Ok! I Will go right now! Setelah mengucapkan kalimat itu barulah senyum tergambar di wajah mamaku. Kenapa sih hari Senin harus secepat ini. Kenapa tiba-tiba udah harus masuk sekolah. Boleh gak sih bolos? Enaknya kemana ya?
Pertanyaan dan ide-ide gila terus muncul di kepalanya. Entah, sudah berapa banyak ide yang sedang dia susun. Sekolah adalah hal paling membosankan baginya. Namun, kalau soal nilai ia tidak kalah dibandingkan yang lain. Ia memang pintar karena gen ayahnya yang adalah profesor. Bimo, ayah Naira adalah seorang Dokter di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta. Rumah sakit ini termasuk dalam salah satu anak bisnis dari kerajaan bisnis Ricardo family. Ricardo family adalah pemilik dari Agusto grup yang bergerak di berbagai bidang salah satunya adalah kesehatan dan pendidikan. SMA harapan tempat Naira bersekolah adalah salah satunya.
Mengingat posisi Sang ayah yang cukup menyita waktunya, Naira jarang sekali bisa menghabiskan waktu seperti yang lainnya. Keluarganya jarang sekali berlibur, ayahnya jauh lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sakit dibandingkan dengan keluarganya. Posisinya sebagai direktur rumah sakit menuntutnya untuk lebih bertanggung jawab.
"Pak, kira-kira mall terdekat disini dimana ya?" Tanya Naira sambil melihat ponselnya. Ia sibuk mencari refrensi tempat nongkrong yang asik.
"Maaf, non. Pak Bimo sudah berpesan bahwa non Naira harus sampai disekolah tidak boleh mampir kemana-mana." Balas Danu supir keluarga Bimo.
"Pak, gak seru!" Keluhnya.
"Sudahlah non, ikuti saja keinginan pak Bimo." Danu coba memberikan nasehat. "Sebentar lagi sampai." Tambahnya.
"Hmmm! Aldo juga sekolah disitu kan?" Tanyanya balik lalu mendapatkan respond dari Pak Danu dengan mengangguk.
"Ok, gak masalah yang penting bisa ketemu pacarku. Hiburan!" Ungkapnya antusias.
"Non Naira, sudah sampai sekolah." Danu coba membangunkan Naira.
"Hooh! Udah sampai ya?" Naira terkejut dengan wajah yang setengah sadar. Ia mengucek matanya, mengambil sedikit air dan meminumnya.
"Makasih pak!" Ucapnya semangat.
Naira turun dari mobil dan berjalan memasuki gedung sekolahnya. Gedung sekolahnya yang bergaya kolonial dengan beberapa patung peninggalan zaman belanda yang masih terpampang dibeberapa sudut sekolah. Ini adalah sekolah impiannya, sekolah bergensi dan terkenal dengan para alumninya yang sukses dengan kurikulum berbasis kurikulum British.
"Lita tuh! Kerjain ahhh!" Otaknya mulai berputar, ia ingin menghibur dirinya sendiri.
"Hayoo jatuh!!" Teriak Naira menepuk pundak Lita yang sedang berjalan sambil menelepon pacarnya.
"Naira!!! Kenapa sih kamu iseng banget!!" Ucap Lita kesal, lalu mengambil ponselnya yang berada ditangan Naira kemudian memasukkannya ke dalam tas gemblok merahnya.
"Udah jangan marah! Kantin yuk kita makan kwetiau pangsit si Mama Acen!" Ajak Naira yang tak digubris oleh Lita.
"Gw traktir!" Tambah Naira sambil mengedipkan matanya pada Lita.
"Bener traktir 2 mangkok ya!" Balas Lita jutek tapi mau.
"Ok!" Ucap Naira, ia langsung mendapatkan pelukan hangat dari sahabatnya itu.
"Naira, aku kangen sama kamu!!!" Peluk Lita erat pada sahabatnya itu hingga Naira sulit bernapas. Hal ini disebabkan perbedaan bentuk badan mereka yang berbanding terbalik, bahkan Lita bisa mengendong Naira dengan sangat mudah.
"OK Lit! Gw kehabisan napas! Badan lo gendut ama sih!" Ucap Naira yang ingin segera lepas dari pelukan sebelum dirinya di angkat sahabat nya itu.
"Naira! Kamu jangan traktir aku, nanti uang jajan mu habis! Aku aja ya yang traktir! Ucap Lita antusias membuat Naira sedikit terdiam dan kembali mengulang peristiwa memalukan saat ia dan Lita makan di restoran. Ia dan Lita harus mencuci piring karena uang yang dibawa Naira tidak cukup untuk membayar tagihan untuk dia dan Lita.
"Lita bawa uang gak ?" Ucap Naira kepada Lita yang hanya bisa tersenyum padanya. Usaha yang sia-sia, ia kembali menatap bon restauran, bingung serta kaget melihat total tagihan makanan mereka. Dalam hatinya, ini sama aja kayak uang jajan satu bulan. Gimana nih? Help me please!
"Naira, gimana? Aku gak bawa uang!" Jawab Lita polos tanpa dosa sambil memainkan rambutnya yang kribo.
Setelah mendengar pembicaraan mereka, pelayan berseragam restoran juga tersenyum padanya dan langsung menyuruh mereka berdua untuk mencuci piring sebagai cara untuk melunasi tagihan mereka. Jadilah, mereka berdua pelayan selama seharian.
Kembali lagi ke realita hari ini, Naira yang masih melamun membayangkan peristiwa itu, "Woi, Naira! Jadikan?" Teriak Lita menepuk pundaknya membuat Naira tersadar dan menggelengkan kepalanya.
"Kayak memang harus lo yang bayar Lita!" Ucap Naira tersenyum membuat matanya hanya segaris saja. "Benarkan mending Lita aja!" Ia langsung menarik tangan Naira dan segera menyeretnya ke kantin.
Sebelum sempat melangkahkan kaki, dari arah pintu utama terdengar teriakan cewek yang super cempreng. cewek itu berteriak memanggil Naira sambil melambaikan tangan dan sesekali menunjuknya.
"Siapa tuh?" Tanya Naira berbalik arah dan melihat dua cewek cantik berjalan menuju kearah mereka dan berhenti di depan Naira.
"Hey lo!" Ucap salah satu dari kedua cewek itu sambil mendorong pundak Naira pelan.
"Ada masalah loh!" Balas Naira dengan ekspresi menantang
.
"Ya masalah lah!" Jawab temannya yang lain dengan nada tinggi, ia mendorong kedua pundak Naira hingga ia hampir jatuh untung ada Lita dibelakangnya.
"Hei! Lo!!!" Naira mengerutkan ototnya dan mempersiapkan tangan kanannya untuk meninju kedua cewek itu.
"Kalian berdua!!" Ia melayangkan tangannya kepada kedua cewek itu. Pukulan pertamanya untuk cewek yang mendorongnya. "Rasain ini!" Ia memajukan badannya, "Gw kangen!!!!" Teriak Naira merubah pukulan menjadi pelukan hangat untuk kedua sahabatnya Nasya dan Dina.
"Dina, gw hampir jatuh untuk ada Lita dibelakang!" Keluh Naira. Tak lupa, mereka akhirnya berpelukkan dan tersenyum.
"The JOJO! Go! Go!" Ucap mereka bersamaan. Tawa dan pelukan hangat terus menghiasi pertemuan mereka.
Yup! Inilah The JOJO yang terdiri dari Naira, Nasya, Lita dan Dina. Empat orang dengan kepribadian berbeda memiliki janji untuk menjadi sahabat sejak mereka masih di SD. Sederhana, persahabatan mereka dimulai justru dari kekonyolan yang memalukan.
Saat itu, mereka berada di kelas 4 SD, hanya karena masalah kaos kaki tak bernama mereka akhirnya berantem dan terpaksa harus dihukum. Mereka semua harus menulis di papan dengan menggunakan kapur sebanyak 100 kata maaf. Ini dilakukan di depan teman-temannya satu kelas.
Nasya, anak orang kaya, pemalu dan lemah. Semasa kecil ia selalu dikerjain sama teman-temannya karena sifatnya yang juga penakut. Suatu hari, Dina dan Lita berniat mengerjai Nasya dengan memasukkan ular mainan kedalam tas Nasya. Dikarenakan tas Naira dan Nasya sama dan mereka duduk satu meja membuat Lita bingung harus meletakkannya dimana. Naira yang melihat itu langsung berteriak yang membuat mereka kaget.
"Ngapain kamu!" Teriak Naira.
"Gak kok!" Lita yang kagetan dia melempar mainan itu masuk kedalam tas yang tidak dia ketahui itu siapa pemiliknya.
"Kenapa emangnya berani kamu!" Teriak Dina sok jagoan tak lama Nasya datang dan menarik tali yang panjang yang terulur di dekat Naira. Fatal, ternyata tali itu adalah jebakan kedua dari Lita dan Dina.
"Hey jangan di tarik!" Teriak Lita, karena ia melihat ada pak guru yang akan masuk. Namun apa boleh buat tali itu sudah tertarik tak lama badan Dina dan Naira penuh dengan tepung. Setelah itu Nasya tak sengaja menendang tas merah milik Dina.
Naas! Ada hal yang lebih buruk. Ketika mereka menendang tas merah itu yang ternyata adalah jebakan. Dari jauh mereka melihat plastik berisi tepung yang terikat tali menggantung dan menuju kerah papan tulis, tak sengaja mengenai muka pak guru yang baru saja masuk.
Semua yang melihatnya tertawa, termasuk mereka berempat. Pak Guru tentu kesal dan kemudian mengambil tasnya hendak mengambil buku pelajaran. Tak lama, suara teriakkan terdengar "ahhhh!!!!" terkejut dan berteriak
Guru mengangkat tangannya dengan ketakutan itu, "Siapa yang berani menaruh ini di dalam tas saya!" Guru itu mengeluarkan tarinya. Ternyata ular itu dimasukan Lita kedalam tas Guru yang super galak.
Dari semua rangkaian itu, membuat keempatnya mendapatkan hukuman yang cukup berat yaitu menulis dipapan. Naira yang memiliki postur paling kecil di antara ketiganya sulit untuk bisa menulis di bagian paling atas. Dina yang lebih tinggi membantu Naira untuk menulis di bagian atas sementara Naira mendapat bagian posisi di bawah. Lita yang gendut dan lama dalam menulis mendapatkan bantuan dari Nasya yang cepat dalam menulis. Menyadari hukuman itu menyusahkan sehingga pada akhirnya mereka memilih untuk berteman. Mereka bertiga kecuali Nasya sangat berani terutama pada cowok. Termasuk pada anak cowok.
Kedewasaan mereka merubah sikap dan sifat mereka menjadi diri mereka yang sekarang.
Dina adalah cewek paling tomboi diantara mereka berempat, tapi juga yang paling care dan bertindak sebagai kakak bagi 3 sahabatnya. Ia menyukai rambut pendek, badannya tinggi sekitar 168 cm paling tinggi, kesukaannya adalah melipat ujung lengannya seperti orang mau berantem. Dia paling dewasa, bijaksana dan paling tidak menyukai adanya permusuhan. Hobinya, main basket dan Ia adalah tim inti basket putri lewat audisi yang diadakan minggu lalu.
Nasya, cewek berambut lurus dan panjang coklat satu ini tipenya mellow dan galau. Hobinya dengerin lagu galau, penyanyi favoritnya adalah rossa. Dia cewek yang paling mellow tapi paling kuat dibandingkan yang lain, tetap tersenyum dan semangat bahkan disaat keluarganya hampir bangkrut karena hutang yang melilit keluarganya. Dia selalu memakai seragam rapi dan rok yang panjang serta kaca mata bulat yang menemani hari-harinya.
Sementara Lita, adalah cewek yang selalu optimis dan latah meskipun terkadang extrovert berlebih. Meskipun optimis dia punya sisi lemah yang selalu muncul saat dia berhadapan dengan cowok ganteng, ya dia orang yang mudah jatuh cinta dan paling feminim dari yang lain. Lita sahabat yang paling banget bisa diajak happy dan hangout seru atau bahkan sekedar ngopi di cafe. Impian utamanya adalah menjadi seorang designer baju terkenal.
Yang terakhir Naira, cewek cantik, bermata hitam, berkulit putih, tinggi 158 cm, rambutnya curly. Hobinya adalah bermain biola dan dengerin musik dari ipod nya. Dia gadis yang periang, friendly, selalu tersenyum, terkadang jahil, dan manja. Meskipun Naira gak jadi juara kelas dan selalu berada diurutan ke 5 dari 40 siswa dikelasnya, dia orang yang sangat pengertian dan mau melakukan apa saja untuk membantu sahabatnya jika dalam kesulitan.
Menurut mereka bersahabat sama halnya dengan pacaran harus ada chemistry meskipun banyak perbedaan. Perbedaan membuat suatu persahabatan lebih menarik, menurutnya ada 3 langkah jitu untuk mempertahankan persahabatan, yaitu bersahabat dalam suka dan senang, tidak ada kebohongan, saling bantu dan mendukung satu sama lain. Meskipun terlahir dengan keinginan dan angan yang berbeda tapi ada satu hal yang sama keinginan dan passion mereka dalam meraih cita-cita mereka.
"Nah ini dia nih, si naira yang selalu datang jam 7 kurang 10 menit!!" sapa Dina.
"Hei, udah ayo jangan marah-marah, sekarang mending kita ke kelas" balas Naira manja. Ia terus berjalan mundur sambil berbicara dengan temannya. Tak sengaja, ia menabrak seseorang yang sedang membawa Mading 3D untuk dipajang di kaca Mading.
"Sorry!" Reflek Naira menutup mulutnya setelah melihat Mading itu rusak.
"Sorry! Sorry! Kamu pikir maaf kamu bisa balikin lagi Mading yang sudah rusak? Lo bisa?" balas Adi kakak kelas paling jutek.
"Udah di, gpp. Gak perlu marah-marah di depan adik kelas!" Cegah seseorang, aromanya hampir sama yang ditemuinya dirumah sakit.
Pemuda itu muncul dengan pakaian sekolah yang rapi menggunakan PIN OSIS. "Mulai besok hati-hati ya.." Ia sempat terdiam melihat Naira.
"Kamu!" Tambahnya lalu menghentikan bicaranya.
"Gara! gara! Kamu! Kita gagal ikut lomba Mading udah rusak semua!" Adi masih saj marah dan melampiaskan emosi.
"Kamu harus tanggung jawab!" Ucap pemuda itu lalu menunjuk ruang OSIS. Temui aku jam 11 nanti, pesannya.
Setibanya diruang OSIS pemuda itu sudah menunggu sambil membaca salah satu buku sastra puisi.
"Lama banget baru datang?" Tanyanya.
"Soalnya tadi .." Pemuda itu memotong kalimat Naira dan meletakkan sebuah kotak berisi peralatan Mading.
"Buat ulang semuanya!" Titahnya lalu menunjuk gambar yang berada di sisi kanannya. "Seperti ini. Paham." Dia lalu berbaring di sofa dan menutup kepalanya dengan buku.
"Cepat! Jangan lama-lama!"
What the hell, aku harus ngulang semua? Gila kali ya. Awas ya. Kakak kelas resek!!!! Aku terus mengumpat kakak kelas sok kenal yang langsung nyuruh-nyuruh, what the hell! Siapa dia!
"Cepat jangan ngedumel!" Teriaknya lagi.
"Iya kak siap kak." Kata Naira terbata-bata.
Diluar ketiga sahabatnya itu memberinya dukungan. Mereka bertiga takut masuk karena ada tertulis don't distrub! or masuk ke ruang BP!
"Gak papa mereka gak bantu secara langsung, support mereka yang aku butuhkan. Gunting lagi Naira. Ayo semangat!"
Sahabat terbaik tidak akan pernah meninggalkanmu, selalu mengajakmu berpikir positif dan mungkin menggantikan untuk bersedih.
Bestfriend for ever! Aku berharap ini akan selamanya.
"Naira!" Panggil seseorang
"Do!" balas Naira terdiam dan pemuda itu pun juga.
"Ngapain kamu kesini! Ini bukan tempat kamu! Keluar!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Happy
menarik cerita ini...
2023-04-11
0