, let it go!" Minarti memeluk erat anaknya. Membelai rambut Naira, seolah mengatakan semua akan baik-baik saja. Biarkan saja semua berlalu.
"Mama tunggu dibawah ya." Tambahnya juga ingin bersiap menemani Naira.
Di rumah sakit,
"Semua sudah baik dan kembali normal. Jika tidak ada keluhan Naira sudah boleh beraktivitas seperti biasanya. Jangan terlalu dipaksa untuk mengingat masa lalu." Ucap Dokter Tino, dokter spesialis saraf yang menangani Naira.
"Ma, Naira ke mobil bentar ya. Mau ambil power bank." Ucap Naira pada Miranti yang langsung mengizinkannya.
"Kucing!!!!" Teriaknya. Ia sangat takut dan Fobia pada kucing sejak kecil. Ia bahkan alergi dengan bulunya. "Kucing!!" Ia panik dan badannya seperti kaku tidak bisa bergerak.
"Sudah tidak apa-apa, aku sudah datang, jangan takut, ada aku." Seseorang menarik kedalam pelukannya. Dia juga mengusir kucing itu pergi.
"Terima kasih!" Ucap Naira parau.
"Sama-sama, cepat masuk." Ucap pemuda itu melepaskan pelukan itu dan pergi dari hadapannya. Naira bahkan tak sempat melihat wajah pemuda itu yang ia ingat hanya aroma tubuhnya yang khas.
Mengapa aroma tubuh laki-laki itu langsung teringat di otakku. Apa aku pernah bertemu dengannya ? Tidak mungkin, aku tidak pernah melihat dia. Aku hanya melupakan beberapa kejadian saja tidak semua.
"Ma, siapa orang itu?" Naira bertanya pada Minarti. Dari jauh ia melihat Minarti sedang berbicara asik dengan seorang pemuda, berpakaian rapi dan stylish.
"Anak teman mama, dia datang untuk mengantarkan kue ini, choco almond kesukaan kamu." Minarti menunjukan kue yang begitu cantik dan mengiurkan untuk Naira. "Dulu, kamu suka banget buat kue." Tambah Minarti.
"Masa sih ma, kok aku gak inget. Aku bisa masak." Balas Naira.
"Bisa. Kamu bisa membuat seorang yang dingin menjadi lembut." Balas Minarti menggoda Naira. "Ayo, dimakan." Ajaknya.
"Aroma itu benar-benar melekat dalam benakku. Mengapa begitu kuat?" Ucap Naira di depan cermin.
"Sudah Naira sebaiknya kamu istirahat saja." Tambahnya.
Aku kembali bermimpi, mimpi yang serupa setiap malamnya.
"Naira .. Naira.. Naira" teriak cowok memakai baju kemeja putih. Kulitnya putih, berambut cepak, bibirnya yang merah tersenyum kepada Naira.
"Ayo, sini!" teriaknya lagi mengeluarkan tangannya pada Naira.
Naira berlari mendekati cowok itu, tiba-tiba seseorang cowok lain menggunakan kaos hitam datang lalu menarik tangannya ke dalam pelukannya.
"Jangan pergi, Naira!!" bisik cowok itu di telinganya lalu memeluknya lebih erat lagi membuatnya sulit bernafas sementara tangan Naira masih berusaha untuk menggapai uluran dari cowok berkemeja putih itu.
"Naira tinggalin aku, Naira!" Teriak cowok berkemeja putih itu padanya. Tak lama setelahnya suara dan bayangan itu menghilang.
"Do, jangan tinggalin aku!!!! Do!!!" Naira berteriak memanggil namanya.
"Naira..naira" suara terus menerus memanggilnya. Kedua bahunya masih terkunci oleh tangan cowok yang tiba-tiba menariknya.
"Lepas!!" Ia berusaha melepaskan kedua bahunya.
"Naira itu aku... Lupakan dia !!!" Teriak cowok itu membuatnya semakin frustasi, lalu secara tiba-tiba semua menghilang. Naira terbangun dari mimpinya, keringat membasahi dahi dan lehernya. Tangannya mengepal kuat selimut biru kesukaannya. Ia mencoba untuk mengatur napasnya . Ketakutan menghampirinya.
"Do" sebutnya perlahan sambil memegang handphonenya.
"Kamu sudah bisa mengingat aku?"Balas seseorang padanya.
I miss you! Tambahnya membuat air mata Naira jatuh.
"Siapa itu?" Teriak Naira ketakutan, ia terjebak dalam ruangan yang gelap. Ia ketakutan setengah mati. Kunci ruangan itu rusak.
"Naira!" Teriak seseorang yang mencarinya, ia membuka tiap ruangan. Mencarinya ke semua sudut sekolah.
"Tolong!" Naira meminta tolong.
"Nai! Jangan takut aku ada disini." Lelaki itu mendobrak pintu itu, Ia lalu membelai rambut Naira, mengusap air matanya.
"Aku ada disini. Aku sudah datang. Tidak perlu takut." Naira menatap wajahnya dan ia mengecup bibir orang yang ada didepannya.
"Naira! Akhirnya aku menemukanmu!" Lelaki itu lalu memeluknya.
"Jangan menangis! Tadi kamu dimana? Kamu belum pulang?"
"Selama kamu safety, I Will be ok!" Belai Lelaki itu lalu memeluknya sementara tatapan mata Naira tertuju pada sebuah pintu bertuliskan ruang OSIS. Dibalik pintu itu, berdiri seseorang, "I miss you, Nai!"
Naira pulang bersama dengan lelaki itu.
Maaf aku melupakanmu tapi itu bukan keinginanku..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments