Pertemuan Pertama

Waktu rasanya berjalan begitu cepat. Lidya melirik kalender kecil di atas meja kerjanya.

“Ya Tuhan… Malam ini acaranya!” Lidya berteriak dalam hati.

Lidya terbangun dari tidurnya sore itu dalam keadaan galau. Mendadak dia berfikir apakah sebaiknya dia kabur saja dari rumah sekarang. Toh dia tidak akan hidup susah.

Dia bisa saja terbang ke luar negeri agar kedua orang tuanya tidak bisa menemukannya untuk sementara waktu.

Tapi batin kecil Lidya membisikkan sesuatu, “Jangan Lidya. Kasihan keluargamu. Kasihan mami. Masa kamu tega meninggalkan mereka dalam masalah.”

Lidya mencelos. Ia sangat menyayangi maminya. Ini seperti buah simalakama. Semua keadaan tidak menguntungkan dirinya sama sekali.

Apapun pilihan yang akan diambilnya, semua tidak akan betul-betul membuat dirinya bahagia.

“Kenapa takdirku harus begini?” Lidya merasa nelangsa.

Tiba-tiba Lidya merasa penasaran dengan pria yang akan datang melamar dirinya sebentar lagi. Lidya mencoba mengingat-ingat nama pria tersebut.

“Hemmm… Siapa ya namanya… Ario… Ario apa ya?” Lidya mencoba mengingat kembali nama pria itu.

“Ario Baskoro… Kayaknya itu deh namanya…” Gumam Lidya sambil beranjak ke meja kerjanya.

Lidya menghidupkan PC di atas meja, menarik kursi, dan mulai berselancar di dunia maya.

“Jika dia sehebat itu, seharusnya dia mudah ditemukan.” Ujar Lidya penuh semangat.

Lidya berfikir sebaiknya dia mengenal identitas pria itu sebelum mereka bertemu besok pagi. Setidaknya dia tahu gambaran musuh yang akan dia hadapi.

Entah mengapa feeling-nya mengatakan bahwa situasi acara nanti malam tidak akan baik-baik saja. Alam bawah sadarnya mengatakan pria itu akan menjadi musuhnya.

“Pffffttt… Positif thinking, Lidya. Jangan buruk sangka gitu. Mungkin dia memang jodoh terbaik.” Sebelah hati Lidya berkata pada dirinya sendiri.

“Ya. Jodoh terbaik yang datang tidak pada waktunya. Merusak semua planning hidupku yang indah. Huhhhh…” Ujar Lidya kesal.

Lidya menegakkan duduknya ketika melihat nama yang dicarinya muncul di browser. Ternyata memang tidak sulit menemukan informasi tentang pria itu.

Foto-foto pria itu muncul begitu saja. Lidya menajamkan penglihatannya. Zoom in. Dia memperhatikan penampilan pria yang bernama Ario Baskoro itu dengan teliti.

Wajah Ario terlihat menyeramkan. “Kayaknya ini orang jarang senyum. Mukanya ketat gitu.” Gumam Lidya.

Lidya sudah melihat beberapa foto, dia belum menemukan foto yang menunjukkan wajah Ario dalam sebuah senyuman. Semua fotonya terlihat serius dan angkuh.

“Kayaknya sombong…” Gumam Lidya lagi.

“Sombong dan songong.” Klaim Lidya.

Tidak terlalu mengecewakan jika dilihat dari bentuk fisiknya. Namun tidak bisa dikatakan tampan juga.

Wajah Ario terlihat suram dan menyeramkan. Tidak ada keramahan sama sekali. Lidya menarik nafas panjang.

Dia tidak bisa membayangkan jika melihat penampilan Ario yang seperti itu. Bagaimana nantinya dia menjalani kehidupan berumah tangga dengan manusia jenis begituan.

Lidya berharap semoga foto-foto tersebut akan berbeda dengan kenyataannya.

“Semoga cuma pencitraan ya gaesss…” Lidya berharap-harap cemas.

Satu per satu berita tentang Ario dibaca oleh Lidya dengan hati-hati. Lidya tidak ingin ketinggalan satupun penjelasan tentang sosok Ario, pria yang akan melamarnya nanti malam. Pria yang akan menjadi suaminya.

Suami!! Oh No!!

“Aku ga pengen punya suami model begitu! Kenapa aku tidak punya pilihan lain, ya Tuhan?!” Lidya mulai meratap.

Mungkin benar, Ario memang saat ini sedang berada di fase kesuksesan. Perusahaannya sedang naik daun. Kekayaannya tidak perlu diragukan. Tapi apa peduli Lidya! Dia tidak butuh harta Ario.

Dia sendiri memiliki harta simpanan dan investasi yang dapat mencukupi hidupnya sampai tua nanti. Meskipun tidak sebanyak harta kekayaan Ario Baskoro, sang direktur utama PT Gajahsora Properti, Tbk. Setidaknya Lidya tidak tergiur dengan harta kekayaan pria itu.

Itu tidak penting!

Setelah merasa cukup puas dengan informasi yang sudah berhasil dia kumpulkan, Lidya mematikan PC dan keluar dari kamarnya.

Lidya melihat setiap ruangan di rumahnya sudah didekorasi sesdemikian rupa. Ia tidak mau peduli soal dekorasi. Ia serahkan pada maminya. Toh maminya juga yang sangat menginginkan acara ini terjadi. Jadi Lidya memilih cuek saja.

“Lidya, ayo bersiap-siap. Penata rias akan datang sebentar lagi.” Ujar Nyonya Harmoko ketika melihat putri sulungnya sedang berkeliling ruangan.

“Huffffttt… Kenapa harus seheboh ini sih, mami?” Tanya Lidya dengan nada tidak senang.

“Huhuhu… Iya dong sayang. Yang melamar ini bukan orang sembarangan. Jadi harus kita sambut sebaik mungkin.” Ujar Nyonya Harmoko penuh semangat.

“Ahhh… Tapi kita kan sedang terlilit hutang… Tidak perlu selebay ini, mami.” Bantah Lidya.

“Justru kita harus melayani dengan baik orang yang akan membebaskan kita dari hutang itu, Lidya.” Kata Nyonya Harmoko.

Lidya mendengus pelan. Hutang memang membawa pengaruh buruk bagi orang yang sedang mengalaminya. Termasuk kedua orang tuanya saat ini.

Nyonya Harmoko terlihat serius mengetikkan sesuatu di smartphone-nya. Wanita itu menghubungi MUA terkenal yang sudah di-booking sebelumnya.

Penata rias tersebut akan tiba di kediaman Nyonya Harmoko dalam waktu setengah jam.

“Ayo, lekas bersiap-siap. MUA sebentar lagi akan tiba.” Nyonya Harmoko mendorong tubuh Lidya menuju ke kamarnya.

Lidya masuk ke kamar sambil melengos. Menyebalkan sekali. Namun dia juga tidak tega untuk membantah. Tidak lama kemudian, MUA tiba.

Penata rias bekerja dengan santai namun terlihat sangat professional. Dalam waktu singkat, penampilan Lidya menjadi begitu memukau.

Lidya siap tampil ke pentas. Nyonya Harmoko merasa sangat puas dengan service MUA tersebut.

Semua terkesima melihat penampilan Lidya. Ruang keluarga telah disulap menjadi ruangan acara pertunangan yang sangat indah. Para tamu undangan menempati bangku-bangku yang disediakan.

Semua mata tertuju pada Lidya ketika Lidya memasuki ruangan. Beberapa tamu terlihat saling berbisik. Ada yang merasa kagum, ada yang ingin mencela.

Lidya berusaha bersikap tenang walaupun hatinya deg-degan.

“Oh God… Apa-apaan ini? Kenapa aku malah jadi begini?” Lidya merutuk dalam hati di balik senyumnya yang manis.

Seketika ruangan mendadak hening ketika MC memulai protokol acara. Rombongan keluarga Ario yang baru saja tiba disambut dengan meriah.

Ario Baskoro melangkah dengan gagah dan angkuh. Lidya kini melebarkan pupil matanya. Dia bisa melihat atau lebih tepatnya merasakan aura yang tidak menyenangkan dari sosok pria itu.

“Dia terlihat kejam…” Batin Lidya.

Lidya sudah mengetahui desas-desus yang tidak sedap tentang sosok pengusaha ternama tersebut. Sosok Ario Baskoro yang dikabarkan pendiam, dingin, dan kejam.

Awalnya Lidya menduga itu hanyalah hoax. Namun kini setelah melihat langsung dengan mata kepalanya sendiri, Lidya merasa desas-desus itu ada benarnya.

Ario duduk di dekat Lidya. Pria itu melirik sinis. Lidya berusaha tenang dan bersikap manis. Kini jantungnya sudah berhenti berdebar. Irama detak jantungnya sudah mulai normal.

Lidya mencoba menerima kenyataan bahwa dia harus menjalani skenario hidupnya dengan baik.

“Hemmm… Auranya benar-benar tidak bersahabat…” Lidya berkata di dalam hati.

“Huhhh… Bukan kriteriaku. Lihat saja, perempuan gembel ini tidak akan mampu bertahan lama.” Rio membatin sendiri.

***

Terpopuler

Comments

miss N

miss N

Hati-hati loh Ario, nanti malah bucin parah kamunya...aku nyicil tiga bab dulu ya kk, nanti aku sambung lagi...mau Up dulu ..semangat terus 💪💪

2022-08-29

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!