FIRST TIME

It's the beginning.

Kring... Kring... Kring...Kriiiingggggg !!!!!!

"Non Naira, Non Naira" Ketuk Minah, salah satu pengurus rumah tangga di rumah Naira. Suara mendhok nya menjadi ciri khas Minah. Maklum, ia asli Yogya dan sudah 20 tahun bekerja untuk keluarga Naira.

"Non, hari ini Senin non bukan Minggu." Ucapnya.

"Senin! Oh no! Jam berapa sekarang?" Ucap Naira parau sambil bergulat dengan selimutnya. Kenapa cepat banget sih udah Senin aja. Malas banget.

"Jam setengah tujuh, non" Jawabnya.

"Apaaaaa!!!! Teriak Naira mengagetkan Minah. "Duhh, telattt biiii!!!!!" Naira spontan bangun. "Aduh!! bisa-bisa kena punishment, bi." Naira mencari- cari handuk diantara tumpukan baju yang ada di atas bangkunya.

"Mana sih handuk!" Naira terus mengobrak-abrik tumpukan baju yang itu untuk mencari handuk putih yang lupa ditaruhnya. Ia buru-buru bergerak menuju kamar mandi dan bersiap ke sekolah. Naira, sifat males mu ini kapan mau perginya. Hari ini gak boleh telat! Naira, Naira ucapnya pada bayangan dirinya di cermin.

"Non, tunggu non, Pak Toto masih siapin mobil non" Kata Minah.

"Aduh, Bi aku naik bus aja, udah telat nih!" Balas Naira sambil mengambil roti dan sebotol susu untuk dimasukan kedalam tas.

Sial! Kenapa sih langit gak bersahabat hari ini. "Hujan lagi! deras banget! Aduh kenapa sih pagi-pagi udah gini!" Naira bergegas mencari tempat untuk berteduh.

"Mana sih payung" Ucapnya sambil mencari payungnya yang terselip di bagian bawah tasnya. Hujan makin deras. Tidak ada halte di dekat rumah Naira, sementara itu tidak ada bus yang datang.

"Nasib! Mandi air hujan." Katanya sambil mengelap wajahnya yang basah oleh air hujan. Naira tetap bersyukur sambil mengelus dadanya. "I fine! Semua akan baik-baik saj Naira." Ucapnya sambil memandang langit yang biru. 

"Sepi banget jalan ini. Alamat telat deh ini." Ia terus melihat kearah jam tangannya. 10 menit berlalu, ia tetap berdiri tanpa melihat satu kendaraan lewat di depan matanya.

Sekalinya lewat kendaraan itu tidak mau berhenti di depannya. Naira semakin gelisah melihat jamnya menunjukkan pukul enam lewat tiga puluh lima menit. Dua puluh lima menit lagi menuju waktu masuk kelas!

"Oh My God!!! Bentar lagi mau masuk!!!" Naira semakin gelisah sementara hujan semakin deras dan tak ada tempat baginya untuk berteduh.

"Akhirnya busnya datang juga, pak berhenti!" Teriaknya namun bus tak kunjung berhenti. Naira mengejar bus itu sambil terus berteriak, Pak, berhenti!" Usaha tak akan mengkhianati hasil, bus itu berhenti tak jauh darinya.

Di ujung jalan itu juga ada sebuah mobil BMW hitam. Di dalam mobil itu duduk seseorang pemuda yang dari tadi sudah memperhatikan tingkah laku Naira. Ia mulai mengarahkan stir nya secara perlahan mendekati Naira

Tin! tin! tin!

Bunyi klakson mobil itu, membuat Naira kaget sekaligus jengkel. "Siapa sih?" Naira menoleh kearah mobil itu. 

"Orang kurang kerjaan, Udah biarin aja!" Ucapnya cuek. Naira lalu berlari menuju busnya. Klakson mobil kembali berbunyi dan semakin keras dan panjang. Naira kembali menoleh, dahinya mengerut, penasaran tergambar di wajahnya.  Ia kemudian berjalan mendekati mobil itu lalu  mengintip dari luar jendela.

"Siapa sih!!" mengintip dari luar jendela. 

Ia melihat samar-samar, seorang pemuda berpakaian seragam SMA, memakai kaca mata hitam sedangkan tangan kanannya memegang setir mobilnya, rambutnya cepak.

"Hei!! Buka jendelanya! Siapa kamu!" Teriak Naira mengetuk kaca mobil itu namun cowok itu tidak meresponnya. 

"Hello! Ucapnya sekali lagi."

"Eh hujannya berhenti" Teriak Naira senang sambil menutup payungnya. Ia lalu mengetuk jendela mobil itu. Tiba-tiba suara kunci mobil terbuka. Naira, heran. Siapa orang ini, jangan-jangan dia orang jahat.

"Eh, bus gw! Tunggu!" dia berbalik arah mengejar bus nomor 612 itu yang melaju pergi meninggalkannya, "Tunggu!!" Teriak Naira sambil mengejar bus itu.

Tin.. tin.. tin.. 

Klakson mobil itu membuatnya kesal dan bete. Naira menarik lengan bajunya kemudian melipatnya, dia berjalan kearah mobil itu dengan marah dan kesal.

"Siapa sih lo! bikin gw telat, gak tahu ya, kalau orang mau pergi sekolah, ngeselin!!" Naira mengumpat dalam hatinya.

"Nairaaaaa!!" Teriak seseorang mengalihkan pandangannya, raut wajah yang tadinya kesal berubah senang, senyuman lebar diwajahnya menyambut datangnya seseorang yang selama ini diharapkannya. Ia mengendarai motor vespa lalu berhenti tepat didepannya. Naira mulai bertingkah manja.

"Aldo" Sebut Naira manja sambil memainkan tali tasnya.

"Kamu, ngapain? nunggu bus? bareng aku aja, nanti kamu telat. Hari pertama masuk sekolah masa telat!" Ucap Aldo mengambil helm biru yang disimpannya di dashboard vespanya lalu memberikannya kepada Naira.

Naira sangat senang seakan doanya dijawab Tuhan pada hari itu juga. Tak lupa Aldo membantu memasangkan helm itu kepadanya.

Naira tersenyum lebar memperlihatkan gigi kelincinya yang imut. Ucapnya dalam hati, "Ya ampun Tuhan mimpi apa aku semalam, ketemu Aldo terus dianterin sama dia. Aku senang banget, dia memang selalu ada disaat aku butuh." Ucapnya bersyukur.

Hatiku berdebar, mimpi apa aku semalam, sampai-sampai aku bahkan bisa bertemu dengannya pagi ini.

Mukanya terlihat malu, pipinya memerah, senyumnya lebar, "Naira kamu kenapa, senyum-senyum gitu?" Tanya Aldo sembaring membetulkan posisi helm Naira yang ternyata kebesaran. Aldo tertawa melihat kepala Naira tenggelam dalam helmnya yang besar. Naira juga membalasnya dengan senyuman malu. Ekspresi itu memperlihatkan keduanya yang memang sedang jatuh cinta.

Sementara itu rasa marah dan kesal, tergambar di wajah cowok dalam mobil itu. Tangan kanannya mengepal kuat stir mobil didepannya. Matanya mulai berkaca melihat sepasangan kekasih yang sedang dimabuk asmara itu. Tak tahan melihat keduanya, ia sengaja menerjang lobang berisi genangan air tepat disebelah Naira berdiri.

"Hei, gila ya !!!" Teriak Naira marah melihat bajunya yang basah dan kotor.

"Udah Naira, biarin aja" Ucap Aldo mencoba menenangkan Naira yang kesal.

"Do, kamu diam aja" Balas Naira menatap Aldo sementara ia hanya bisa diam sambil menatap mobil itu yang semakin jauh dan menghilang dipertigaan jalan.

"Dove" Sebut Aldo pelan.  

Naira membersihkan bajunya, "Ayo naik nanti telat" Ajak Aldo cemas karena kejadian tadi. Selama diperjalanan, Naira selalu memeluknya membuat Aldo deg degan.

"Aldo, lebih cepat nanti aku telat!" Seru Naira. 

SMA Harapan

"Dove, udah sarapan? aku bawain sandwich" Sapa Sinta lalu memberikan kotak makan berisi  sandwich untuk Dove cowok yang dia sukai.

"Thank you, yang lain mana?" Balas Dove langsung membuka kotak makan itu  dan mengambil sandwich yang dibawakan oleh Sinta. 

"Recommended!" Senyum Dove memberikan jempol dan senyum lebar pada Sinta yang langsung meleleh.

"Nanti siang makan bareng yuk?" Ajak Sinta. 

"Boleh!" Jawab Dove setuju sambil menepuk bahu Sinta lembut. Sinta yang pemalu, tidak ingin menyia-nyiakan waktu. Ia memberanikan diri memegang tangan Dove namun Wira datang membuyarkan semuanya.

"Wira!!!" Teriak Sinta membuat Wira kaget.

"Kenapa Sin?" Balas Wira. 

"Wira, lo diajak makan tuh sama Sinta" Ucap Dove membuat Wira kaget sekaligus senang.

Ia menepuk pundak Sinta, "Sinta!! Wira setuju untuk temenin kamu makan, hari ini penerimaan murid baru jadi pasti sibuk, anak manis" Ucapnya dengan tampang polos.

Sebaliknya Sinta yang tidak terima dengan spontan berkata pada Dove bahwa bukan Wira yang dia inginkan melainkan dirinya untuk menemaninya makan. Mendengar itu Dove hanya bisa tersenyum sambil menatap Sinta dan meletakkan tangannya diatas kepala cewek itu.

"Sinta" Panggilnya, "Siapapun yang nemenin apa ada bedanya, apa rasa makanannya akan berbeda? Yang asin bisa jadi manis gitu?" Tanya Dove menghancurkan harapan Sinta.

"Dove! tapi ini hari ulang tahun aku!" Sebutnya lagi berharap cowok yang sudah lama disukainya itu akan menarik ucapannya. 

"Aku tahu, jadi aku gak akan membiarkan dirimu makan sendirian." Kalimat ini menjadi pertanda bahwa bukan Dove yang akan menemaninya.

"Wir, come on!! Udah, cepat deketin" Bisik Dove ditelinga Wira yang disambut baik olehnya.

"Sinta, ayo ke lapangan" Panggil Dove.

Sinta kecewa dengan sikap Dove yang acuh padanya, padahal Dove tahu bagaimana perasaannya selama ini terhadapnya. Dove terus memanggil namanya, "Why Dove? Kenapa kamu selalu menghindar? Keluhnya dalam hati.

Sinta kecewa sekaligus sedih dengan penolakan Dove padanya, ini bukan yang pertama, "Sinta kamu mau kemana? Lapangannya di situ bukan di sana!" Teriak cowok impiannya itu namun ia tak menggubrisnya dan membiarkannya berlalu.

Selama ini, Dove selalu mendorong Wira untuk mendekati dirinya dan Wira pun sadar bahwa sinta tidak menyukainya karena dia tahu sejak awal masuk SMA, Sinta sudah menyukai Dove. 

"Dove, dia itu gak suka sama gw, ngapain lo nyuruh dia makan ama gw padahal dia ngajakin lo!" Dove melirik ke belakang dan menghampiri Sinta. "Sinta!" membuat cewek itu menoleh padanya. "Menurut kamu yang penting makan atau temen makan?" Tanya Dove membuat Sinta kembali berharap padanya. 

"Temen makan" jawab Sinta lantang. Dove berjalan mendekati Sinta, lalu memberikan buku novel kesukaannya sebagai hadiah ulang tahun.

"Kamu ada yang mau disampaikan saat makan siang?" Tanya Dove. Membuat Sinta terpaku, ia mulai terbata-bata dalam menjawab.

"A-da" Jawabnya, Wira berjalan menghampiri mereka berdua.

"Kalau gitu kenapa makan siang? Sekarang aja!" Balas Dove membuat Sinta membisu dan bingung menjawabnya. 

Sinta! Ayo kamu pasti bisa, tinggal katakan saja! Kata Sinta dalam hati.

"Hei" Tepuk Dove.

"Dove kamu mau ya makan sama aku, aku mau makan enak dan pasti porsinya lebih banyak!" Ceplos Sinta kaget yang membuat Dove dan Wira tertawa.   

Sial!!!! Ucap Sinta dalam hatinya. 

"Hah, justru kalau Wira kamu bisa dapat porsi lebih banyak! Kantin tempat nongkrongnya dia!" kalimat itu membuat Sinta terdiam, Dove menyuruhnya untuk tersenyum meskipun sulit bagi Sinta,"Jadi gak ada masalahkan kalau Wira yang nemenin? Clear ya? Dia bisa penuhi wish kamu." Mereka lalu melanjutkan perjalanan mereka sambil bercanda. 

Krinnnnggggg!!!!

Tepat pukul tujuh, bel masuk berbunyi. Pak satpam bersiap-siap pada posisinya dengan gembok hitam ditangan. Bersiap menarik gerbang utama yang terbuat dari besi bercat hitam yang menjulang tinggi. Roda gerbang itu mulai berputar diiringi dengan suara bel yang semakin  melemah.

"Ayo cepat masuk! Gerbang akan segera ditutup!" Teriaknya menggunakan Toa merah andalan Pak Satpam. 

"Kak cepat, udah jam tujuh!" Teriak Naira panik, Aldo mempercepat lari vespanya. Gerbang hampir tertutup dan jam menunjukkan pukul tujuh lewat lima menit.  Suara roda berputar membuat Naira ketir dan takut, dipukulnya punggung Aldo untuk menyuruhnya lebih cepat.

"Pak, jangan ditutup dulu!" Teriak Aldo.

"Aduh Aldo kok bisa telat, Ayo cepat masuk!" Tegur Pak Satpam. Naira buru-buru turun sementara Aldo harus  mendorong vespanya yang tiba-tiba mati ke area parkir.

Menginjakkan kaki pertama kali di SMA Harapan, membuat  Naira terpukau, akhirnya dia bisa kembali bersekolah setelah lebih dari satu tahun hanya bisa memandangnya dari jauh. 

"Akhirnya aku bisa sekolah lagi! Yes! Yes! Yes!" Teriak Naira terlalu antusias. 

"Cepat ra, udah telat!"  Aldo mengingatkannya untuk segera menuju ke lapangan. Naira segera berlari ke lapangan, dimana semua siswa baru sudah berbaris sesuai dengan tinggi badan dan kelasnya masing-masing.

"Wow, amazing!" Ucapnya lagi tak habis-habisnya ia bersyukur. 

Lagu mars sekolah berkumandang, para siswa bersikap hormat. Para kakak pembimbing berkeliling untuk mengecek kelengkapan dari masing-masing siswa/siswi.

"Kak, maaf!" Naira terpesona melihat lapangan hijau membentang luas, gedung tinggi bergaya eropa dan murid-murid lain yang menggunakan jas almamater sekolah berwarna merah maroon seperti yang sedang dipakainya. Lapangan itu berada di dalam sekolah yang diapit oleh empat gedung yang saling terhubung dengan jembatan penghubung dan fasilitas lift di setiap lantai. Gedung Utama berada di sisi utara tepat didepan Naira yang terdapat logo SMA Harapan. Gedung tersebut terkenal dengan gedung Eco, terdiri dari delapan lantai yang akan dibagi untuk lab, ruang pertemuan, administrasi dan juga ruang auditorium di lantai paling atas. Di tengah gedung terdapat kayu pohon besar yang menjulang tinggi hingga lantai delapan, dan dikelilingi oleh bangku yang membentuk suatu lingkaran jika di lihat dari atas. Sementara tiga gedung lainnya digunakan sebagai ruang kelas, gedung olahraga dan gedung khusus perpustakaan dan kantin. Gedung perpustakaan hanya terdiri dari lima lantai letaknya disebelah timur dari posisi Naira berdiri. Gedung kedua berada disisi barat dari gedung utama, merupakan gedung khusus untuk anak IPS lengkap dengan fasilitas lab untuk menunjang sistem pembelajaran. Gedung ke 3, arah selatan untuk IPA. Kantin disini sama seperti di perkantoran, dimana setiap anak akan mendapatkan menu yang sama dengan takaran saji yang sudah di sesuaikan dengan kebutuhan gizi yang cukup.

Setiap siswa/siswi diberikan kartu ID dan loker khusus untuk meletakkan kebutuhan sehari-hari seperti buku, baju olahraga, dll.  Kartu ID berfungsi sebagai kunci elektronik untuk membuka ruangan yang akan mereka gunakan. Didalam kartu ada sistem untuk mendeteksi ruangan mana saja yang bisa dibuka karena semua ruangan terkontrol by sistem.  Selain kunci, kartu itu juga digunakan saat absensi dan yang lebih penting adalah tanda pengenal murid SMA Harapan. Sungguh lengkap fasilitas di sekolah ini. 

"Hey! Cepat! masuk barisan!" Teriak salah satu cewek dengan pakaian seragam lengkap dengan Hoodie bertuliskan SMA Harapan. 

Naira masuk kedalam barisan dan merapikan baju, lalu memakai topi upacaranya. Baru saja ingin memberikan hormat pada bendera Merah Putih. Tiba-tiba, Sinta menariknya keluar dari barisan dan menempatkannya di barisan tersendiri di paling ujung. 

"Kamu berdiri disini!" katanya sambil sedikit membentak lalu meninggalkannya sendiri. Tak beberapa lama, datanglah seorang lagi lalu ditempatkan disampingnya. Ia hanya menunduk melindungi dirinya dari terik matahari pagi. Rambut coklatnya terurai menutupi wajahnya. Naira hanya bisa melirik pada orang itu penasaran. 

"Hello, aku Naira. Kamu siapa?" 

Upacara Bendara dimulai pemimpin upacara melaporkan kesiapan siswa untuk memulai kegiatan. Selama upacara, Naira selalu melakukan gerakan-gerakan kecil yang cukup menarik perhatian beberapa orang disampingnya, terutama Dita. 

Dita adalah anak baru, pindahan dari Boston yang fasih berbahasa Indonesia. Dita terlihat begitu lemah, ia alergi dengan panas matahari yang akan membuatnya gatal sehingga ia diberikan barisan khusus dibelakang dekat dengan kakak pembimbing. 

"Hello, Aku Dita" Ia memperkenalkan dirinya terlebih dahulu.

"Aku Naira" mereka saling berkenalan.

Hussssstttttt!! Tegur Sinta pada keduanya. Upacara penerimaan murid baru akhirnya selesai sebelum dibubarkan, Dove Ketua Osis SMA Harapan naik keatas podium dan memberikan pengumuman sebagai ucapan selamat datang di tahun ajaran baru. Badannya atletis, tegak, rambutnya cepak, di dadanya terdapat name tag bertuliskan Dove R, Ketua OSIS.

"Hai semua, selamat datang dan bergabung bersama keluarga besar SMA Harapan, So happy to have you today." Ucapnya yang disambut oleh teriakan gadis-gadis di dalam barisan. 

"Saya bersama dengan kakak yang lain akan menemani kalian selama kurung waktu tujuh hari ke depan" Dove, kemudian memanggil Wira dan Sinta untuk maju ke depan.

"Panitia disini totalnya 22 orang. Terdiri dari 5 anggota inti dan 17 kakak panitia sekaligus kakak pembimbing kalian, kalian bisa kenalan di kelas nanti." Ucapnya sebelum memperkenalkan anggota inti OSIS kepada semuanya.

"Saya, akan memperkenalkan anggota inti OSIS SMA Harapan Saya Dove ketua OSIS Sinta selaku sekretaris, dan Wira adalah wakil ketua bidang satu, ada dua orang lagi yaitu, wakil ketua bidang dua, dan bendahara yang belum datang." Ucap Dove.

"Robert, Wakil ketua bidang dua!" Teriak lelaki berambut jabrik, dengan headbelt hitam dikepalanya, nafasnya ngos-ngosan, muka dan badannya penuh keringat sehabis berlari, kedua tangan menempel pada dengkulnya. Dia mengambil nafas panjang lalu berjalan menuju Dove. Berselang 2 detik kemudian, datang lagi dengan berjalan santai. Rambutnya klinis, berpostur tinggi dan atletis membuat anak-anak cewek terpesona.

Sorry, bro telat! dengan santai sambil menepuk bahu Dove yang marah karena mereka berdua telat. 

"Ini Chua, bendahara OSIS. Semua anggota inti OSIS SMA Harapan sudah hadir semua. Bagi anggota yang belum berkenalan secara resmi bisa dilakukan di waktu istirahat. Kalian semua boleh masuk ke dalam kelas masing-masing" Dove menepuk tangannya satu kali sebagai tanda pembubaran semua murid untuk masuk ke dalam kelas mereka masing-masing. 

Di kelas mereka akan diberikan materi mengenai sekolah dari mulai sejarah hingga fasilitas, guru, dan kegiatan yang akan dilakukan disekolah. Tanpa terkecuali prestasi dan juga extrakulikuler yang ada di SMA Harapan. Ekskul olahraga berada di tingkat pertama di sekolah.

"Tunggu, kamu murid 10 IPS 3 yang tadi berdiri dibarisan sendiri, harap maju ke depan! "Panggil Dove menggunakan pengeras suara.

"Selain, murid yang saya panggil dipersilahkan masuk ke kelas!" Perintahnya. Naira berjalan mendekati podium bersamaan dengan Dove yang turun dari sana. 

"Kamu! Tahu peraturan sekolah, wajib menggunakan pakaian yang rapi dan bersih. Sekarang ganti baju kamu! Besok jangan telat!" Dove menyodorkan kemeja putih baru berukuran besar. 

"Oh iya! Mulai besok kalau mau sekolah, bajunya dicuci dulu! Pake baju itu dan patuhlah." Dove menepuk pundak Naira lembut dan memberikan baju kemeja putih polos itu lalu berjalan kearah ruang OSIS.

"Teman-teman yang lain boleh ikut berpatroli sesuai yang aku arahkan saat briefing tadi pagi."

"Dove, gw minta maaf karena telat." Kata Chua namun Dove tidak merespon dan malah mendorongnya masuk ke kelas 10 IPS 3. 

Naira masuk ke dalam kelas itu memakai baju kemeja putih itu. Karena telat, dia terpaksa duduk di bangku paling depan bersama dengan Dita.

"Kamu maju!" Tunjuk kakak pembimbing. Naira menoleh ke kanan dan kiri sampai akhirnya dia sadar dirinyalah yang ditunjuk. 

"Kamu yang datang paling terakhir! Maju dan nyanyikan lagu mars sekolah kita!" Perintah Kakak Pembimbing membuat Naira mati kutu. 

Naira maju dengan perasaan takut sekaligus malu, dia bahkan tidak tahu kalimat awal dari lagu mars sekolahnya. Tiba-tiba pintu terbuka, Dove masuk dan duduk di bangku guru yang menghadap ke murid. Dia duduk lalu melipat tangannya dan menoleh kearah Naira yang sedang diam membatu di depan kelas. Ia takut dan gugup, ia mulai memainkan telunjuk dan ibu jarinya yang disembunyikan di punggungnya.

"Ayo mulai!" Perintah kakak pembimbing. Itu membuat Naira takut. Tahu akan hal itu, Dove kemudian melakukan sesuatu yang tidak biasa ia lakukan. Dove adalah lelaki yang diinginkan hampir semua perempuan di sekolahnya. Dia adalah murid berprestasi yang sudah membawa nama baik sekolah ke kanca international berkat kecerdasannya dalam bidang sains.

"Duh! Gimana sih, lagu mars aja gak hafal." Dove berdiri dan berjalan ke meja salah satu murid yang sedang memegang buku pedoman MOS. Di membuka buku itu, "Kalian semua harus hafal diluar kepala bukannya baca dari buku. Ini adalah peraturan wajib dari sekolah selama masa pengenalan. Semua tutup bukunya." Ucapnya tegas.

"Kalian berdua yang dari tadi ketawa. Coba nyanyikan lagu mars sekolah." Kedua murid itu ada orang yang ikut menertawakan Naira saat di depan. Mereka juga berbisik tentang Naira, "Mars aja gak hafal!" ledek mereka.

"Ayo nyanyi! Aku hitung sampai tiga. Satu, dua, ti.."

"Maaf kak, kami gak hafal." Jawab mereka.

"Kalau kalian gak hafal kenapa musti ketawa kalau temannya gak hafal? Kalian itu satu kelas, jangan selalu melihat kekurangan orang. Lihatlah kekurangan kalian. Kalau kalian merasa sudah hebat baru boleh menertawakan orang lain." Balasnya.

"Kamu juga, coba ke depan! Nyanyi lagu mars didepan." Pinta Dove tegas.

"Bert, Dove kenapa? Tumben dia mau banyak bicara kayak gitu" Tanya Chua heran, biasanya Dove selalu bersikap cuek, apalagi jika itu bukan tugasnya. Sementara kedua kakak pembimbing itu hanya bisa melihat dari sudut kelas.

"Dirga, ayo nyanyi. Kok diem?" Tanya Dove lagi.

"Kak maaf, saya... " Jawab Dirga.

"Bagaimana perasaan kamu, saat aku bicara seperti tadi? Kamu juga mengatakan hal yang sama bukan kepada temanmu? Jangan dilakukan lagi. Kamu boleh kembali ke tempat duduk. Ingat teman-teman wajib di hafal." Hal ini semakin membuat Dove terlihat sempurna, ia menatap Naira dengan hangat. Matanya menggambarkan kehangatan. Ini membuat Naira merasa terlindungi. "Makasih kak." Balasnya.

"Kamu, tetap harus menyanyikan lagu itu." Dia lalu kembali ke meja guru. Dove mengeluarkan buku dari MAP biru bertuliskan khusus pendamping kelas. Ia membuka buku pedoman khusus kakak pembimbing kelas lalu memberikannya pada Naira. Mulai di nada C ucapnya. Ia lalu kembali ke tempat duduk.

Semua orang disana kaget dengan perlakuan Dove. Namun, tidak ada satupun yang berani menegur. Sementara sahabatnya yang berada bersama dengan dia justru protes dengan sikapnya. Melihat sikap ini, Dita juga merasa ini hal yang seharusnya dilakukan kakak kelas pada adik kelas. Sebagai seorang lelaki ia bisa menangkap sinyal ketidaksukaan murid perempuan akan sikapnya tak ingin Naira menjadi bulan-bulanan, ia memutuskan untuk pergi. Dove meninggalkan kelas itu menuju kelas yang lain. 

"Huuuuu!" semua menghela napas panjang setelah kepergian Dove. "Naira, kamu boleh kembali ke tempat duduk kalian." Kata salah satu pembimbing kelas.

"Dove! kenapa kamu harus melakukan hal seperti tadi." Tanya Sinta menghadang jalannya.

"Sinta, aku gak suka orang yang tidak menghargai teman lainnya." Balas Dove.

"Tapi Dov.." Dove memotong pembicaraannya.

"Sinta aku sedang tidak ingin berdebat masalah apapun." Balas Dove menyelesaikan segalanya.

Bel  berbunyi tanda jam istirahat, Naira memilih untuk membeli makanan di kantin sambil mengenal lebih dekat sekolahnya tersebut, ia mulai menuruni tangga untuk menuju ke kantin.

"Hey, Naira!" Nasya, Dina dan Lita mengagetkannya. 

"Gimana hari pertama kamu?" Tanya Lita.

"Okey kok!" Jawab Naira.

"Kantin yuk!" Ajak Nasya dan Naira menyetujuinya.

"Tunggu! Inget gak, sebelum ke kantin, kita pasti main tebak-tebakan dulu!" Ucap Lita. 

"Kira-kira yang akan muncul di depan kita cowok atau cewek? Siapa yang salah me, dia yang traktir kita! Gimana?" Lanjut Dina antusias.

"Okey, abis ini pasti cewek!" Ucap Nasya dan di ikuti lainnya.

"Gak, pasti cowok!" Ucap Naira percaya diri.

 Mereka akhirnya menunggu dengan keberuntungan di pihak Naira. Dove berjalan di depannya dengan berseragam rapi. Dia juga berhenti di depannya untuk membetulkan tali sepatunya, tak lama kemudian Sinta datang dan mengandeng tangan Dove pergi.

"Tuh, lo traktir gw ya!" Ucap Naira senang tapi raut wajahnya berubah terlihat kekecewaan ada dalam wajahnya.

Di Kantin,

"Duduk sini aja, asik nih!" Ajak Lita, mereka lalu duduk di meja yang letaknya berseberangan dengan meja yang selalu di duduki oleh Dove dan teman-temannya. Dari tempat duduknya, ia bisa melihat Dove dan kelompoknya sedang bercanda, mengobrol bahkan iseng satu sama lain. Ia juga melihat Sinta sangat perhatian pada Dove, dia mengambil lauk dan menaruhnya diatas sendok Dove. Tak hanya itu, ia juga sangat akrab dengan yang lain.

 

"Mereka pacaran ya?" Lontar Dina.

"Kayaknya, deket banget mereka!" Jawab Nasya ketus, "Eh dia bukannya sekelas sama lo, Lit?" tambahnya.

"Naira, cowok yang itu, dia prince nya sekolah ini."Ucap Nasya menunjuk pada Dove.

"Dari belakang aja keren, apalagi di depan. Selama gw sekolah di Boston belum pernah liat cowok sekeren dia. Paket komplit" Tambahnya terpesona oleh Dove. 

 

"Iyakan Din" Ceplos Nasya.

"Iya bisa dibilang gitu sih, dia itu ramah, suka senyum, suka menolong dan yang pastinya gak jahil kayak temannya yang lain" Ucap Lita pada semua yang ada di meja itu.

"Udah gw bosen ngomongin dia." Naira bersikap acuh dan hanya fokus pada makanannya. "Hi! Makan dulu." Naira menggeleng karena heran melihat kedua temannya, Nasya dan Lita yang falling in love dengan sosok Dove.Apa bagusnya sih cowok itu, ucap Naira dalam hati. 

"Dia itu cuek tapi bijaksana menurut gw, gak heran dia kepilih menjadi ketua OSIS Tahun lalu" tambah Lita.

"eh lo juga ngefans sama dia?" ceplos Dina sambil mencolek Lita. Memberi tanda pada Lita, "Gak kok!" Ucap Lita membela diri. 

"Andai dia jadi pacar gw!" Ucap Nasya dimabuk cinta.

"Gak mungkin!!" Kata Dina dan Lita serempak. 

"Kalau lo gimana Naira?" Tanya Dina.

"Gw, Aldo lah lebih keren, dia kan cowok gw!" Bela Naira. 

"Gw harap lo bahagia dengan pilihan lo" Balasnya lagi.

"Din!" Naira heran dengan sikapnya. 

Tak lama, seseorang anak cowok datang menghampiri Dove, berkaca mata kotak, berpakaian rapi, kemeja dimasukkan kedalam celana panjang dengan ikat pinggang hitam. Ia berjalan mendekati Dove, sepertinya ia ingin meminta tolong dan dia menolongnya. Dove melihat isi tulisan dibuku itu, lalu menyuruh cowok itu duduk disebelahnya. 

"Hmmmm, kamu bisa pake rumus ini, dan setelah itu kamu bisa masukin angka ini, udah paham" Tanya ucapnya pada cowok itu dan dia pergi setelah menerima penjelasan dari Dove.

"Dove, minta diajarin lagi ya, sekali-kali lo ajarin gw, biar pintar kayak lo ?" Celoteh Chua dan Dove hanya mengangguk sambil melanjutkan makannya.

Naira terus memperhatikannya, kakak yang baik, udah bantuin aku, bantuin orang itu lagi. Puji naira, memujinya dalam hati.

Jam pulang, bel berbunyi. Semua berhamburan keluar, hujan turun tiba-tiba. Naira membuka payungnya,  ia suka hujan sehingga dia lebih memilih untuk mandi hujan sambil menuju pintu gerbang yang  jauh dari gedung.

"Hey, kamu ngapain hujan-hujanan!" Dove membuka jendela mobil Alphard. Dia pun menyuruh supirnya untuk membunyikan klakson. Kaget mendengar bunyi klakson itu, membuat Naira jatuh jongkok ditepi jalan, dia terlihat ketakutan. Dove pun turun dan menghampirinya.

"Hey, kamu gak papa?" Namun Naira justru menamparnya sambil menutup mata. "Hey! kamu gila ya. Kenapa aku ditampar? Aku tuh mau bantuin kamu!" Dove merasa heran sambil mengelus pipinya yang sakit karena ditampar.

"Naira" panggil Aldo. 

"Biar aku aja!" tatapannya tajam pada Dove. Aldo memapah naira.

"Biar dia pulang sama aku!" Dove menahan tangan Aldo.

"Dia pacar saya!" Balas Aldo ketus.

"Aldo! Sekarang hujan deras dan kamu mau nyuruh dia naik vespa?" Balas Dove.

Dove lalu melepaskan tangan Aldo dari Naira dan menariknya namun ia melepaskan tangan Dove, "Aku mau pulang sama pacar aku!" Ucap Naira tegas.

Dove kesal mukanya memerah, "Kamu pilih dia? Kamu itu dibantuin malah gak mau! Malah nampar orang, kamu suka cari penyakit ya. Fisik kamu itu gak kuat. Sebaiknya kamu bareng aku." Dove menarik tangan Naira.

"Jauhi tangan Lo dari Naira!" Teriak Aldo lalu memukul wajah Dove.

"Kamu udah gila!" Balas Dove. "Kalau kamu mau jaga dia seharusnya jangan biarin dia kehujanan!" Dove hendak memukul Aldo. Namun, Dove mengurungkan niatnya. Ia tidak ingin bertengkar di depan Naira. Selain itu gadis itu juga memohon padanya, "Tolong jangan sakitin pacar aku, kak." Mohon Naira.

"Kalian berdua! Terserah!" Dove menghempaskan tangan Naira kasar lalu masuk ke mobilnya.

"Dasar keras kepala!" Ucapnya dalam hati.

"Aldo kamu kenal sama Dove? Kamu berani sama dia?" Tanya Naira. Setau dia Aldo seharusnya tidak akan pernah menyakiti orang lain apa lagi berantem di depan dirinya.

"Do, sejak kapan kamu berantem di depan aku? Dulu, meskipun kamu kesal. Kamu gak akan pernah memukul orang didepanku." Aldo langsung terdiam dan meninggalkan dia.

"Aldo! Tunggu!" Teriaknya. Ia memeluk dirinya yang basah akibat hujan. Ia bahkan tidak memiliki jaket ataupun payung. Semua barangnya ada di Aldo. Naira mulai meringkuk, bajunya basah.

"Gak perlu takut, aku sudah datang." Ucap seseorang memeluknya dari belakang dan memasangkan jaket padanya. Ia juga memegang payung ditangan kirinya lalu merapikan jaket itu dengan tangan kanannya.

"Aku antar kamu pulang. Kamu baru sembuh tidak baik jika terkena hujan." Kata Dove lalu membantunya bangun. Sebelum bangun Naira menggenggam lengan Dove lalu menatap kedua matanya.

"Kak Dove, Naira .." Dia pingsan.

Jangan kuatir aku sudah datang, selama kamu safety, aku akan baik-baik saja.

"Do!" Naira terbangun dari tidurnya dan menyadari dirinya sudah berada dikamar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!